Perkembangan dan penerimaan media baru telah terbentuk dalam dua bentuk gagasan, yaitu cara kerja sosio-psikologis ‘imajinasi teknologi’ dan tradisi kritik pada media yang ditujukan untuk siaran media massa dan efek sosial yang muncul. Cara untuk memahami penerimaan media baru adalah dengan melihat nilai-nilai yang telah diinvestasikan oleh media lama dan memahami seberapa konkret objek dan produk media memiliki konotasi budaya yang baik atau buruk.
Tradisi kritik media massa dari Frankfurt School menunjukkan ketidakpuasan dalam penggunaan dan implikasi budaya dan politik sepanjang abad 20-an. Mereka tidak menyarankan media baru dan berbeda akan mengatasi masalah sosial dan kultur yang ada. Media massa telah menjadi objek kritik berkelanjutan dari intelektual, seniman, pendidik, feminis dan aktivis sayap kiri.
Hal ini membuat budaya massa menjadi terlihat melemahkan, homogen dan melelahkan lingkungan sekitar. Dari banyak debat yang terjadi, para pelaku debat sebenarnya kembali pada dasar yang seharusnya. Pengingkaran sejarah menjadi trik ideologi yang membuat kita tidak menyadari apa yang terjadi di sekitar kita.
New media: determining or determined?
Terdapat dua teoris dalam dunia media, yaitu Marshall McLuhan dan Raymond Williams. McLuhan terfokus untuk mengidentifikasi dan membuktikan bahwa terdapat perubahan kultural akibat perubahan teknologi media. Argumen utamanya adalah ‘new media changes everthing’ dengan maksud dapat disadari bahwa kita hidup di masa dengan perubahan yang besar.
Sedangkan Williams terfokus pada kondisi saat kemunculan, penggunaan dan kontrol terhadap teknologi media baru. Ia berpendapat bahwa media hanya dapat mempengaruhi proses dan struktur dari kehidupan masyarakat yang sudah ada serta mereproduksi pola penggunaan yang ada untuk mempertahankan kekuasaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H