Mohon tunggu...
melinda anisya
melinda anisya Mohon Tunggu... Lainnya - Melinda Anisya

mencoba sesuatu hal yang berbeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep penimbunan barang (Ihtikar) dalam perspektif Islam

12 November 2020   13:36 Diperbarui: 15 November 2020   16:38 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3.Yang ditimbun ialah kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, sandang dan lain- lain. Apabila bahan- bahan lainnya ada ditangan banyak pedangang, tetapi tidak termasuk bahan pokok kebutuhan rakyat dan tidak merugikan rakyat maka itu tidak termasuk menimbun.

Dalam hal ini , islam jelas sangat tidak membolehkan penimbunan barang, hal ini sama artinya dengan membuat sesuatu yang dihalal menjadi haram, sebab diperoleh dengan cara curang, jika tujuan menimbun ingin mendapatkan  keuntungan yang berlebihan, maka keuntungan yang didapat sama dengan riba. Dengan adanya penimbunan barang ini juga mengakibatkan inflasi. Dalam ilmu ekonomi inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga- harga secara umum dan terus- menerus. Berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebakan beberapa faktor, antara konsumsi atau bahkan spekulasi,sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang karena adanya penimbunan barang (ihtikar).

Dengan ini disimpulkan bahwa iktikar hukumnya haram, sebab praktek penimbunan(ihtikar) ini mengandung kecurangan, ketidakadilan dan sangat membahayakan terhadap stabilitas ekonomi.  Jika dikaitakan dengan kehidupan sosial , maka praktik penimbunan barang dalam dunia bisnis tentu akan berdampak pada macetnya sendi- sendi ekonomi. Sehingga seolah --olah oarang yang miskin akan sangat susah keluar dari komunitas kemiskinannnya.

 

Daftar pustaka :

Ali hasan ,2004,  berbagai macam transaksi dalam islam, Jakarta : PT, Raja Gravindo Persada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun