Refleksi Rasa Syukur Untuk Diri Yang Baru
Oleh: Melinda Harumsah, S.E
Â
Setiap kita, pasti memiliki kisah yang berbeda. Melewati episode yang menakjubkan atau kadang diluar nalar. Terlepas itu, setiap kita juga, pernah memiliki jejak yang dilewati hingga menciptakan jejak -jejak yang baru.
Â
Seperti misalnya, di penghujung tahun 2024 resolusinya: "Ridho terhadap kisah yang pernah dilalui, jika terkesan menyakitkan semoga bisa menjadi penggugur dosa-dosa. Atau, jikalau terkesan menakjubkan dan semoga itu bisa menjadi penambah rasa syukur atas karunia-Nya.
Â
Kehidupan memang, harus terus kita jalani. Dengan menerima tentang apa-apa yang menghampiri. Ingat betul akan Sang Pencipta adalah kunci ketenangan. Itulah alasan mayoritas orang untuk menikmati hari-hari. Sehingga resolusi awal tahun 2025 "dimulai dengan bismillah hingga menghasilkan alhamdulillah."
Â
Jangan sampai, ketika pergantian tahun itu tiba, kita masih diperbudak oleh hal-hal yang tidak berfaedah, dan sulit menemukan jalan keluar dari jajahan keegoisan.Â
Berikut adalah puisi teruntuk jiwa yang bersedih:
Teruntuk jiwa yang bersedih. Kau tak sendiri.
Luka padamu yang pernah ada, ikhlaskanlah.
Tentu tak semudah membalikkan telapak tangan.
Terpatri menjalani hari.
Terdiam di ruang yang tak ada celah.
Mengingat semua jejak indah dari kenangan.
Takdir mengajakmu untuk kembali.
Bangkitlah menikmati perjalanan indah.
Jelajahi luas bumi dalam kehidupan.
Maka perubahan baik akan kau temui.
Itulah jawaban dari Sang Maha Rahmah.
Bertasbih adalah magnet dari ketenangan.
Hingga kau lupa akan sesak dalam hati.
Menepis qolbu yang pernah lelah.
Dengan semua rasa telah dikorbankan.
Dengan ucapan bak belati.
Mengharapkan keajaiban Sang Maha Pemurah.
Hingga semesta bersatu dengan fitrah perasaan.
Cinta sering kali menjadi sumber utama kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup. Hubungan yang penuh cinta memberikan dukungan emosional, kehangatan, dan rasa memiliki. Â Namun, banyak orang juga yang kurang tepat dalam menempatkan cintanya.
Padahal kata Syaikh Mutawalli menyebutkan bahwa, andaikan seorang hamba mengetahui maksud indah dibalik ketetapan takdir, niscaya ia akan menangis karena prasangka buruknya kepada Allah. Kelak akan kamu sadari bahwa konsep sejati dari rezeki ialah, Allah akan memberikan kepada seseorang hamba apa yang dia butuhkah, bukan apa yang dia inginkan.
Â
Sudah saatnya kita merefleksikan bersama tentang apa-apa yang termasuk takdir dari Allah SWT, kita mampu menerima takdir dalam setiap lembaran-lembaran skenario dari-Nya. Sehingga, kita akan senantiasa lapang menjalani setiap takdir yang datang. Baik itu rezeki, jodoh, ataupun kematian. Karena, semuanya sudah Allah setting dan Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi". (HR. Muslim no.2653).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H