Mohon tunggu...
Melinda Harumsah
Melinda Harumsah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Creator Economy. Penulis. Aktivis dakwah.

Assalamualaikum. Wr. Wb Saya melinda harumsah, memiliki hobbi menulis, hidup untuk berkarya berdaya dan berkontribusi untuk Islam kaffah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Krisis Moral Bisa Berujung Maut

9 Desember 2024   07:02 Diperbarui: 9 Desember 2024   10:38 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis Moral Bisa Berujung Maut 

Oleh : Melinda Harumsah, S.E 

Fitrah anak merupakan bawaan atau kejadian yang dimiliki manusia sejak lahir. Adapun dalam Islam, fitrah anak yaitu potensi besar yang dimiliki anak berupa benih kebaikan yang harus ditumbuhkan. 

Sehingga fitrah anak dapat didefinisikan sebagai : Ruh yang cenderung mengenal Allah sebagai Sang Penciptanya, Tunduk kepada Allah, Perilaku yang baik, Ciptaan unik yang belum pernah dibuat sebelumnya. 

Kemudian fitrah anak dapat menjadi penentu program pendidikan yang efektif untuk pembentukan karakter anak. Sehingga orang tua dan pendidik dapat menentukan proses pendidikan yang tepat dengan mengetahui fitrah anak.

Sejatinya dalam Islami, setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. 

Kini ustadz Harry Santosa, seorang praktisi pendidikan anak dengan metode fitrah based education sekaligus sebagai founder Millenial Learning Center dan komunitas HEbAT (Home Education Based on Akhlak and Tallent) melalui bukunya yang berjudul Fitrah Base Education menjelaskan 8 aspek fitrah yang dimiliki manusia.

Dalam buku tersebut, menjelaskan tentang : 

1. Fitrah keimanan 

2. Fitrah bakat

3. Fitrah belajar dan bernalar

4. Fitrah perkembangan

5. Fitrah seksualitas dan cinta 

6. Fitrah individualitas dan sosialitas 

7. Fitrah estetika dan bahasa 

8. Fitrah fisik dan indera

Fakyanya dalam praktiknya tugas orang tua, sebenarnya cukup sederhana namun tidak mudah. Oleh karena itu, para ayah dan ibu hanya perlu menjaga fitrah anak, biarkan mereka tumbuh dengan fitrah yang sudah Allah instal ke dalam diri anak dari sebelum mereka lahir, tidak mudah karena konsistensi orang tua diuji untuk menerapkan pendidikan berbasis fitrah, yang tidak didapat pada pendidikan formal.

Apabila kita berbicara tentang fitrah, maka harus ada peran orang tua yang mendukung, terutama dalam menerapkan "Moral" pada kepribadian anak. 

Namun kenyataannya, banyak diantara para orang tua saat ini, ia hanya menginginkan anak nya menjadi generasi yang cerdas tanpa dibekali Akhlak yang baik. 

Padahal, apabila kita membekali anak dengan pola pikir yang mustanir atau cemerlang, hal itu merupakan cara terbaik dalam mencetak generasi Islam. Adapun akhir-akhir ini, banyak peran orang tua yang tidak membekali anak dengan ilmu agama.

Seperti yang terjadi pada, seorang remaja berusia 14 tahun membunuh ayah dan nenek serta menikam ibunya dengan senjata tajam di rumah mereka di Jalan Lebak Bulus I, Cilandak, Jakarta Selatan, Sabtu (30/11/2024) dini hari.

Kejadian sadis, tersebut membuat peran orang tua bertanya-tanya, kenapa hal tersebut dapat terjadi? 

Jagat media menjelaskan, faktor dari kejadian tersebut dikarenakan oleh, faktor tekanan mental, lantaran orang tua menginginkan si anak tersebut, harus selalu mendapatkan prestasi disekolah, dipaksa belajar keras agar anak tersebut bisa masuk ke perguruan tinggi favorit orang tuanya. 

Dibalik keadaan itu, orang tua tidak tahu, akan mental anak yang dirasakan. Asupan-asupan ilmu duniawi kepada anak, hanya membuat mental anak kacau, sangat disayangkan apabila tidak dibekali juga dengan ilmu agama. Sehingga kejadian ini, mudah bagi anak dalam bertindak kriminal. 

Dari kejadian itu, semoga tidak ada lagi korban-korban selanjutnya. Lantas, apa saja peran orang tua dalam memperbaiki dari kejadian sadis itu? 

Yang pertama, anak harus harus belajar tentang Tuhan, sehingga akan muncul keyakinan bahwa jika suatu saat ia mengalami downgrade mental, maka ia memiliki Tuhan untuk bersandar dan bisa mengumpulkan energi kembali untuk survive dari kesulitan. 

Yang kedua, anak harus belajar tentang dirinya sendiri. Ia harus bisa mengendalikan dan memahami diri. Alasannya, manusia diciptakan oleh nafsu atau dorongan yang membuat manusia tumbuh dan berkembang dengan optimal. 

Yang ketiga yaitu tentang lingkungannya. Anak harus memiliki perspektif positif bahwa ia tinggal di lingkungan yang baik sehingga bisa beradaptasi dengan baik.

"Tiga ranah ini akan membangun konstruksi kognitif manusia. Ketika ia berbicara tentang Tuhan, maka ia belajar bagaimana mengendalikan diri dan memiliki motivasi," kata doktor Psikologi.

Karena fitrah menjadi manusia tidak hanya dimaknai dari sekadar suci dan bersih, tetapi fitrah sebagai manusia seperti Allah menciptakan manusia hanya dengan tujuan agar kita beribadah kepada-Nya.

Karrna manusia diberikan potensi oleh Allah Swt. berupa tiga hal, yaitu potensi bodi, akal, dan hati. Potensi bodi atau jasad, manusia diciptakan oleh Allah Swt. dalam bentuk terbaik, seperti firman Allah dalam Q.S. At-Tin ayat 4. Allah memberikan akal, makin tinggi ilmu pengetahuan makin tinggi pula akalnya. 

Kemudian potensi yang ketiga yaitu hati, Rasulullah saw. bersabda "Ala wa inna fil-jasadi mudhgatan idza shalahat shalahal-jasadu kulluhu wa idza fasadat fasadal-jasadu kulluhu ala wa hiyal-qalbu."

Sebagaimana artinya: "Ingatlah, dan sesungguhnya di dalam hati itu terdapat segumpal darah. Jika ia baik, baik (pula) seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati." (H.R. Imam Bukhari dan Imam Muslim) (Muttafaqun Alaih).

Jika ketiga potensi tersebut mampu berkolaborasi, bersinergi, dan mampu mengolah kemudian muncul satu aktivitas yang bernilai ibadah, maka kita akan mampu menjadi cahaya, lentera di lingkungan sekitar.

Walahu'alambisshoab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun