Dian harus dapat memberikan emosi dengan yang cara yang belum pernah ia lakukan sebelumnya dengan satu catatan tersendiri di mana ia harus melakukannya dengan intensitas yang tinggi. Ini yang di lakukan oleh Dian terus menerus untuk dapat mengasah seni peran yang di lakukannya sebelum sebelumnya yang belum pernah ia lakukan. Â
Dan terbukti di dalam peran Kartini ini, Dian dapat men-deliver pemahaman emosi-emosi tersendiri di beberapa scene mulai dari dia harus di pingit sembari menunggu pasangan hidupnya, menenangkan saudara perempuannya yang menikah dahulu di banding Kartini dan harus mengikuti resepsi pernikahannya. Dan menanti dirinya adalah giliran berikutnya yang harus siap menjadi bangsawan dan menyandang gelar Raden ajeng.Â
Emosi di mana Kartini menyampaikan syarat-syarat apa saja yang harus di lakukan oleh pasangan hidupnya kalau mau bersanding dengannya. Dan emosi yang menurut saya sangat mengena adalah di saat dirinya berpamitan dengan Mbok ( Yu) Ngasimah yang mana adalah pengasuhnya semasa kecil sampai ia dewasa.Â
Pengasuhnya inilah yang menjadi konflik di dalam film ini di mana ia bersitegang dengan ayahnya bahwa ia di larang untuk tidur dengan pembantunya.Â
Saya sebagai penulis ikut merasakan emosi dari Kartini ini sendiri, di mana ia memaikan dengan sangat apik bahwa ia pun mempunyai tanggung jawab untuk berpamitan dengan pembantunya semasa kecil. Dian Sastro sukses di dalam memainkan perannya kesekian kalinya di dalam peran Kartini ini.
Bukan sembarang hal yang di lakukan oleh Dian Sastro di dalam peran Kartininya ini, di mana di dalam mendalami perannya ia melakukan studi pustaka terlebih dahulu.Â
Apa saja yang di lakukan oleh Dian lalu? Tentunya ia mencari sumber-sumber literatur, sumber bacaan tentang Kartini , mencoba memahami emosi seperti apa yang di tulis oleh Kartini di dalam setiap surat yang di tulis nya. Kartini adalah seorang yang teliti di dalam setiap hal yang di lakukannya di mana ia rajin untuk menorehkannya di setiap tulisan. Secara Kartini adalah seorang pembaca sejati tentunya.Â
Dian menyampaikan di dalam memainkan peran, sedikit banyak harus tau jalan pikiran seperti apa. Setelah tantangan ke tiga berhasil di lewati oleh Dian Sastro. Tantangan ke- empat  yang harus di lakukannya adalah tak lain dan tak bukan ia berkesempatan untuk bersanding peran dengan actor kawakan sebesar Christine Hakim.Â
Kesempatan langka ini tidak di sia-sia kan begitu saja oleh Dian tentunya di dalam film Kartini ini. Christine yang dengan setia dan berbesar hati mengajari anak didiknya ini di dalam peran yang di lakukan Dian supaya dapat lebih menjiwainya tentunya. Â Itu hal yang tidak mungkin di lupakan oleh Dian tentunya untuk bisa bersanding ke sekian kalinya dengan aktor kawakan Christine Hakim.
Untuk tantangan yang ke lima- Dian tentunya sangat senang sekali bisa mendapatkan peran sebagai Kartini di dalam film Kartini ini. Mungkin bisa jadi peran yang ia sangat bangga-banggakan sepanjang peran yang ia mainkan sepanjang karirnya.Â
Bisa jadi dengan film Kartini, Dian menjadi batu loncatan agar lebih dapat mendapatkan peran yang lebih baik baik lagi ke depannya. Harapan Dian dan pendapatnya setelah memainkan film Kartini untuk kaum wanita. Masih banyak sekali kaum Wanita yang harus di perjuangkan lagi sampai dengan sekarang tentunya.Â