Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Buruh Anak Menjadi Fondasi Kosmetik, Complexion Semakin Complex

19 Juli 2022   18:45 Diperbarui: 31 Agustus 2022   06:13 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang anak menambang mica (via Jakartaglobe.id).

Industri kosmetik berkembang pesat di Indonesia, banyak brand kosmetik baru bermunculan di media sosial dan marketplace.

Dalam 3 tahun terakhir, kosmetik menjadi komoditi yang paling banyak didaftarkan di Badan POM, dengan jumlah produk teregistrasi mencapai 215.439 pcs.

Sangking banyaknya pilihan, menemukan kosmetik yang cocok dan sesuai kebutuhan itu jadi gampang-gampang susah.

Kalau kamu, apakah kamu sudah yakin dengan kosmetik pilihanmu?

Misalnya saja dalam pemilihan complexion sebagai makeup dasar. Ada berbagai macam complexion, mulai dari tinted moisturizer, BB cream, CC cream, DD cream, cushion, powder, foundation, hingga concealer.

Untuk pemilihannya kita perlu menyesuaikan dengan tekstur, warna, dan jenis kulit yang kita miliki. Tak lupa, harga dan kandungan bahan dalam complexion juga menjadi pertimbangan. Jangan sampai harganya terlalu mahal atau mengandung bahan-bahan yang justru berbahaya bagi kulit. Jangan juga memilih produk sakti mandraguna, mengaku bisa ini dan itu, alias overclaim

BPOM pun mengeluarkan peraturan baru, Per BPOM No 3 Tahun 2022 tentang Persyaratan Teknis Klaim Kosmetika untuk mencegah produk overclaim bermunculan.

Selain hal-hal yang sudah disebutkan di atas, produk kosmetik inklusif juga bisa menjadi pilihan.

Apa yang dimaksud dengan Kosmetik Inklusif?

Kosmetik yang inklusif adalah gerakan produk kosmetik untuk menciptakan produk yang bisa diterima oleh semua orang, menghargai etika, menghilangkan diskriminasi dan batasan norma tertentu. Contohnya produk kosmetik Halal, lalu ada produk kosmetik cruelty free dan vegan bagi orang-orang yang menentang percobaan kosmetik pada hewan dan menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan saja. Di samping itu, terdapat juga produk kosmetik child labour free.

Gerakan-gerakan ini muncul sebagai jawaban atas masalah etika yang telah menyelimuti dunia kosmetika beberapa tahun ini. Diantara masalah etika yang ada, pekerja anak sebagai fondasi dari kosmetik telah menjadi isu yang cukup memprihatinkan.

Asal usul adanya pekerja anak dalam industri kosmetik

Ini berawal dari salah satu bahan yang terkandung dalam foundation dan concealer kita. Bahan ini juga terkandung dalam sunblock, lotion, lipstik, blush one, maskara, dan eyeshadow.

MICA

Mica Alami (via Wikimedia Commons).
Mica Alami (via Wikimedia Commons).

Sebuah mineral yang membuat kosmetik memberikan hasil akhir yang berkilau, shining, shimmering, splendid. Mica juga membantu pencampuran bahan kosmetik, sehingga tidak menggumpal dan memberikan tekstur yang halus. Ditambah lagi, mica membantu kosmetik bentuk powder menempel lebih baik di kulit.

Complexion milik saya: compact powder dan two-way cake powder mengandung mica (dokpri).
Complexion milik saya: compact powder dan two-way cake powder mengandung mica (dokpri).

Sehingganya, kandungan mica dapat kita jumpai hampir di setiap produk kosmetika. Pada label komposisi, terkadang mica ditulis sebagai CI 77019 atau serecite.

Bahan ini sudah lama dipergunakan dalam dunia kosmetik, sekitar tahun 1970an. Saat itu, tren makeup yang berkembang adalah penggunaan kosmetik berbahan dasar mineral yang natural dan bebas bahan kimia.

Mica ditambahkan langsung ke dalam kosmetik dalam bentuk bubuk, tanpa penambahan bahan kimia. Membuat mica banyak digunakan sebagai bahan kosmetik dengan kiblat “natural” dan “cruelty-free”. 

Riasan berkilau (Egor Vikhrev/Unsplash).
Riasan berkilau (Egor Vikhrev/Unsplash).

Akan tetapi, dibalik kilau mica yang terlihat shining, shimmering, splendid itu, tersimpan sebuah sisi gelap. Pasokan mica yang melimpah itu merupakan hasil kerja keras dari buruh anak di daerah pertambangan mica.

Sisi gelap MICA: Pekerja atau Buruh Anak dalam Penambangan Mica

Mari kita mulai dengan daerah-daerah penghasil mica. 

Daerah penambangan mica umumnya adalah daerah dengan penduduk miskin. Hal ini dikarenakan, mica cenderung menyebabkan tanah menjadi kering dan menurunkan kesuburan tanah. Sehingga, daerah tersebut menjadi tidak cocok untuk pertaninan.

Akibatnya, masyarakat yang tinggal di sekitar pertambangan mica mengandalkan tambang mica sebagai mata pencaharian utama. Dan kegiatan ini, tidak teregulasi atau tidak terkendali karena banyak penambangan mica dilakukan secara ilegal.

Saat ini, India menjadi supplier dari 60% mica yang ada di dunia. Dua negara bagian dari India, yaitu Jharkhand dan Bihar, telah menyumbang seperempat mica yang beredar di dunia. Diperkirakan sebanyak 22 ribu anak dari daerah Jharkhand dan Bihar telah direkrut sebagai pekerja tambang mica secara ilegal. 

Baik Jharkhand dan Bihar adalah daerah yang kaya akan mineral. Namun, kedua daerah tersebut merupakan daerah yang terpencil di India. Kehidupannya sangat miskin. Tidak ada akses kesehatan maupun fasilitas pendidikan.

Seorang anak menambang mica (via Jakartaglobe.id).
Seorang anak menambang mica (via Jakartaglobe.id).

Banyak anak-anak bekerja sebagai penambang mica sejak usia 5 tahun. Mereka bekerja bukan karena ingin, melainkan karena mereka hanya mengikuti orang tuanya menambang mica. Namun, beberapa diantara mereka adalah anak-anak yang diculik dan dipaksa untuk bekerja sebagai penambang. Setelah bekerja seharian, anak-anak ini hanya mendapatkan upah sebesar 20-30 rupee saja. Kalau di rupiahkan besarnya hanya berkisar 3.700 - 5700 rupiah. Padahal, mica yang diekspor dari India menghasilkan pendapatan sebesar 71,3 juta dollar atau sekitar 1 triliun rupiah.

Selain India, Madagaskar sebagai negara penyuplai mica terbesar ketiga, juga tersandung isu eksploitasi anak. Diperkirakan sebanyak 10 ribu anak di Madagaskar bekerja sebagai penambang mica.

Bahaya Menambang Mica

Menjadi penambang mica adalah pekerjaan yang cukup berbahaya. Setiap bulannya dapat terjadi 10-20 kasus kematian dalam tambang. Tidak hanya itu, pekerjaan ini berbahaya karena mempengaruhi kesehatan para penambang.

FDA menyatakan bahwa bubuk mica aman untuk diaplikasikan sebagai kosmetik, selama digunakan dalam takaran yang wajar dan melalui proses yang benar. Akan tetapi, bubuk mica cukup beracun bila terhirup karena mica dapat mengandung atau terkontaminasi dengan logam berat arsen, timbal, atau merkuri. 

Bisa dibayangkan betapa bahayanya untuk para penambang terutama anak-anak yang setiap hari menghirup bubuk mica ini. Menghirup mica setiap hari dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, seperti asbestosis, mesothelioma, dan kanker paru-paru.

Kesimpulan

Menggunakan kosmetik atau makeup sudah menjadi kebutuhan. Tidak terbatas untuk kaum hawa saja, tetapi juga kaum pria.

Kosmetik dapat meningkatkan rasa percaya diri dan membuat seseorang lebih bisa diterima di lingkungan sosialnya. Menjadikan makeup suatu keharusan. Tidak berdandan itu sama saja dengan tidak menghargai diri sendiri. Untuk kebutuhan sehari-hari, makeup minimal yang bisa kita lakukan adalah makeup complexion, atau riasan dasar wajah.

Tetapi memilih kosmetik yang cocok dan sesuai kebutuhan itu ternyata tidak mudah. Ada begitu banyaknya brand kosmetik dan ragam kosmetik. Sehingga tak salah kalau kita bilang, memilih kosmetik itu seperti memilih jodoh.

Faktor harga, bahan dasar, dan kesehatan, dsb umumnya menjadi pertimbangan. Faktor animal cruelty free dan 100% vegan. Di sisi lain, ada faktor free child labour yang harus menjadi pertimbangan, membuat pemilihan complexion ini menjadi semakin complex.

Untuk mencegah eksploitasi anak, apa yang bisa kita lakukan?

Apakah memilih kosmetik yang matte bisa menghindarkan kita dari mica?

Jawabannya tidak. Karena dalam kosmetik matte pun bisa terkandung mica.

Lalu, apakah dengan tidak membeli kosmetik yang menggunakan mica kita bisa menekan eksploitasi anak?

Yang ini, saya juga tidak yakin. Aksi boykot dengan tidak membeli kosmetik yang mengandung mica belum tentu efektif. 

Pada dasarnya daerah pertambangan mica adalah daerah miskin. Butuh lebih dari sekedar gerakan anti-mica untuk child labour free. Anak-anak tersebut sangat membutuhkan bantuan pendidikan dan ekonomi sosial agar bisa terbebas dari eksploitasi anak. Para orang tua juga harus memiliki keterampilan lain dan diberdayakan. Harus ada lapangan pekerjaan lain, agar daerah tersebut bisa tumbuh. 

Sumber: [1], [2], [3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun