Hingga saat ini pun, karya tersebut masih tayang dan menuai pro kontra diantara penggemar.
Sulit untuk benar-benar mengidentifikasi plagiarisme dari karya tersebut.
Tapi ada satu hal perlu digaris bawahi, yaitu "penulis asli" telah menerbitkan karyanya terlebih dahulu dibanding "plagiator". Jikalau memang bukan plagiat, ini cukup melanggar etika. Bahkan karya "plagiator" Â ini lebih terkenal dibanding si karya "asli" atau sumber.
Bagi penggemar yang mendukung "penulis asli", mereka berkata tidak akan mengkonsumsi seluruh karya dan adaptasi dari si "plagiator".Â
Para penikmat drama mungkin pernah menonton karya terkenal si "plagiator" ini. Dan setelah mengetahui kejadian ini, mereka merasa cukup kecewa. Untuk karya yang seindah ini, alangkah lebih baik bila betul-betul berasal dari ide asli penulis.
Mengenai apakah tindakan "T7" dapat disebut sebagai plagiat atau tidak? Saya tidak ingin berkomentar.
Menurut saya, kalau mau meniru itu BOLEH! Karena manusia, sejak bayi pun belajar dengan meniru lingkungan sekitarya. Satu hal yang pasti, kita sebaiknya tidak meniru mentah-mentah.Â
Syaratnya harus ATK: Amati, Tiru, dan Kembangkan.
***
Di Indonesia sendiri kasus plagiarisme dari tingkat SD sampai SMA Indonesia memiliki angka yang cukup tinggi. Dikutip dari Jawapos, kasus plagiarisme yang terjadi mencapai angka 94%.Â
Ternyata budaya mencontek pada murid SD sampai SMA Indonesia sudah mendarah daging.