Mohon tunggu...
Melina
Melina Mohon Tunggu... Lainnya - Teknisi Pangan

Menulis untuk sharing, karena sharing is caring.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bagaimana Kita Mulai Memasang PLTS di Atap Rumah?

14 Juni 2022   06:10 Diperbarui: 24 Juni 2022   11:47 3455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panel surya di perumahan (Jeremy Bezanger/Unsplash).

Tarif listrik golongan 3000 VA ke atas akan efektif mengalami kenaikan per tanggal 1 Juli 2022. 

Desas-desus ini sebenarnya sudah mulai beredar di akhir tahun 2021. Jadi, boleh dibilang kenaikan ini tidak terlalu mengejutkan, yang mengejutkan mungkin seberapa besar kenaikannya. 

Dilansir dari Kompas, tarif listrik golongan R2 dan R3 dinaikan dari Rp 1.444,70 per kWh menjadi Rp 1.699,53 per kWh. Sehingga, biaya listrik rata-rata akan naik sebesar Rp 111.000/bulan untuk golongan R2 dan Rp 346.000/bulan untuk pelanggan R3 untuk golongan R2.

Bagaimana caranya agar listrik menjadi murah?

Dari sekian banyak cara yang ada, saya akan membahas tentang PLTS atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya. Kebetulan waktu berita ini keluar, keluarga kami sedang merencanakan untuk memasang PLTS di atap rumah.

Panel surya di perumahan (Jeremy Bezanger/Unsplash).
Panel surya di perumahan (Jeremy Bezanger/Unsplash).

Jujur saja, memasang PLTS di atap rumah sepertinya sedang menjadi tren akhir-akhir ini. 

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki kemewahan untuk bisa menikmati matahari sepanjang tahun. Oleh karena itu, sumber energi ini harus dimanfaatkan. Selain bisa menghemat tagihan listrik, memasang PLTS memberikan banyak manfaat, seperti: 

  • Bisa menghasilkan energi listrik sendiri. Sehingga tidak perlu tergantung PLN, khususnya di daerah pedalaman yang tidak terjangkau PLN. 
  • Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca alias ramah lingkungan.
  • Mendukung sustainable energy. Sustainable energy, energi yang berkelanjutan, yang tidak akan habis, tidak seperti batu bara. Sustainable energy ini menjadi salah satu isu yang diangkat di forum G20 yang diadakan di Indonesia saat ini.
  • Penggunaan listrik dapat di monitoring. Kalau dengan PLN, kita bisa mengatur penggunaan listrik dengan rajin mencatat. Tapi kalau PLTS, kita bisa memasang alat untuk mengawasi penggunaan listrik.

Menarik ya? 

Kalau menurut saya, pasang PLTS itu gampang-gampang susah dan susah-susah gampang. Saya akan ceritakan kronologinya. Tapi, mungkin agak panjang ya, banyak yang mau dibahas... Jadi, monggo bacanya santai saja sambil nyeruput kopi atau teh.

Bagaimana kita mulai memasang PLTS di atap rumah?

Bingung mulai dari yang mana itu wajar.

Ada 7 hal yang harus diperhatikan sebelum memasang PLTS di atap rumah

1. Luas dan Arah Hadap Atap

Luas dan arah hadap atap rumah menjadi hal yang mendasar agar kita dapat memaksimalkan sinar matahari yang bisa kita peroleh. Semakin luas semakin baik, tapi arah datangnya sinar matahari tidak boleh dilupakan. Arah hadap atap yang bagus adalah Utara-Selatan, karena bisa mendapatkan sinar sepanjang hari.

Kalau meletakkan atap tidak memungkinkan, entah karena luasnya kurang dan arah hadapnya tidak cocok, kita bisa menggunakan panel surya sebagai kanopi.

2. Kekuatan Bangunan Rumah

Karena kita akan meletakkan panel surya di atap, kita perlu tahu apakah bangunan rumah kita cukup kuat untuk menopang rangkaian panel surya. Perlu diketahui, kita juga akan meletakan besi hollow di atap sebagai tempat panel surya melekat.

3. Analisis Bayangan

Bayangan pun perlu dianalisis. Tujuannya agar sinar matahari jatuh tepat ke panel surya, tidak terhalang oleh gedung, pohon, atau hal-hal lain. Kalau sinar terhalang dan menghasilkan bayangan, nantinya sinar matahari yang terserap jadi tidak maksimal.

4. Keuangan/Biaya

Faktor keuangan menjadi penentu apakah kalian bisa memasang PLTS di rumah atau tidak. Pasalnya, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Meskipun, PLTS ini bisa menjadi investasi masa depan yang menjanjikan.

5. Jenis PLTS yang mau dipasang

Ada 3 jenis PLTS berdasarkan aliran listriknya: Off Grid (mandiri dengan baterai), On Grid (listrik terhubung dengan PLN), dan Hybrid (terhubung dengan PLN dan pakai baterai). Penjelasan lebih lengkapnya akan dijelaskan di bawah.

Pertimbangkan jenis PLTS yang akan dipasang. Beda jenisnya, maka beda pula aturan, alat yang harus disiapkan, rangkaian listrik, dan biayanya.

6. Menentukan daya listrik

Seberapa besar daya listrik yang dapat dihasilkan, cukup mengacu pada daya pada inverter. Bila inverternya 3000 watt, berarti daya yang akan dihasilkan PLTSmu nantinya berkisar 3000 watt.

Besarnya daya ini mempengaruhi biaya yang harus kita keluarkan. Di samping itu, besarnya daya PLTS ditetapkan dalam peraturan PLTS, tidak boleh melebihi daya listrik PLN (tidak berlaku untuk off grid). Kalau daya yang dipasang melebihi daya listrik PLN, kamu bisa kena denda! 

7. Memahami peraturan terkait PLTS

Memasang PLTS ada permennya (Peraturan Menteri), tidak boleh sembarangan, harus panggil tenaga ahli. Hal ini terkait dengan keselamatan, karena listrik dapat memicu kebakaran. Salah-salah bisa terkena denda!

Berikut ini adalah Peraturan Menteri ESDM terkait penggunaan PLTS.

  • PerMen ESDM nomor 49 tahun 2018
  • PerMen ESDM nomor 12 tahun 2019
  • PerMen ESDM nomor 13 tahun 2019
  • PerMen ESDM nomor 02 tahun 2021 (SNI)
  • PerMen ESDM nomor 26 tahun 2021 di peraturan terbaru ini ada perubahan dan penambahan dari aturan sebelumnya.

Nah, supaya bisa mendapat gambaran PLTS apa yang cocok dipasang di atap rumah kalian, kenali dulu jenis-jenis PLTS dan biayanya.  Sebelum lanjut, boleh seruput dulu kopi atau tehnya...

Kenali PLTS, Jenis-jenis, dan Biayanya

Seperti yang tadi sudah disebutkan, PLTS ini ada 3 jenis dan setiap jenis itu mempengaruhi komponen/peralatan apa saja yang harus dipersiapkan, rangkaian listrik, dan biaya pemasangannya. 

Off Grid

PLTS Off Grid adalah sistem PLTS yang mandiri. Energi listrik sepenuhnya dihasilkan oleh sinar matahari, kemudian disimpan di baterai sehingga listrik bisa digunakan hingga malam hari. Jenis PLTS yang cocok untuk daerah terpencil yang belum terjangkau PLN. Hal ini membuat sistem off grid tidak memiliki batasan untuk besar daya-nya.

Rangkaian PLTS Off Grid

Ilustrasi PLTS Off Grid (via solar-techno.com).
Ilustrasi PLTS Off Grid (via solar-techno.com).

Komponen utama rangkaian ini: panel surya, solar charge controller (SCC) panel, inverter, dan baterai.

Biaya PLTS Off Grid

Biaya yang harus dikeluarkan untuk memasang sistem off grid adalah yang paling mahal diantara 3 jenis PLTS. Sebab sistem off grid memerlukan cadang baterai yang cukup besar agar listrik dapat menyala selama malam hari dan hari-hari tanpa sinar matahari (cuaca mendung/hujan). 

Semakin besar daya, maka semakin besar pula kapasitas baterai yang diperlukan. Sedangkan, harga baterainya sendiri cukup mahal, yaitu 6,5 juta rupiah untuk sebuah baterai bekas.

Kelebihan dan Kekurangan PLTS Off Grid

(+) Bebas tagihan listrik, Bisa untuk daerah yang tidak terjangkau.

(-) Mahal, Pemeliharaan baterainya kurang ramah lingkungan.

On Grid

Pada sistem PLTS On Grid, listrik dari tenaga matahari dialirkan ke rumah dan terhubung dengan PLN. Di siang hari, rumah akan mengonsumsi listrik dari tenaga matahari, setelah malam akan otomatis pakai listrik dari PLN. Karena tidak menggunakan baterai, kalau ada kelebihan listrik dari tenaga matahari, listrik akan mengalir ke PLN. Terjadi ekspor dan impor listrik. Dengan demikian, besaran tagihan menjadi berkurang. Maka dari itu, besarnya daya untuk PLTS on grid tidak boleh melebihi daya dari PLN (100% daya PLN).

Rangkaian PLTS On Grid

Ilustrasi PLTS On Grid (via suryapanelindonesia.com).
Ilustrasi PLTS On Grid (via suryapanelindonesia.com).

Komponen utama rangkaian ini: panel surya, inverter on grid, dan kWH Exim (meteran ekspor impor listrik PLN).

Biaya PLTS On Grid

Biaya yang harus dikeluarkan untuk memasang sistem on grid adalah yang paling murah diantara 3 jenis PLTS. Meskipun, terbilang murah, kembali lagi tergantung pada daya yang ingin dihasilkan. Semakin besar daya, semakin besar biaya, karena membutuhkan jumlah panel surya lebih banyak, kualitas panel surya yang lebih bagus, dan harga inverternya juga lebih mahal.

Berdasarkan simulasi Kompas, untuk pemasangan PLTS kapasitas 1300 VA menghabiskan biaya sekitar 17 juta.

Kelebihan dan Kekurangan PLTS On Grid

(+) Biaya murah.

(-) Tidak ada cadangan listrik kalau PLN mati lampu, pasang kWH Exim.

Hybrid

PLTS Hybrid adalah kombinasi dari PLTS Off Grid dan PLTS On Grid. Listrik terhubung ke PLN, tapi ada baterai yang berfungsi sebagai genset. Seandainya mati lampu, kita bisa pakai si genset itu. Sama halnya dengan sistem on grid, besarnya daya pada sistem hybrid dibatasi sebesar daya dari PLN (100% daya PLN).

Rangkaian PLTS Hybrid

Ilustrasi PLTS Hybrid (via smartenergy.tech).
Ilustrasi PLTS Hybrid (via smartenergy.tech).

Komponen utama rangkaian ini: panel surya, inverter hybrid, baterai, dan kWH Exim.

Biaya PLTS Hybrid

Biaya yang harus dikeluarkan untuk sistem ini lebih mahal dari sistem on grid. Walaupun demikian, masih lebih murah daripada sistem off grid, karena tidak membutuhkan baterai dalam jumlah besar sebagai cadangan. Untuk pasti berapa, bergantung pada besarnya daya yang dihasilkan.

Kelebihan dan Kekurangan PLTS Hybrid

(+) Lebih ramah lingkungan dibanding sistem off grid, punya cadangan listrik ketika PLN mati.

(-) Tidak bebas tagihan listrik, pasang kWH Exim.

Tips memilih komponen rangkaian PLTS dari yang saya pelajari

1. Memilih panel surya. 

Panel surya yang baik bisa menangkap sinar matahari, meskipun di hari hujan. Ada 2 macam panel surya:

  • Monocrystalline: terbuat dari kristal silikon tunggal, cirinya berwarna hitam, lebih efisien menangkap sinar matahari bahkan ketika cuaca mendung (efisiensi 20% lebih), umur panjang (hingga 25 tahun), namun harganya lebih mahal.
  • Polycrystalline: terbuat dari kristal silikon campuran, cirinya berwarna kebiruan, efisiensi 15-17%, umur panjang (hingga 25 tahun),harganya lebih murah, namun efisiensinya bisa dipengaruhi suhu.

2. Memilih baterai untuk off grid. 

Untuk sistem ini, disarankan menggunakan baterai lithium, baterai yang ada pada HP dan mobil listrik, dibandingkan aki basah maupun aki kering (VRLA). Lithium lebih unggul dari segi umur. Di sisi lain, baterai lithium bisa bekerja meski kapasitasnya mencapai 20%. Kalau baterai VRLA, rawan "njeglek" ketika kapasitas baterainya di bawah 50%. (ini berdasarkan testimoni orang lain ya...)

Baterai yang dipilih pun ada ukurannya, mulai dari 12V, 24V, hingga 48V, dan arusnya bermacam-macam. Yang paling baik adalah 48V dengan 100 Ah. Menurut penjelasan papa saya, kuat tegangan dan arus mempengaruhi kabel cepat panas. Baterai 48V dengan 100 Ah lebih awet dan kabelnya juga tidak harus pakai kabel yang tebal.

3. Memilih Solar Charge Controller (SCC) untuk off grid.

Adalah alat yang bertugas untuk mengatur tegangan yang masuk dari panel surya ke baterai. Tujuannya untuk menghindari kelebihan pengisian daya. Ada 2 tipe SCC berdasarkan cara kerjanya: PWM dan MPPT. MPPT lebih unggul karena bisa memaksimalkan pengisian baterai agar lebih cepat terisi penuh.

4. Memilih inverter.

Inverter adalah alat untuk mengubah arah arus listrik dari DC (direct current) menjadi AC (alternating current).

Dalam hal memilih inverter, baik itu inverter untuk off grid, on grid, dan hybrid, inverter yang baik adalah inverter "pure sine wave". Ini terkait dengan gelombang listrik yang dihasilkan. Gelombang listrik "Pure sine wave" ini adalah yang terbaik karena tidak merusak peralatan elektronik.

***

Begitulah, hasil dari riset saya sebelum memasang PLTS. Semoga infonya bermanfaat! Sudah begini pun masih kurang, masih harus mencari persyaratan untuk pasang kWH Exim dan yang tidak kalah penting, mencari info kontraktor untuk pemasangan PLTS!

Nah, kalau begini apakah kalian tertarik pasang PLTS di atap rumah?

***

Sumber: 

[1], [2], [3], [4], [5], [6], [7], [8], [9]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun