Akhir-akhir ini, staycation telah menjadi tren bagi warga +62 untuk menikmati akhir pekan, bersantai dengan keluarga, dan rekreasi, serta sebagai pilihan untuk melepas stress atau self-healing. Staycation ini menjadi pilihan bagi mereka yang tidak memiliki waktu untuk berlibur dan memiliki budget yang pas-pasan.
Berenang menjadi salah satu kegiatan yang paling sering ditawarkan saat staycation. Olahraga air yang satu ini terutama sangat digemari oleh anak-anak. Sehingga, staycation yang memiliki fasilitas kolam renang dinilai memiliki nilai plus bagi yang ingin berlibur bersama keluarga.Â
Bermain air memang menyenangkan bagi si kecil. Di sisi lain, berenang juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan anak. Di antaranya dapat meningkatkan kesehatan paru-paru dan jantung, melatih otot, meningkatkan fungsi kognitif, serta dapat memberikan postur tubuh yang baik.
Namun, perlu diperhatikan, olahraga air yang dianggap ramah ini bisa berubah menjadi olahraga ekstrim bila ditangani dengan salah. Faktanya, WHO telah menyatakan bahwa 7% kematian di dunia berasal disebabkan oleh kasus tenggelam, di mana anak-anak dan laki-laki memiliki resiko lebih besar sebagai korbannya.
Anak-anak berumur 1 sampai 4 tahun memiliki resiko terbesar, diikuti dengan anak-anak berumur 5 hingga 14 tahun. Sedangkan dari segi gender, hampir 80% korban yang meninggal adalah laki-laki karena laki-laki cenderung mabuk-mabukan dan sering kali berenang sendirian.
Kasus Kematian Saat Berenang di Indonesia
Di Indonesia belum lama ini juga, ada kasus seorang anak meninggal karena tenggelam di kolam renang. Peristiwa ini menimpa seorang anak laki-laki berumur 7 tahun yang nekat untuk berenang di kolam renang khusus dewasa dengan kedalaman 1,5m. Kejadian ini terjadi di bulan Mei di daerah Bekasi. Menurut berita, petugas kolam renang sudah berusaha mencegah anak tersebut. Namun, si anak sudah terlanjur menceburkan diri ke kolam renang dan ternyata si anak tidak bisa berenang. Ketika petugas berusaha menyelamatkan, nyawa anak tersebut sudah tak tertolong. (Berita selengkapnya di sini).
Masih di bulan yang sama, Mei, dan daerah yang sama, Depok, seorang anak berinisial MI yang berumur 4 tahun tewas akibat tenggelam ketika berwisata di Kolam Renang Taman Herbal Insani. Menurut rekaman CCTV, anak ini menerobos garis antara kolam renang anak-anak dan kolam renang dewasa yang memiliki kedalaman 1,2m. (Berita selengkapnya di sini).
Bali yang menjadi kota tujuan wisata pun tak luput dari kejadian ini. Seorang anak perempuan berusia 3 tahun ditemukan mengambang dengan posisi wajah menghadap ke bawah. Anak ini kemudian dilarikan ke rumah sakit, namun sudah terlambat [*]. Sebelumnya, kasus kematian akibat tenggelam di kolam renang juga terjadi di Lampung [*] dan Purbalingga [*], bahkan kali ini korbannya berusia remaja.
Menurut WHO, pada tahun 2016, angka kasus tenggelam di Indonesia mendekati 9000 orang. Angka kematian ini lebih besar dibandingkan angka kematian akibat gizi buruk atau HIV/AIDS. Bahkan angka sebenarnya bisa jadi lebih besar karena kematian yang tidak tercatat atau tidak dilaporkan. Dan meskipun tidak berujung kematian, tenggelam dapat mengakibatkan kerusakan pada otak dan masalah fisik lainnya.
Lalu, bagaimana mencegah hal ini terjadi?
Ada 5 Faktor yang Meningkatkan Resiko Tenggelam di Kolam Renang
Sebagian besar kasus tenggelam di kolam renang disebabkan oleh keteledoran dan lepasnya pengawasan orangtua terhadap anak-anak.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat, ada 5 faktor yang berpengaruh, meliputi:
- Kemampuan Berenang yang tidak Memadai
- Penggunaan tali pembatas antara kolam dewasa dengan anak-anak. Memisahkan kolam renang dewasa dan anak-anak dapat menurunkan resiko tenggelam hingga 80%.
- Tidak adanya pengawasan dari orang tua. Berdasarkan statistik, faktor ini menyumbang 77% kasus tenggelam yang dialamai oleh anak-anak.
- Meminum alkohol/mabuk sebelum berenang.
- Penyakit yang kambuh. Bagi beberapa orang, sebaiknya tidak berenang sama sekali, contohnya penderita epilepsi.
Bagi para Orangtua, ada 5 hal yang harus dilakukan ketika mengajak anak-anak untuk berenang
- Mengajarkan pada anak untuk tidak pergi atau berenang jauh di luar batas pandangan orang tua.
- Mengajarkan pada anak mengenai bahaya kolam renang dewasa dan mengajak mereka untuk tidak berkeliaran di sekitar kolam renang dewasa sendirian.
- Memastikan anak Anda untuk mengenakan baju renang lengkap dengan pelindungnya, seperti ban dan pelampung (terutama bagi yang belum bisa berenang), kacamata renang, dan topi renang.
- Memastikan pada pengurus kolam renang atau manajemen hotel, apakah kolam renang mereka memiliki pelindung saluran air guna keselamatan. Jika tidak ada pelindung saluran air, sebaiknya Anda dan keluarga mencari kolam renang lainnya.
- Mengajarkan pada seluruh anggota keluarga mengenai bahaya sistem drainase air dan meminta mereka (khususnya anak-anak) untuk menjauhi saluran air di kolam renang.
*** Peringatan tulisan di bawah ini mengandung unsur 'gore' yang mungkin tidak nyaman untuk dibaca! ***
Sisi 'Ekstrim' Kolam Renang
Yang lebih ngerinya lagi, ternyata berenang di kolam renang bisa berujung pada kematian yang berdarah. Wah, yang ini jangan sampai deh!
Mungkin kalian pernah menonton film "The Final Destination" yang merupakan seri ke-4 dari franchise film "Final Destination". Dalam seri ke-4 ini, salah satu tokohnya yang bernama Hunt Wynorski meninggal dengan kejam setelah ususnya terhisap keluar oleh sistem drainase kolam renang.
Kisah yang sepertinya hanya ada di "The Final Destination" ini ternyata terjadi dalam kehidupan nyata! Mulanya ingin berekreasi tapi malah berakhir nahas.
Di tahun 2008, seorang anak perempuan bernama Abigail Taylor hampir meninggal akibat tersedot oleh sistem drainase air di kolam renang. Saat itu Abigail sedang bermain di kolam renang anak Minneapolis Golf Club. Tanpa disadari, ia duduk di atas saluran air yang tidak dilengkapi dengan pelindung. Saluran air ini memiliki kekuatan hisap yang cukup besar, hingga menyedot Abigail dan sebagian usus milik anak berusia 6 tahun ini.Â
Kejadian ini cukup menggemparkan. Abigail yang dilarikan ke rumah sakit sempat melakukan sejumlah operasi, termasuk operasi untuk transplantasi organ usus, hati, dan pankreas. Ia menjalani perawatan selama sembilan bulan. Akan tetapi, Abigail akhirnya harus berpulang karena kondisi komplikasi yang ia derita (Berita lengkap di sini).
Kejadian serupa juga dialami oleh pasangan Baker dan Karen Cohn, yang harus kehilangan putra mereka yang berumur 6 tahun akibat tersedot oleh sistem drainase air. Dilansir oleh abcnews.go.com, putra mereka sedang asyik berenang di kolam renang sebuah hotel ketika ia tiba-tiba tersedot ke dalam saluran air di kolam renang. Pasangan ini pun kemudian berusaha menarik putra mereka. Namun, putra mereka terhisap dan sulit dilepaskan, hingga akhirnya meninggal di tempat.
Ada lagi kasus di mana rambut seorang anak perempuan berusia 9 tahun terhisap oleh saluran air kolam renang saat sedang merayakan ulang tahun neneknya. Kejadian ini terjadi di bulan Februari tahun ini (2022) di Brazil. (Berita lengkap di sini).Â
Oleh karena itu, penting bagi yang berambut panjang untuk minimal mengikat rambut mereka atau menggunakan topi renang ketika berenang. Dan yang terpenting adalah untuk menghindari dan menjauh dari saluran air kolam renang!
---
Sumber: [1], [2], [3], [4], [5]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H