Berawal dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan perubahan besar pada perilaku konsumen, dilanjutkan dengan adanya perang Rusia-Ukraina, menyebabkan kondisi ekonomi menjadi sulit diprediksi.
Fenomena bubble burst sendiri adalah ketika banyak perusahaan startup terbentuk dan berkembang sangat pesat, namun tidak disertai dengan fondasi yang baik, sehingga akhirnya menjadi rapuh layaknya sebuah gelembung yang cepat sekali menggembung.
Tapi kemudian dengan mudahnya pecah dan menghilang. Sebanyak 90% startup mengalami kegagalan dan akhirnya harus melakukan PHK untuk alasan mengurangi cost karena belum profit.
Yang jelas, perusahaan startup gagal cenderung lebih rentan terhadap kegagalan karena bisnis baru saja dimulai, jaringan konsumen baru saja terbentuk, dana terbatas, dan tidak bisa langsung profit. Di samping itu, perusahaan startup masih harus bersaing dengan perusahan besar.
Umumnya, mereka yang gagal adalah perusahaan startup yang tidak memiliki ciri khas (sekedar ikut-ikutan), memiliki perencanaan yang buruk, tidak fokus, tidak dapat memprediksi perilaku konsumen, tidak memiliki cukup teknologi, memiliki model bisnis yang kurang baik, dan struktur organisasi yang masih rancu.
Tapi teman-teman semua tidak boleh putus asa ya, Karena segala sesuatu yang besar itu dimulai dari hal-hal yang kecil! Dengan perencanaan yang matang dan strategi yang tepat startup juga bisa jadi hebat.Â
Contoh MS Glow yang didirikan oleh Shandy Purnamasari dan Maharani Kemala, kini bisa bersaing dengan Martha Tilaar dan Maybelline.
---
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI