Setelah beberapa waktu kejadian berlalu, setiap sore jadi banyak yang memanggil nama "Bonie" di depan rumah, dan anjing saya "Boni" dengan riang menyambut panggilan nama tersebut. Saya pun terheran dan bertanya kepada mama saya. Mama saya bercerita bahwa tetangga sebelah telah mengadopsi anjing dan menamainya "Bonie" yang terdengar sama dengan nama anjing saya.
Mendengar hal itu, saya terdiam. Saya tidak tau harus tertawa atau kesal. Karena sesungguhnya memberikan nama anjing peliharaan itu bebas. Itu adalah hak setiap orang. Tapi di sisi lain, bukankah risih ya? Karena meskipun sudah izin, kenapa dari sekian banyak nama, tidak pilih nama lain, tapi harus pilih nama yang sama?
Yang membuat saya agak kesal dengan punya nama samaan adalah orang-orang yang jalan sore di depan rumah kami, suka memanggil-manggil "Bonie", anjing tetangga saya. Tapi sepertinya anjing saya merasa terpanggil dan ribut menggonggong.Â
"Ah, ya udah, kalau nggak mau samaan Boni dipanggil dengan nama lain saja," begitu ujar mama saya.
"Mulai sekarang Boni dipanggil nama James ya! Nama panjangnya James Boni."
---
Untungnya, anjing saya bisa dilatih dan mau dipanggil dengan nama panggilan yang baru.
Begitulah pengalaman saya, punya nama anjing samaan dengan tetangga. Meskipun ada sedikit rasa tidak suka karena namanya sama, tapi saya menghargai karena tetangga saya sudah menjadi tetangga yang beretika dengan meminta izin terlebih dahulu. Sekarang saya sudah tidak ambil pusing soal nama ini, toh nama anjing saya jadi lebih keren, James.Â
Tapi coba bayangkan kalau izin punya nama anak kembaran? Bingung kan? Bisa-bisa repot ganti nama, seperti tulisannya Pak Suyito Basuki, "Jangan Gampang Ubah Nama, Sungguh Repot di Masa Depannya" Hahaha...
Kalau kalian, apakah pernah mengalami hal seperti ini juga?
(14.04.2022 - Melina)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H