Untuk MSG sendiri, terkait isu "Chinese restaurant syndrome" dan isu penyebab kegemukan ini merupakan isu yang tidak benar. Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah terkait MSG dapat memberikan dampak bagi kesehatan.Â
Pada tahun 1958, MSG bersama baking powder dan cuka diakui sebagai bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau Food and Drug Association (FDA). MSG tidak memiliki batasan asupan harian yang khusus karena tidak memiliki batas takaran tertentu yang dapat menimbulkan efek samping atau bahaya bagi kesehatan.
Sedangkan, untuk penggunaan asam benzoate dan metil paraben (Methyl p-hydroxybenzoate) sebagai pengawet. BPOM telah menetapkan agar penggunaannya tidak melebihi batas asupan harian (ADI). Sedemikian rupa agar bila dikonsumi setiap hari secara normal, kandungannya tidak melebihi jumlah maksimum yang dianggap aman, sehingga tidak menimbulkan efek samping bagi kesehatan.Â
- Asam benzoat memiliki ADI: 0-5 mg/kg berat badan
- Metil paraben memiliki ADI: 0-10 mg/kg berat badanÂ
Â
Apa yang terjadi jika kita tidak mengkonsumsi mi instan selama 30 hari?
- Meskipun bukan penderita penyakit Celiac, dengan mengurangi konsumsi gluten, kita dapat mempertahankan kondisi lapisan usus halus yang baik, sehingga penyerapan nutrisi menjadi lebih optimal.
- Kita dapat menurunkan tekanan darah dan risiko hipertensi, serta kerusakan ginjal.
- Kita dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
- Kita dapat mencegah risiko penyakit jantung coroner.
- Kita dapat mencegah menurunkan indeks glikemik atau menurunkan kadar gula darah.
- Kita dapat menjaga kadar A1C (kadar hemoglobin yang terglikasi atau terlapis oleh gula) tetap stabil.
- Kita dapat menurunkan risiko resistensi terhadap insulin dan penyakit diabetes melitus 2.
- Kita mencegah risiko penyakit-penyakit yang disebabkan karena penyerapan gizi yang tidak seimbang.
Semua hal ini dapat terjadi, dengan catatan kita tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi karbohidrat, lemak, dan garam, dan memiliki pola makan yang seimbang selama 30 hari tersebut.
Sebetulnya, karena mi instan menjadi produk pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat setiap harinya, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan gizi dari mi instan ini dengan cara memberlakukan berlaku SK Menteri Kesehatan RI No. 1452/Menkes/SK/X/2003 untuk fortifikasi atau penambahan zat gizi Fe, Zn, vitamin B1, vitamin B2, dan asam folat pada tepung terigu yang merupakan bahan dasar berbagai jenis pangan, termasuk mi. Penetapan fortifikasi minyak goreng dengan vitamin A dan fortifikasi yodium pada garam. Â
Selain itu, untuk mendorong kepekaan masyarakat pada kesehatan, BPOM juga memberlakukan logo "pilihan lebih sehat" pada kemasan produk pangan. Untuk produk mi instan dan sejenisnya, BPOM menetapkan batas gizi maksimum yang menjadi persyaratan bagi produk mi instan dan sejenisnya untuk mendapatkan logo pilihan lebih sehat, yaitu:
- Kandungan lemak total maksimum 20 g per 100 g
- Kandungan garam (natrium) maksimum 900 mg per 100 g
Walaupun demikian, sebaiknya kita tidak mengkonsumsi mi instan terlalu sering. Bukan berarti harus puasa atau tidak makan mi instan selama 30 hari. Tetapi, akan lebih baik jika kita dapat memiliki pola makan yang seimbang dan menyehatkan.
Kalau saya sendiri berhubung mengidap maag, saya membatasi diri untuk mengkonsumsi maksimal 2 kali dalam seminggu. Dan biasanya saya makan mi instan justru setelah makan nasi atau lebih sebagai snack, supaya ada bantalan perut terlebih dahulu karena takut asam lambungnya naik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H