Mohon tunggu...
Melika Nur Jihan
Melika Nur Jihan Mohon Tunggu... Penulis - Ekspresikan ide-idemu ;). Jangan menjiplak seluruh tulisan dalam blog ini !!

Selamat berekspresi semua ;)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Malpraktik Pendidikan di Indonesia

28 Juni 2020   05:58 Diperbarui: 28 Juni 2020   06:34 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Jika kualitas pendidikan suatu negara baik maka sumber daya manusia yang berada di negara tersebut juga akan menjadi baik sehingga negaranyapun dapat menjadi maju. 

Sebaliknya, jika kualitas pendidikan suatu negara buruk maka buruk pula sumber daya manusia yang berada di negara tersebut sehingga negaranya dapat menjadi bangsa yang terbelakang. 

Pendidikan mengandung banyak moral yang akan ditanamkan pada diri setiap insan. Tanpa pendidikan, setiap orang tak dapat hidup dengan moral. Tanpa moral, setiap orang tak akan hidup dengan sewajarnya. 

Mereka akan saling berbuat kerusakan terhadap satu sama lain. Oleh karena itu, perilaku menyimpangpun sangat banyak terjadi pada saat ini. Pencurian, peggunaan obat-obat terlarang, tawuran antarpelajar, korupsi, dan sebagainya. 

Oleh karena itu, pendidikan sangat berperan penting terhadap kualitas sumber daya manusia agar setiap insan dapat memiliki moral yang baik untuk memajukan bangsanya.

Kualitas pendidikan di suatu negara ditentukan berdasarkan sistem pendidikan yang diterapkan di negara tersebut. Sistem pendidikan sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan sumber daya manusia untuk memajukan bangsanya. Jika sistem pendidikan yang diterapkan baik maka kualitas pendidikan yang dimiliki negara tersebutpun juga akan baik. 

Sistem pendidikan yang baik diterapkan dengan mengembangkan seluruh potensi kelebihan dalam diri setiap orang bilamana jika dalam diri setiap orang tersebut terdapat suatu kekurangan, kekurangan tersebut akan dilengkapi dan dibenahi dengan cara yang layak tanpa harus melalui proses penekanan. 

Jika sistem pendidikan selalu diterapkan dengan penuh tekanan, hal tersebut sangat berdampak negatif bagi diri setiap orang. Dampak negatif yang dihasilkan dari sistem tersebut hanya dapat membawa tekanan terhadap pikiran dan jiwa sehingga hal tersebut dapat melemahkan mental sehingga setiap orang dapat memiliki sikap yang kurang adaptif terhadap setiap keadaan. 

Untuk memajukan negara, kita memiliki peran sebagai pembawa agen perubahan bilamana peran tersebut hanya dapat diperoleh melalui pendidikan yang layak. Seorang yang berperan sebagai pembawa agen perubahan harus memiliki mental yang kuat untuk menumbuhkan rasa peka dan empati terhadap setiap keadaan di sekitarnya. Dengan demikian, bangsanya dapat menjadi maju akibat dari rasa peka dan empati yang ia miliki.

Kualitas pendidikan di Indonesia belum terbilang cukup berkualitas karena masih didasari oleh sistem yang penuh dengan tekanan sehingga hal itulah yang menyebabkan sulitnya setiap orang untuk berkreasi dalam mengembangkan potensinya. 

Selain itu, masyarakat juga masih memiliki kesadaran literasi yang sangat kurang sehingga persentase jumlah penduduk buta huruf juga terbilang cukup tinggi. Padahal, buku merupakan jendela dunia karena ia berperan sebagai pedoman hidup sehingga jika kita tak membacanya, pedoman hidup itu akan meninggalkan kita. 

Dengan demikian, hidup kitapun dipenuhi oleh masa bodoh yang dapat membuat kita menjadi tertinggal dari yang lain. Itulah beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia miskin akan ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga sangat layaklah jika Indonesia disebut sebagai negara terbelakang dari negara-negara lainnya. Adanya berbagai faktor tersebut, segalanya tak akan lepas dari berbagai malpraktik. Oleh karena itu, kita akan membahas berbagai penerapan malpraktik pendidikan yang di Indonesia.

Bentuk-bentuk malpraktik pendidikan Indonesia berupa penekanan kemampuan terhadap aspek berhitung, membaca, dan menulis. Selain itu, tolak ukur prestasi juga harus ditentukan berdasarkan angka nilai yang diperoleh dari ketiga aspek kemampuan tersebut. 

Jika kita ingin mendapatkan sebuah nilai maka kita harus melalui berbagai bentuk ujian bilamana ujian itu sendiri merupakan suatu bentuk evaluasi terhadap kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta didik untuk memperoleh suatu capaian. Evaluasi itulah yang dimanfaatkan oleh setiap tenaga pendidik untuk menentukan layak tidaknya mereka untuk memperoleh capaian itu melalui nilai yang telah mereka peroleh dalam menempuh berbagai ujian tersebut.

Klasifikasi ujian terbagi atas 2 kelompok, yakni berdasarkan waktu dan berdasarkan bentuk pelaksanaannya. Jika ditinjau berdasarkan waktunya, ujian terbagi atas 5 waktu, seperti ulangan harian merupakan evaluasi yang dilakukan secara harian, ujian tengah semester merupakan evaluasi yang dilakukan dalam kurun waktu 3 bulan sejak dimulainya proses pembelajaran, ujian semester merupakan evaluasi yang dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan sejak dimulainya proses pembelajaran, ujian sekolah merupakan evaluasi yang dilakukan pada tahap akhir dari seluruh rangkaian ujian pada tingkat sekolah, maupun ujian nasional merupakan evaluasi yang dilakukan pada tahap akhir dari seluruh rangkaian ujian pada tingkat nasional. 

Ujian nasional dan ujian sekolah itulah yang dimanfaatkan oleh pemerintah pusat maupun setempat untuk menentukan layak tidaknya peserta didik untuk lulus di sekolah tersebut. 

Adapun klasifikasi ujian yang ditinjau berdasarkan bentuk pelaksanaannya, yakni berupa ujian tertulis maupun ujian praktik. Ujian praktik merupakan ujian yang tersaji dalam bentuk praktik terapan sedangkan ujian tulis merupakan ujian yang tersaji dalam bentuk soal tertulis. Bentuk ujian tulispun juga terbagi menjadi 1 klasifikasi berdasarkan sistem pelaksanaannya, yakni berupa online maupun offline. Persamaan dari kedua sistem tersebut, yakni kedua ujian tersaji dalam bentuk soal tertulis. 

Perbedaannya, terletak pada wadah yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan dari soal tersebut bilamana wadah yang digunakan untuk menjawab soal offline berupa sebuah kertas sedangkan wadah yang digunakan untuk menjawab soal online harus melalui jaringan internet yang terkoneksi pada suatu perangkat elekronik, seperti komputer/laptop maupun handphone.

Pada tahun 2018, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhajir Effendi, membuat kebijakan baru terhadap soal Ujian Nasional, khususnya pada mata pelajaran Matematika. Kebijakan yang ia miliki, yakni akan membuat soal ujian menjadi lebih sulit dari tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, dia membuat kebijakan tersebut agar dapat meningkatkan kemampuan seluruh peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan suatu persoalan, khususnya dalam soal berhitung. Persoalan ini juga merupakan bagian dari bentuk malpraktik pendidikan yang diterapkan di Indonesia.

Berdasarkan pemaparan di atas, kita telah mengetahui ruang lingkup ujian itu sendiri bilamana fungsi utama dari ujian itu, tidak lain hanya untuk menentukan kualitas diri seorang peserta didik selama ia duduk di bangku sekolah tersebut. 

Dengan demikian, diri kita harus selalu berpatokan terhadap setiap ujian yang diberikan untuk terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Padahal, tanpa disadari, sistem ujian ini juga memiliki banyak dampak negatif bagi setiap orang yang menghadapinya. 

Karena ujian berperan sebagai penentu kualitas diri seseorang maka telah dipastikan jika setiap orang menganggap ujian sebagai ajang persaingan untuk memperoleh sebuah prestasi. 

Melalui ujian ini, mereka juga ditantang untuk mengerjakan setiap soal yang bilamana jawaban dari soal tersebut harus mengacu terhadap buku dari suatu mata pelajaran yang diujikan. Selain itu, ditambah lagi dengan adanya pemberian nilai terhadap kemampuan setiap peserta didik dalam menghadapi berbagai ujian itu bilamana nilai itu sendiri harus memiliki kriteria ketuntasan minimal yang berperan sebagai batasan minimal yang harus dicapai untuk mengukur kualitas dan kemampuan belajarnya. 

Oleh karena itu, tanpa disadari, setiap peserta didik yang menghadapi suatu ujian, mereka dipaksa untuk bisa memperoleh nilai yang sesuai dengan standar kriteria yang ditentukan tanpa memperhatikan kualitas pemahaman yang telah mereka dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga mereka sangat sulit berkreasi untuk menuangkan berbagai ide yang mereka miliki. Hingga akhirnya, mereka terpaksa untuk melakukan berbagai macam cara untuk memperoleh nilai sesuai yang mereka inginkan.

Selain dalam bentuk ujian bernilai, bentuk malpraktik pendidikan yang terapkan berikutnya adalah dengan adanya kurikulum yang bermacam-macam. Pada masa debat antarkandidat capres berlangsung 2019 lalu, Sandiaga Uno memaparkan bahwa salah satu hal penting yang sangat perlu dibenahi dalam pendidikan, yakni kurikulum yang essensial. 

Dia mengatakan bahwa kita tak perlu mengadakan kurikulum yang bermacam-macam yang dampaknya hanya akan menjadi tekanan terhadap setiap peserta didik sehingga mereka menjadi kebingungan untuk menentukan arah tujuan dari akhir pendidikannya. Selain itu, kurikulum yang beragam juga berdampak terhadap masalah fisik seperti kurangnya waktu istirahat karena kita telah menghabiskan waktu belajar selama 8 jam setiap harinya. 

Waktu yang kita miliki selalu terisi oleh mata pelajaran yang beragam itu sehingga seringkali kita merasa ngantuk setiap proses belajar mengajar berlangsung. 

Oleh karena itu, kita tak dapat menerima materi dengan baik karena otak yang kita miliki juga memerlukan nutrisi melalui istirahat yang kita lakukan. Dia juga mengatakan bahwa penerapan bentuk malpraktik ini, seringkali terjadi pada saat penentuan jurusan yang akan dipilih saat memasuki bangku SMA hingga bangku perkuliahan. Mereka sangat kesulitan untuk menemukan potensi dirinya karena fokus yang mereka miliki telah terpecah selama 12 tahun dalam menempuh setiap rangkaian pendidikan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, penggunaan sistem ujian bernilai dan kurikulum yang beraneka ragam inilah yang secara tidak langsung, mengikis nilai moral yang dimiliki setiap peserta didik. 

Sistem inilah yang melemahkan karakter jujur setiap peserta didik sehingga mereka sangat mudah untuk berbuat curang terhadap segala hal, khususnya dalam rangka menghadapi berbagai ujian. Karena ujian merupakan suatu cara yang digunakan setiap tenaga pendidik untuk menguji kemampuan setiap peserta didiknya sehingga para guru telah yakin terhadap seluruh kemampuan yang dimiliki murid-muridnya. 

Oleh karena itu, tak heran jika mereka tak memberikan izin terhadap seluruh murid-muridnya untuk belajar dan mengevaluasi materi yang telah diberikan sebelum-sebelumnya. 

Dengan demikian, mereka sangat mudah untuk melakukan kecurangan dalam ujian tersebut karena mereka ditantang untuk bisa menyelesaikan soal-soal ujian itu untuk memperoleh nilai sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Jika sistem yang diterapkan itu terus berlanjut maka nilai kejujuran yang telah tertanam dalam diri setiap orang perlahan-lahan akan menjadi pudar. Oleh karena itu, perilaku korupsi semakin marak terjadi karena setiap orang yang melakukannya tak memiliki moral yang tertanamkan sejak dini untuk mengendalikan perilaku tersebut.

Jika kita bandingkan dengan negara-negara lain, Finlandia merupakan salah satu negara dengan pendidikan terbaik di dunia karena negara tersebut menerapkan sistem pendidikan yang cukup demokratis terhadap penduduknya. Negara tersebut tidak menerapkan full day school. Waktu sekolah yang diberikan hanya sekitar 4-5 jam/hari. 

Waktu belajar yang diberikan terhadap setiap muridnya hanya sekitar 45 menit sedangkan waktu istirahat yang diberikan selama 15 menit sehingga proses pembelajaran yang mereka lakukan juga diselingi dengan istirahat yang cukup untuk melepas beban pikiran. Selain itu, pemerintah di sana, tidak pernah membuat kebijakan untuk memberikan setiap muridnya tugas semacam PR, terlebih lagi memberlakukan sistem ujian, khususnya ujian nasional. 

Pemerintah di sana bertindak demikian karena menganggap bahwa keberadaan ujian itu sendiri dapat menjadi tekanan berat terhadap setiap orang hingga merusak nilai moral orang itu sendiri. Dengan demikian, sistem pendidikan di sana berjalan dengan baik tanpa harus merusak moral yang dimiliki setiap penduduknya,

Berdasarkan pemaparan di atas, kita telah mengetahui bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Jika kualitas pendidikan suatu negara baik maka sumber daya manusia yang berada di negara tersebut juga akan menjadi baik sehingga negaranyapun dapat menjadi maju. 

Sebaliknya, jika kualitas pendidikan suatu negara buruk maka buruk pula sumber daya manusia yang berada di negara tersebut sehingga negaranya dapat menjadi bangsa yang terbelakang. 

Kualitas pendidikan di suatu negara ditentukan berdasarkan sistem pendidikan yang diterapkan di negara tersebut. Sistem pendidikan sangatlah berpengaruh terhadap keberlangsungan sumber daya manusia untuk memajukan bangsanya. Jika sistem pendidikan yang diterapkan baik maka kualitas pendidikan yang dimiliki negara tersebutpun juga akan baik. 

Sistem pendidikan yang baik diterapkan dengan mengembangkan seluruh potensi kelebihan dalam diri setiap orang bilamana jika dalam diri setiap orang tersebut terdapat suatu kekurangan, kekurangan tersebut akan dilengkapi dan dibenahi dengan cara yang layak tanpa harus melalui proses penekanan. 

Jika sistem pendidikan selalu diterapkan dengan penuh tekanan, hal tersebut sangat berdampak negatif bagi diri setiap orang. Oleh karena itu, kita tidak diperbolehkan untuk menerapkan sistem pendidikan yang sangat bertentangan dengan hak demokrasi setiap orang agar dampak yang dihasilkan dari pendidikan itu tidak dapat menjadi tekanan hingga merusak moral orang itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun