Mohon tunggu...
Meliana Chasanah
Meliana Chasanah Mohon Tunggu... Penulis - Islamic Writer

Far Eastern Muslimah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kelaparan Global, Hari Pangan Sedunia Hanya Seremonial

21 Oktober 2021   08:00 Diperbarui: 21 Oktober 2021   08:02 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh, target nol persen angka kelaparan dunia 2030 akan meleset jauh jika segala sesuatunya masih dalam kendali gurita kapitalisme global. Ideologi rakus itu takkan pernah berhenti melontarkan lipstik-lipstik manis untuk mengelabui dunia, demi menjaga eksistensinya.

Lagi-lagi, hanya kepentingan segelintir orang yang akan diperhitungkan. Tentu kita tidak lupa bukan, bahwa 1% dari populasi dunia merupakan orang terkaya yang mengalami kenaikan pangsa pasar kekayaan terhadap total kekayaan global pada 2020? Padahal pada saat yang sama, di belahan dunia lain banyak orang yang sedang berjuang antara hidup dan mati melawan kelaparan. Terlebih di tengah pandemi.

Jika demikian, maka sungguh ada hal lain yang melatari terjadinya bencana global kelaparan yang sangat mengiris batin itu. Hal itu lebih disebabkan distribusi kekayaan di dunia ini sangatlah buruk. Sistem pengaturan urusan kehidupan kapitalisme yang dianut di setiap negara sangat jauh dari kata adil. Korporatisasi pertanian dan industri pangan dunia telah sukses menjadikan pangan hanya bisa diakses oleh mereka dengan kapital (uang) melimpah. Bagi yang tak ada akses dengan uang bersiaplah tersingkir bahkan punah terlindas zaman. Persis arahan teori evolusi Charles Darwin terkait kekuatan adalah salah satu penentu spesies mana yang akan bertahan di belantara kehidupan ini.

Prinsip kapitalisme mengamanahkan pada negara bahwa peran mereka cukuplah untuk melakukan upaya pembuatan regulasi dan mengawasi berjalannya regulasi tersebut. Sementara hajat hidup semisal pangan, sandang, papan bahkan kebutuhan kolektif kesehatan, pendidikan dan keamanan diserahkan pada mekanisme jual beli. Dimana tentu hal itu dikendalikan oleh korporat. Maka penguasaan hajat hidup orang banyak pun berada di tangan segelintir para kapital pemilik korporat raksasa dunia.  

Sistem kapitalisme pun bersifat eksploitatif, merusak alam/iklim ketika liberalisasi di bidang ekonomi dan penguasaan aset kekayaan sempurna diterapkan.

Kapitalisme pula yang sukses menjadikan dunia selalu berada dalam kondisi keterjajahan. Negara adidaya menjajah negara-negara pengekor. Baik melalui agresi militer atau dengan penjajahan ekonomi berkedok kerjasama multilateral. Negara adidaya kapitalis pun tak segan menanamkan pemimpin-pemimpin bonekanya di negara-negara lain. Lantas memerankan diri sebagai sutradara yang memiliki kuasa menimbulkan, mempertahankan atau menghentikan konflik di sebuah negara.

Konsep nation state kian memperburuk kondisi. Masing-masing negara merasa tak tergerak untuk saling mengambil peran dalam upaya penyelesaian permasalahan negara miskin di sekitarnya. Bahkan dalam satu kawasan nation state pun wilayah-wilayah yang kaya akan sumber daya alam diarahkan untuk menutup mata atas penderitaan sesama. Aksi filantropi yang ditampakkan dengan upaya-upaya saling membantu dari setiap individu pun tak sanggup untuk menyelesaikan gurita kelaparan global karena cakupannya bersifat sistemik.

Maka sungguh dunia secara keseluruhan membutuhkan sistem kehidupan yang adil dan menyejahterakan. Tanpa memandang bangsa dan kedudukan manusia. Satu kekuatan yang sanggup mengelola alam dan harta kekayaan di muka bumi dengan keadilan hakiki. Dan ini hanya sanggup diberikan oleh sistem kehidupan yang datang dari Sang Maha Pencipta. Ia yang menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan. Ia pula yang memberikan seperangkat aturan yang tentu tepat untuk diberlakukan di hamparan bumi ciptaan-Nya. Diberikan sebagai bentuk kasih sayang Al-Khaliq pada setiap mahkluk.  Itulah sistem kehidupan Islam.

Sistem kehidupan Islam telah terbukti berabad lamanya mampu mempersembahkan peradaban gemilang diliputi kesejahteraan dan keadilan hakiki. Aturannya yang dinamakan syariat berhasil menjaga lima hal: agama, darah/jiwa, kehormatan, harta dan akal. Dengan prinsip rahmatan lil 'alamin, Islam akan menaungi bumi tanpa memandang agama, ras dan bangsa. Menjauhkan umat manusia dari kezaliman.

Cukuplah perkataan seorang orientalis asal Barat, Will Durrant bersama istrinya menjadi satu bukti.  "Para Khalifah (pemimpin sistem pemerintahan Islam) telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapa pun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa. (The Story of Civilization)

Wallahu a'lam bishshawab
Oleh : Meliana Chasanah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun