Sudah belasan tahun saya tidak pernah naik kereta api, maksudnya bukan LRT, ya.
Kalau LRT, baru-baru ini saya menaikinya bersama anak sulung karena ada kegiatan di sekolahnya. Meskipun keduanya sama-sama kereta, jarak tempuhnya tidak sama.
Perjalanan Pertama Naik Kereta Api
Pertama kali saya naik kereta, yaitu saat ayah saya ditugaskan ke Lubuk Linggau. Saat awal ayah saya bekerja di Lubuk Linggau, kami diajak serta untuk sekadar liburan sesaat.
Setelah itu, kami berpisah dan hanya ayah yang pulang-pergi Palembang-Lubuk Linggau dan Lubuk Linggau sampai beberapa tahun lamanya memakai kereta api Serelo.
Rezeki adik saya untuk tinggal di sana sehingga membuat saya beberapa kali merasakan naik kereta api lagi untuk sampai di sana.
Setelah dia menikah, saya belum pernah lagi menaiki kereta api. Jika tidak ada adik saya di Lubuk Linggau, mungkin akan sulit bagi saya untuk naik kereta api.
Sebenarnya, jika saya ingin melakukan perjalanan ke Lubuk Linggau, saya bisa naik travel atau mobil.
Namun, ayah saya berkata bahwa naik kereta itu lebih nyaman. Mungkin kita akan merasakan guncangan alias ketakutan akan mabuk perjalanan, tetapi kemungkinan itu sangat kecil.
Suasana Stasiun Kertapati Dulu dan Sekarang
Aih, perjalanan pertama menggunakan kereta pertama membuat saya harus kuat dengan berbagai bau. Semua bau ada di sana. Ih, mual, iya, tapi muntah enggak bisa.
Mudik/Republika
![Mudik/Republika](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/08/04/sejumlah-pemudik-kereta-api-serello-tujuan-palembang-lubuklinggau-berjalan-menuju-220423132258-239-64ccf70f08a8b539d0476932.jpg?t=o&v=770)
Keadaan kereta yang penuh sesak dengan penumpang legal dan penumpang gelap, berbagai para penjaja makanan atau TTS berseliweran di dalam kereta yang naik di setiap stasiun, pengamen, dan penjambret pun ada di sana. Huh, rasanya pengap sekali.
Apalagi kondisi kereta kelas ekonomi saat itu hanya berupa AC alami atau angin cepoi-cepoi.
Begitulah cerita saya, tetapi saat ini PT. KAI mulai berbenah. Kelas ekonomi pun sangat nyaman. Tidak ada lagi pengamen, pedagang, atau penumpang ilegal. Udara sejuk pun bisa dirasakan oleh para penumpang ekonomi. Kenyamanan dirasakan penumpang untuk saat ini.
Sejarah Stasiun Kertapati
Dalam sejarah, rel kereta api Kertapati Palembang tak luput dari kisah penjajahan kolonial Belanda.
Pembangunan relnya dimulai pada tahun1911. Pada saat itu jalur rel dibuat hanya untuk mengangkut hasil bumi, tambang, hasil hutan, dan perkebunan dari negeri jajahan di Sumatera.
Penggunaan kereta bertujuan untuk menghemat biaya dan mempercepat waktu pengangkutan.
Stasiun Kertapati/Wikipedia
![Stasiun Kertapati/Wikipedia](https://assets.kompasiana.com/items/album/2023/08/04/220px-collectie-tropenmuseum-vertrek-resident-j-l-m-swaab-van-station-kertapati-bij-palembang-tmnr-60051098-64ccf7614addee02a51fcbe2.jpg?t=o&v=770)
Jikalau pengguna kereta api tahu bagaimana sejarah perkeretaapian di Indonesia, maka rasa terima kasih pasti tidak akan henti-hentinya diberikan. Perjuangan para pekerja yang berada dalam pengawasan Pemerintah Hindia Belanda.
Saat itu ribuan orang di Palembang dan Tanjungkarang dikerahkan untuk membabat hutan, meratakan tanah untuk dudukan rel KA. Hingga lintasan kereta di Sumatera Selatan pertama kali dibangun adalah sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjungkarang, Lampung.
Pembukaan jalur ini mulai dilalui pada 3 Agustus 1914. Kini, panjang seluruh jalur rel yang dikelola PT Kereta Api Divisi Regional III Sumsel mencapai lebih dari600 kilometer dengan 224 jembatan.
Keuntungan Warga Palembang
Dalam Penggunaan Kereta Api
Bagi warga Palembang sendiri, adanya stasiun Kertapati ini sangat penting sekali.
Berbagai pedagang bahkan pengusaha banyak memanfaatkan transportasi ini. Penggunaan kereta api lebih murah daripada menyewa mobil untuk mengangkut barang.
Bagi saya dan keluarga, naik kereta api itu sangat menyenangkan dan menguntungkan karena kondisi fisik kami yang mudah mabuk perjalanan dapat teratasi.
Di setiap perjalanan, selalu saja ada kejadian yang membuat saya terkenang sampai sekarang. Kenangan yang menyenangkan juga menakutkan.
Kertapati, Stasiun Kebanggaan Wong Palembang
Stasiun Kertapati termasuk stasiun kelas besar tipe A berlokasi di Jl. Kemang Kertapati, Kertapati, Kec. Kertapati, Kota Palembang. Stasiun ini berada di atas pertemuan Sungai Ogan dan Musi.
Stasiun Kertapati ini adalah tempat pemberhentian utama bagi semua kereta api penumpang yang berjalan ke arah Bandar Lampung (Tanjung Karang) atau ke arah Lubuk Linggau.
Stasiun ini sangat bersejarah bagi warga Sumatera Selatan. Dalam pembuatannya terdapat tetes keringat dan darah para pekerja yang bekerja dalam pengawasan pemerintah kolonial Belanda yang kejam sehingga kita harus menghargai jerih payah mereka.
Cara Menghargai Sebuah Stasiun
Sebagai warga Palembang, saya menghargai stasiun Kertapati yang bersejarah ini. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghargai sebuah stasiun.
1. Ikuti peraturan yang ada.
Menciptakan kenyamanan
Setiap orang pasti ingin merasa nyaman saat berpergian. Kenyamanan ini bisa kita usahakan dengan mengikuti peraturan yang ada di stasiun tersebut.
2. Menjaga ketertiban saat berada di sana. Tidak perlu membuat kegaduhan di antara sibuknya aktivitas di stasiun. Ciptakan suasana yang saling menghargai antar penumpang. Berusaha tidak menjadi pemicu akan terjadinya kejahatan seperti pencurian atau pencopetan.
3. Tidak merusak barang yang menjadi inventaris stasiun.
Keuntungan bila stasiun ini terjaga akan berimbas pada diri kita sebagai penumpang. Ketika kita bisa duduk di stasiun kereta api dengan nyaman, maka kita tahu bahwa kerusakan barang-barang tersebut hanya akan membuat ketidaknyaman berkendara.
4. Menghindarkan aktivitas negatif, seperti membuang sampah sembarang. Ketika kita bertanggung jawab atas sampah pribadi, itu berarti kita ikut menyukseskan langkah pemerintah akan pengurangan dampak krisis iklim di dunia.
5. Hindari vandalisme di stasiun.
Dulu sering sekali saya temukan tulisan-tulisan yang merusak keindahan di stasiun. Coretan-coretan di tembok stasiun bahkan di kereta itu sendiri. Kegiatan ini tentu saja akan merugikan pihak pengelola stasiun sehingga untuk melakukannya dibutuhkan biaya.
Harapan dari Warga
Stasiun kereta api Kertapati yang pada kenyataannya sangat berarti bagi masyarakat Palembang. Transportasi yang relatif terjangkau harganya bagi masyarakat ini sudah mengalami perubahan. Perubahan itu dimaksudkan untuk menambah tingkat kenyamanan konsumen.
Pemakaian kereta api sebagai transportasi umum ini sebenarnya menjadi salah satu cara untuk mengurangi dampak krisis iklim.
Penggunaan kereta api ini akan meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi yang pastinya akan menghasilkan karbondioksida.
Oleh karena itu, alangkah baiknya sikap ini bisa diterapkan oleh siapa dan di mana saja.
Hal itu senada dengan anjuran pemerintah tentang pengurangan pemakaian kendaraan pribadi demi kehidupan yang nyaman.
Sikap yang baik diambil oleh pengelola stasiun Kertapati, yaitu menambah fasilitas AC pada kereta ekonomi dengan harga yang murah, melarang para penjual berdagang di dalam kereta sehingga meminimalisir terjadinya kejahatan.
Saya yakin dengan pengelolaan yang baik, stasiun Kertapati Palembang akan terus dibutuhkan masyarakat dan ini akan meningkatkan omsetnya.
Referensi:
Nisyah. 27 Maret 2020. Stasiun Kertapati Palembang. Sripowiki.tribunnews.com
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI