Keadaan kereta yang penuh sesak dengan penumpang legal dan penumpang gelap, berbagai para penjaja makanan atau TTS berseliweran di dalam kereta yang naik di setiap stasiun, pengamen, dan penjambret pun ada di sana. Huh, rasanya pengap sekali.
Apalagi kondisi kereta kelas ekonomi saat itu hanya berupa AC alami atau angin cepoi-cepoi.
Begitulah cerita saya, tetapi saat ini PT. KAI mulai berbenah. Kelas ekonomi pun sangat nyaman. Tidak ada lagi pengamen, pedagang, atau penumpang ilegal. Udara sejuk pun bisa dirasakan oleh para penumpang ekonomi. Kenyamanan dirasakan penumpang untuk saat ini.
Sejarah Stasiun Kertapati
Dalam sejarah, rel kereta api Kertapati Palembang tak luput dari kisah penjajahan kolonial Belanda.
Pembangunan relnya dimulai pada tahun1911. Pada saat itu jalur rel dibuat hanya untuk mengangkut hasil bumi, tambang, hasil hutan, dan perkebunan dari negeri jajahan di Sumatera.
Penggunaan kereta bertujuan untuk menghemat biaya dan mempercepat waktu pengangkutan.
Jikalau pengguna kereta api tahu bagaimana sejarah perkeretaapian di Indonesia, maka rasa terima kasih pasti tidak akan henti-hentinya diberikan. Perjuangan para pekerja yang berada dalam pengawasan Pemerintah Hindia Belanda.
Saat itu ribuan orang di Palembang dan Tanjungkarang dikerahkan untuk membabat hutan, meratakan tanah untuk dudukan rel KA. Hingga lintasan kereta di Sumatera Selatan pertama kali dibangun adalah sepanjang 12 kilometer dari Panjang menuju Tanjungkarang, Lampung.
Pembukaan jalur ini mulai dilalui pada 3 Agustus 1914. Kini, panjang seluruh jalur rel yang dikelola PT Kereta Api Divisi Regional III Sumsel mencapai lebih dari600 kilometer dengan 224 jembatan.
Keuntungan Warga Palembang
Dalam Penggunaan Kereta Api
Bagi warga Palembang sendiri, adanya stasiun Kertapati ini sangat penting sekali.
Berbagai pedagang bahkan pengusaha banyak memanfaatkan transportasi ini. Penggunaan kereta api lebih murah daripada menyewa mobil untuk mengangkut barang.