Hal itu mungkin saja berdasarkan sifat kelaki-lakian di dalam diri ayah. Ayah tahu betul bagaimana sifat seorang laki-laki dan beliau berusaha menjaga anak-anaknya agar tidak terjebak dengan kata pacaran. Untungnya, saya sendiri tidak pernah memikirkan dan berusaha untuk memiliki pacar semasa sekolah atau bekerja.
Menurut saya, pacaran itu ribet. Ribet untuk bersikap seolah-olah baik, bisa, atau menyayangi pada saat berada dekat dengan pacar.Â
Pacaran itu ribet dengan keinginan pasangan. Seorang pacar harus mengikuti keinginan pacaran padahal tidak semua keinginan itu disukai olehnya. Keluhan seperti ini seringkali terucap dari teman yang berpacaran.
Dalam Islam, pacaran sangat tidak dibenarkan. Ini disebabkan karena aktivitas yang dilakukan saat berpacaran itu tidak sepatutnya dilakukan oleh pasangan yang belum memiliki status suami-istri.Â
Jalan bersama sambil berpegangan tangan, berpelukan, atau mencium adalah aktivitas yang tidak bisa dihindari saat berpacaran padahal aktivitas-aktivitas seperti itu sangat rentan terhadap perzinahan. Maka, tidak bisa dipungkiri bahwa di masyarakat kita sering terjadi perzinahan antara pemuda-pemudi pada saat mereka berpacaran.
Terbukti bahwa kasus-kasus perzinahan yang terjadi di masyarakat adalah bentuk penyangkalan terhadap larangan Allah swt.Â
Dalam surat Al Isra': 32, Allah swt melarang untuk tidak melakukan kegiatan yang mengarah ke arah perzinahan, termasuk pacaran. Ini disebabkan karena perbuatan tersebut dianggap sebagai perbuatan keji yang dilakukan pada diri sendiri.
Ketakutan-ketakutan seperti ini pula yang mungkin melatarbelakangi ayah saya untuk selektif menerima teman laki-laki yang datang ke rumah.Â
Seingat saya, hanya beberapa lelaki saja yang diterima datang ke rumah kami. Laki-laki pertama itu adalah teman-teman dari remaja masjid yang ingin bermusyawarah membahas suatu kegiatan di masjid. Mereka datang berombongan. Jadi, bukan hanya lelaki saja yang ada pada saat itu.
Lelaki kedua adalah lelaki yang berniat menikahi saya. Ayah tidak pernah menolak bila seorang lelaki datang dengan maksud menikahi saya.Â