Dengan tulisan sederhana ini, secara tidak langsung saya bertindak sebagai penyuluh digital. Saya ingin memberikan informasi kepada masyarakat  untuk melindungi diri dari kejahatan siber. Beberapa cara yang bisa kita lakukan sebagai nasabah adalah pertama, dengan menjaga data pribadi. Dalam artian, jangan mudah dan sembarangan memberikan data pribadi, meskipun data itu bersifat umum. Kejahatan siber banyak diawali dari data yang bersifat umum.
Kedua, membentengi dengan pembuatan kunci keamanan yang sulit ditebak dengan mengandung kombinasi huruf dan angka. Hal ini bisa dilakukan secara online. Jika keamanan sudah dilapisi dengan tingkat keamanan yang maksimal, kemungkinan untuk dilakukannya kejahatan siber tidak akan terjadi.
Ketiga, tidak selalu memasukkan data penjamin pada pengakses akun. Pastikan data itu terjaga karena data itu bisa digunakan untuk transaksi online, termasuk pinjaman online.
Keempat, coba minta saran dari penyuluh digital terhadap permasalahan yang kamu hadapi. Jika memang data pribadimu berhasil dibobol, maka mintalah untuk direset ulang. Saya yakin pihak bank akan mencoba membantu menanggulangi masalah itu. Namun, kita sebagai nasabah harus menjadi nasabah bijak yang memberikan data pribadi pada keperluan tertentu dengan penuh kehati-hatian.
Referensi
Elsa Catriana. 24 Aguatus 2022. Lembaga Keuangan Jadi Industri yang Paling Banyak Mengalami Serangan Siber, Kok Bisa? Kompas.com
Isna Rifka. 4 Desember 2021. Kenapa Nama Ibu Kandung Jadi Lapisan Keamanan Rekening Bank? Kompas.com.
1 Juli 2022. RI Dihantam 700 Juta Serangan Siber di 2022, Modus Pemerasan Dominan. CNN Indonesia.
Maizal Walfajri. 31 Mei 2022. Hadapi Era Digital, BRI Optimalkan Peran Penyuluh Digital. Kontan.co.id.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H