Mohon tunggu...
Meliana Aryuni
Meliana Aryuni Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis pemula yang ingin banyak tahu tentang kepenulisan.

Mampir ke blog saya melianaaryuni.web.id atau https://melianaaryuni.wordpress.com dengan label 'Pribadi untuk Semua' 🤗

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pergulatan

6 Februari 2022   13:47 Diperbarui: 6 Februari 2022   13:55 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cermin

"Tarik aku, cepat!" teriak sebuah suara seorang wanita dari dalam kerumuman. Matanya menatap mataku dan  membuat aku ketakutan.

Wanita yang dulu menjadi bos di tempat aku mencari nafkah, kini meminta pertolonganku. Apa yang harus aku lakukan? Akankah aku menolongnya, sementara aku pribumi yang bermusuhan dengan kaum yang diserang itu. Ah, sudahlah! Aku akan mengikuti kata hatiku.

"Cepat, Ce!" Kuraih tangannya dan mengajaknya berlari dari kerumunan tadi. Siang itu matahari menambah panas suasana. Semua demonstrans berpeluh meskipun suara mereka dibuat lantang dan garang.

Dari balik tempat sampah besar, aku dan Ce Aling bersembunyi. Kupandangi gemulung demonstrans yang datang seperti kesetanan ingin mengusir kaum bermata sipit di depanku. Geram aku melihat kejadian itu, tetapi aku tidak akan bisa meredakannya. Jiwaku terlalu kerdil untuk menghentikan tindakan itu.

"Hei, ke mana wanita sipit tadi?" teriak pria separuh baya, yang menyadari bahwa satu orang telah berhasil lolos.

"Sial, siapa yang berani menolong wanita itu!" teriak pria itu kembali.

Bola matanya memutar dengan cepat, secepat napasku yang ketakutan melihat tatapan bengisnya. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku betul-betul takut. Begitu pun Ce Aling, tangannya gemetar dan keringatnya membanjiri wajahnya yang putih.

"Hei!" Mulutku dan Ce Aling tiba-tiba termangap. Tubuh kami terlonjak beberapa cm dari tempat duduk kami saat itu. Spontan saja wajahku menoleh ke belakang.

"Ayah! Kenapa Ayah ada di sini?" tanyaku dengan berbisik. Namun, ayahku hanya diam dan mengajak aku dan ce Aling pergi dari sana. Kami mengikuti ayah dan masuk ke rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun