"Yeah! Aku dapat buku baru!" seru Nia. Reaksi anak keduanya pun sama. Sumi tersenyum. Dia senang melihat raut wajah anak-anaknya yang seketika ceria.
"Makasih ya, Bu," ucap Nia. Sumi mengangguk pelan. Si bungsu menggelayut minta digendong, Sumi mengambilnya.
"Dijaga ya buku dan alat tulisnya. Sayang kan kalau hilang. Ibu enggak punya uang lagi untuk membelinya," nasihat Sumi. Kedua anaknya mengangguk, sedangkan si bungsu hanya melirik lugu.
***
"Bu Noni, gimana cara pinjaman yang kata Ibu dulu. Aku butuh uang, Bu," ungkap Sumi.
"Oh, itu," jawab bu Noni sambil tersenyum.
"Iya, Bu. Uangnya bisa dapat cepat enggak, Bu?" tanya Sumi cepat.
"Bisa. Asal ada KTP, prosesnya cepat kok, Mbak. Mbak bawa KTP kan?" tanya bu Noni.
Sumi langsung mengeluarkan KTP dari kantong bajunya dan bu Noni mengambilnya. Sekilas bu Noni mengambil Hp dan mengetik sesuatu di sana.
"Selesai. Mungkin besok uangnya bisa diambil, Mbak," ucap bu Noni tersenyum. Dia berhasil mendapatkan satu mangsa.
"Terima kasih ya, Bu," jawab Sumi dengan mata berbinar. Sumi berpikir setidaknya dia sudah tidak bingung memikirkan uang makan untuk beberapa hari ini. Pesangon yang tinggal 100 ribu itu tidak akan bisa mencukupi semua kebutuhannya.
***
Pagi ini Manto tidak mendengar suara berisik di dapur. Biasanya Sumi istrinya itu sudah bangun jam 4.30 dan dapur sudah terdengar gemericik air. Di kamar pun Manto tidak menemukan istrinya itu. Dilihatnya, anak-anak masih tidur.