"Gini saja, kalau Mbak memang butuh, nanti main ke rumah saya ya," ucap bu Noni sambil berlalu pulang.
Sumi pun melakukan hal yang sama. Sepanjang perjalanan, Sumi memikirkan perkataan bu Noni tadi. Sungguh pilihan yang sulit bagi Sumi untuk masa yang sulit seperti sekarang ini.
"Ah, sudahlah. Kami masih punya uang. Aku tidak mau berhutang," gumam Sumi di dalam hati.
***
"Bu, buku Nia belum ada. Besok sudah masuk sekolah, Bu," rengek Nia anak pertama Sumi, yang sudah kelas 3 SD.
"Adek juga, Bu. Pensil, buku belum ada semua," rengek anaknya yang kedua.
Kedua rengekan anak-anaknya itu menambah pikiran Sumi. Manto suaminya hanya tahu ke luar rumah. Sumi tahu tujuan suaminya itu untuk mencari pekerjaan sehingga Manto tidak begitu tahu keadaan rumah yang sebenarnya.
"Iya, sabar ya. Nanti Ibu belikan. Sekolahnya kan besok," bujuk Sumi.
Anak-anaknya pun tersenyum mendengar perkataan Sumi. Setelah mendengar ucapan Sumi, anak-anak kembali bermain. Mereka tidak pernah tahu bahwa ibunya telah memikirkan semuanya sebelum mereka merengek.
Sumi ke kamar dan melihat amplop pesangon dari suaminya. Diambilnya, 50 ribu untuk dia belanjakan. Sisanya, dia masukkan lagi ke dalam amplop dan di selipkan di dalam lemari.
"Uang ini harus cukup untuk keperluan sekolah anak-anak," gumamnya.
Sumi pun pergi ke warung sebelah rumahnya dan membelikan alat tulis untuk anak-anaknya. Nia dan adik-adiknya masih asyik bermain di ruang tamu. Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, segera saja Sumi pulang.