uang pesangon Bapak hampir habis. Kita tidaka ada pemasukan lagi. Bagaimana anak-anak bisa makan? Apalagi sekolah katanya sudah  mulai tatap muka. Untuk uang jajan anak saja tidak cukup untuk 3 bulan ini, Pak," rengek Sumi kepada Manto suaminya.
"Pak,Dulu Manto memang bekerja sebagai pegawai toko pakaian. Namun, sejak pandemi, Manto dirumahkan. Sumi mencoba mengatur keuangan dengan sebaik mungkin. Pesangon Manto diberikan seluruhnya untuk kebutuhan harian mereka.
Dana yang diberikan oleh pemerintah tidak bisa menjadi pegangan untuk hidup di kota besar. Sewa rumah kontrakan yang mereka tempati pun menjadi sesuatu yang harus dipikirkan. Sumi dan Manto ingin sekali bekerja, tetapi banyak toko yang tutup. Apalagi ketiga anaknya selalu merengek minta jajan kepadanya.
"Mbak Sumi kenapa lesu gitu?" tanya bu Noni tetangga Sumi saat bertemu di warung sayur Mak Ija.
"Kepalaku mumet, Bu. Aku mau kerja. Ibu ada kerjaan untukku enggak?" tanya Sumi sambil menyapu wajahnya.
Bu Noni tampak berpikir. Sejenak bola matanya melirik ke arah Sumi, lalu berputar mencari jawaban atas pertanyaan untuknya itu.
"Kalau pekerjaan enggak ada, Mbak. Saya pun membutuhkan kerja, tapi Mbak butuh uang ya?" Bu Noni balik bertanya, diikuti anggukan kepala dari Sumi.
"Aku baru aja meminjam uang di pinjaman online, Mbak. Prosesnya cepat dan syaratnya pun tidak banyak," seloroh bu Noni.
"Wah, kalau aku enggak berani pinjam, Bu. Suamiku enggak kerja. Ibu enak suaminya masih kerja," gerutu Sumi.
"Ini untuk sementara aja, Mbak. Sebelum Mbak dapat pemasukan yang baru, daripada pinjam ke orang. Kan enak pinjam ke lembaga," bujuk bu Noni.
Sumi tampak bingung. Dia diam dan tidak tahu mau berkata apa dengan pernyataan bu Noni.