"Tidak semua yang diharapkan bisa terwujud. Tetaplah berharap pada impianmu meskipun kamu tidak tahu kapan terwujudnya impianmu itu."
Suatu ketika seorang gadis dengan wajah berbinar menghadap kedua orang tuanya. Dia ingin sekali membagikan cerita sukanya kepada kedua orang tua yang telah merawat dan mendidiknya hingga dewasa ini.
"Ayah, Ibu, aku mau menikah ...," ucap gadis itu, lalu diam menghentikan perkataannya. Dia ingin melihat reaksi dari kedua orang tuanya.
"Loh, memang sudah ada laki-laki yang berani memintamu menjadi istri?" tanya sang ayah yang sejenak menghentikan kegiatannya membaca koran. Kacamata yang bertengger di atas hidung sang ayah melorot seketika.
"Wah, siapa sih lelaki itu, Nak? Maulah Ibu melihat sosok yang beruntung itu?" tanya si ibu sambil tersenyum kepada putrinya.
"Ih, Ibu! Aku kan enggak sebaik Ibu," rajuk si gadis.
Si ibu sangat tahu bahwa anaknya itu termasuk anaknyang baik. Pekerjaannya juga sudah mapan. Kariernya sudah meningkat. Tingkat pendidikannya pun terbilang tinggi dibandingkan beberapa saudaranya. Hanya saja, jodoh memang belum datang di usianya yang matang itu.
"Iya, nanti dia akan datang sendiri. Ibu dan Ayah siap-siap untuk terkejut ya," lanjut si gadis dengan wajah ceria, lalu berlalu dari hadapan kedua orang tuanya.
"Lihat, Ayah! Anak kita sudah menemukan pujaan hatinya. Ibu senang mendengarnya."
"Iya, Ayah juga," ucap sang Ayah yang hanya melirik sepintas ke arah istrinya, lalu kembali menekuri koran yang dipegangnya.
Kejadian itu terjadi sebulan yang lalu. Lelaki yang dimaksud si gadis akhirnya datang menghadap kedua orang tuanya dan melamar si gadis. Rasa senang menghiasi si gadis dan kedua orang tuanya. Hari-hari menjemput impian sudah ada di dalam pikirannya.
"Persiapan sudah selesai semua, Kak?" tanya si ibu.
"Sudah dong, Bu! Kan banyak yang bantu." jawab si gadis mantap.
Hingga seminggu menjelang pernikahan, si gadis masih sibuk dengan persiapannya. Wajah si gadis semringah dan tampak lebih muda dari usianya. Rasa suka cita menyelimuti hatinya. Persiapan  untuk pesta, mulai dari hidangan sampai semua kebutuhan lainnya sudah 100% rampung. Tinggal menunggu hari pernikahan saja.
Tiga hari sebelum hari pernikahan, berita yang mencengangkan datang bak petir menyambar. Sesuatu yang tidak diinginkan pun terjadi.
"Kamu bersabar ya, Nak. Mungkin ini sudah takdir yang harus kamu lalui. Ibu tahu, kejadian ini begitu berat bagimu. Namun, akan ada hikmah dari semuanya," ucap sang ibu sambil memeluk si gadis yang tidak berhenti meneteskan air mata.
Hanya tinggal 3 hari saja si gadis bisa bersanding dengan lelaki pujaannya. Namun, harapan yang telah dipupuknya tinggallah kenangan. Semua hilang dengan kepergiaan sang pujaan, kembali kepada Pemilik jiwa dan raganya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI