"Tidak semua yang diharapkan bisa terwujud. Tetaplah berharap pada impianmu meskipun kamu tidak tahu kapan terwujudnya impianmu itu."
Suatu ketika seorang gadis dengan wajah berbinar menghadap kedua orang tuanya. Dia ingin sekali membagikan cerita sukanya kepada kedua orang tua yang telah merawat dan mendidiknya hingga dewasa ini.
"Ayah, Ibu, aku mau menikah ...," ucap gadis itu, lalu diam menghentikan perkataannya. Dia ingin melihat reaksi dari kedua orang tuanya.
"Loh, memang sudah ada laki-laki yang berani memintamu menjadi istri?" tanya sang ayah yang sejenak menghentikan kegiatannya membaca koran. Kacamata yang bertengger di atas hidung sang ayah melorot seketika.
"Wah, siapa sih lelaki itu, Nak? Maulah Ibu melihat sosok yang beruntung itu?" tanya si ibu sambil tersenyum kepada putrinya.
"Ih, Ibu! Aku kan enggak sebaik Ibu," rajuk si gadis.
Si ibu sangat tahu bahwa anaknya itu termasuk anaknyang baik. Pekerjaannya juga sudah mapan. Kariernya sudah meningkat. Tingkat pendidikannya pun terbilang tinggi dibandingkan beberapa saudaranya. Hanya saja, jodoh memang belum datang di usianya yang matang itu.
"Iya, nanti dia akan datang sendiri. Ibu dan Ayah siap-siap untuk terkejut ya," lanjut si gadis dengan wajah ceria, lalu berlalu dari hadapan kedua orang tuanya.
"Lihat, Ayah! Anak kita sudah menemukan pujaan hatinya. Ibu senang mendengarnya."
"Iya, Ayah juga," ucap sang Ayah yang hanya melirik sepintas ke arah istrinya, lalu kembali menekuri koran yang dipegangnya.