"Baik, Pak," ucap Naya sambil membereskan alat tulisnya ke dalam tas.
Setelahnya, Naya langsung ke kantor. Pak Zaili menyambut kedatangan Naya dengan penuh senyuman. Naya menjadi bingung karenanya.
"Naya, kamu mau kuliah, kan?" tanya pak Zaili.
Pak Zaili adalah wali kelas Naya. Beliau juga teman bu Risma. Beliau lumayan akrab dengan bu Risma.
Pasti bu Risma yang menceritakannya kepada pak Zaili. Kok beliau tahu impianku, pikir Naya.
"Iya, Pak," jawab Naya singkat dan menunduk malu.
"Setelah Bapak lihat raportmu, Bapak mengajukan kamu untuk masuk perguruan tinggi tanpa tes ...." Pak Zaili menghentikan ucapannya.
Naya merasa tidak percaya mendengar ucapan pak Zaili yang tiba-tiba itu. Dia tidak menyangka impiannya menjadi guru akan menjadi kenyataan.
"Apa kamu tidak suka, Naya?" tanya pak Zaili.
"Suka, Pak. Naya hanya tidak menyangka saja," jawab Naya dengan suara terdengar sendu.
Air matanya sudah mengalir dari sudut matanya. Dia benar-benar tidak menyangka semua perkataan pak Zaili.