"Wah, bunganya banyak sekali mbak Rina!" ungkap Santi tetangga sebelah Rina sewaktu berkunjung ke rumahnya.
"Boleh, minta sedikit, Mbak?" tanyanya sambil memegang aglonema merah.
"Mbak Santi mau yang mana?" tanya Rina.
"Ini lo, Mbak," jawab Santi.
"Oh, kalau yang itu saya baru punya satu, Mbak," ungkap Rina.
Sebenarnya Rina tidak pernah mempermasalahkan siapa pun meminta tanamannya. Dia baru akan memberikan tanamannya jika sudah ada tiga atau lebih anakan dari tanaman itu.
"Oh, jadi tidak boleh ya, Mbak." ungkap Santi dengan senyum yang terpaksa.
"Nanti ya, Mbak. Insya Allah kalau sudah ada anakannya
Rumah Santi dan Rina dipisah dengan tiga rumah saja. Rina memang suka menanam. Hampir semua jenis tanaman ada di rumahnya. Sepintas pintu rumahnya tidak tampak dari jalan. Rumah Rina sudah tertutupi oleh berbagai tanaman.
Kesukaan Rina pada tanaman dimulai saat dia melihat bunga anggrek yang bermekaran di batang pohon lamtoro samping rumahnya. Mas Budi, suaminya Rina memanjat pohon itu dan meletakkan anggrek merpati di depan rumahnya. Rina sangat senang saat serumpun anggrek itu berbunga, harumnya semerbak tercium sampai ke dalam rumah.
Sejak saat itu, Rina terus menambah koleksi anggreknya. Anggrek-anggrek itu didapatnya dari ngebolang ke kebun dan ada yang sengaja dibelinya di pedagang online. Namun, Rina tidak pernah membeli anggrek dengan harga yang mahal. Dia masih memikirkan kebutuhan yang bisa dipenuhi dari uang itu.