Di atas merupakan tabel indeks untuk menghitung nilai komorbid pada lansia dengan penyakit kronik. Semakin banyak penyakit kroniknya, nilai akan semakin tinggi dan ini akan mempengaruhi kerapuhan lansia yang nantinya akan menyebabkan terjadinya gagal pulih sindrom.
Kemudian selanjutnya dokter juga mesti menilai bagaimana kondisi mental pasien apakah terjadi depresi. Pada lansia terjadi suatu sindroma yang sering terjadi yaitu isolation.Â
Sindrom ini terjadi karena lansia merasa dirinya menjadi tidak berguna karena menganggap diri sudah tidak produktif lagi (pensiun). Bahkan karena mulai diserang penyakit kronik dan memerlukan biaya pengobatan, lansia menganggap dirinya adalah beban keluarga.Â
Hal ini menyebabkan lansia menarik diri, berkurangnya minat, mengurung diri, dan menghindari bersosialisasi sehingga menyebabkan depresi. Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa depresi akan menyebabkan timbulnya penyakit kronik dan memperberat penyakit kronik yang sudah ada sebelumnya.Â
Dan yang terakhir adalah menilai bagaimana kondisi daya ingat pasien (kognisi). Banyak instrumen atau cara penilaian yang dapat dilakukan dokter untuk melihat apakah lansia tersebut masih baik daya ingatnya ataukan sudah mengarah kepada gangguan kognisi (daya ingat) bahkan masuk ke dalam keadaan demensia alzheimer (pikun).Â
Mulai dari metode wawancara sampai metode pengisian kuesioner yang melibatkan pasien. Yang menjadi garis bawah adalah ketika penderita sudah mengalami penurunan daya ingat, maka dokter wajib untuk memberikan terapi untuk memperlambat penurunan daya ingat tersebut dan bahkan melakukan intervensi untuk memicu daya ingat pasien tersebut. Dalam hal ini kolaborasi antar dokter ahli diperlukan.
Pentingnya edukasi keluarga pasien
Menilik apa yang telah disampaikan di atas, penting bagi seorang dokter untuk melakukan edukasi (informasi) kepada keluarga pasien ketika merawat pasien khususnya lansia. Apalagi ketika didapatkan tanda yang menyebabkan kemungkinan terjadinya gagal pulih sindrom pada lansia tersebut.