Sekarang mari kita telaah, bagaimana gagal pulih sindrom ini terjadi.
Gagal pulih sindrom memiliki 4 tanda yang sering ditemukan dan tanda-tanda ini berpengaruh terhadap outcome/luaran pasien yang lebih buruk. Empat tanda tersebut antara lain penurunan kemampuan fisik, malnutrisi (kurang gizi), depresi dan penurunan kognitif (daya ingat/memori).Â
Ke-4 tanda itu terjadi karena kondisi penuaan pada lansia akan terjadi berkurangnya berat badan dan ketebalan otot. Hal ini terjadi karena pada lansia terjadi gangguan pada nutrisi karena beberapa masalah antara lain berkurangnya selera makan, kemampuan mencerna makanan tidak sebaik saat muda, adanya gigi geligi yang tanggal dan adanya penyakit kronik yang diderita yang menyebabkan makanan tidak dapat dimetabolisme secara maksimal.Â
Kurangnya asupan makanan, kurangnya asupan mikronutrien (nutrisi mikro), ataupun karena adanya penyakit akan menyebabkan keseimbangan energi dan nitrogen yang negatif yang kemudian juga berkontribusi terhadap penurunan ketebalan otot.Â
Selain itu asupan nutrisi dan mikronutrien yang berkurang juga akan mengurangi kemampuan tubuh dalam memproduksi hormon, sel-sel imun, dan zat terkait lainnya yang diperlukan sehingga berdampak pada pengurangan kekuatan dan laju metabolisme yang kemudian juga akan menyebabkan penurunan aktivitas tubuh, gangguan pengaturan sistem saraf, serta pengaturan sistem imun. Hal ini yang menyebabkan pasien menjadi malnutrisi (kurang gizi).
Kurang gizi ini akan berdampak terhadap aktivitas fisik yang menjadi lemah, sehingga pasien akan cenderung rendah diri, bersedih dan merasa tidak berguna yang akhirnya menjadikan pasien depresi dan penurunan daya ingat. Nah, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menjadi rentan terhadap terjadinya gagal pulih ketika pasien menderita sakit.Â
Untuk melihat apakah pasien tersebut dapat dikatakan gagal pulih walaupun sudah dinyatakan sembuh dari sakitnya, kita bisa melihat bagaimana kemandirian aktivitas harian pasien pada saat sebelum sakit (premorbid) dibandingkan dengan pada saat sakit dan sesudah sakit.Â
Di atas adalah adalah form indeks barthel yang dapat diisi dengan mudah bahkan oleh orang awam sekalipun. Yang dilakukan pertama menilai bagaimana skor pada saat lansia sebelum sakit, kemudian dilanjutkan menilai pada saat keadaan sekarang (saat sakit) atau pada saat nanti sudah sembuh.Â
Jika dalam penilaian tersebut, skor sebelum sakit (premormid) terjadi penurunan dengan skor lansia sesudah sakit (walaupun sudah dinyatakan sembuh), maka kemungkinan lansia tersebut masuk ke dalam keadaan gagal pulih.Â
Namun jika nilai sebelum sakit memang sudah rendah, misalnya ketergantungan berat maka memang kondisi pasien sudah jatuh dalam keadaan gagal pulih, bahkan akan menimbulkan waktu perawatan yang lebih lama dari biasanya.