Bagaimana cara mencegah gagal pulih sindrom?
Sebelumnya sudah disampaikan bahwa ada 4 hal yang menyebabkan seseorang akan menjadi gagal pulih yaitu malnutrisi (kurang gizi), penurunan aktivitas fisik, depresi dan penurunan daya ingat (kognisi).Â
Maka ketika terdapat pertanyaan bagaimana cara mencegah terjadinya gagal pulih sindrom, jawabannya adalah mencegah lansia masuk ke kondisi 4 hal yang disebutkan tersebut. Seorang dokter wajib melakukan penyapihan (skrining) pada lansia dengan tujuan mengetahui 4 hal yang telah disebutkan di atas tadi.Â
Dokter harus mengenal apakah lansia tersebut masuk ke dalam kategori gizi normal, risiko gizi kurang atau malah sudah sampai terjadi gizi buruk. Jika kondisi gizi pasien baik, maka dipertahankan dengan memberikan edukasi yang baik kepada pasien untuk selalu menjaga makanan yang berigizi seimbang.Â
Namun jika terjadi risiko gizi kurang atau sudah kurang gizi, maka dokter wajib mencari penyebab dan jalan keluar, apakah karena adanya gangguan mekanik seperti gigi geligi yang tanggal sehingga pasien kesulitan makan akhirnya hanya makan seadanya, ataukan ada penurunan nafsu makan, atau adanya gangguan pencernaan yang harus di atas segera, agar lansia tidak jatuh dalam keadaan malnutrisi.
Dalam segi aktivitas fisik, dokter harus mendeteksi lansia apakah masuk ke dalam keadaan sehat (robust) atau masuk ke dalam keadaan rapuh (frail). Hal ini penting karena dalam keadaan rapuh/frailty daya tahan tubuh (imun) dan sistem pengaturan hormon tidak berjalan dengan baik, sehingga rentan memperburuk keadaan pasien ketika sakit.
Untuk melihat apakah masuk dalam keadaan rapuh (frail) cukup dengan mengisi form di atas, ketika skornya adalah 0 maka lansia tersebut bugar (robust), namun jika skot di atas atau sama dengan 4, maka lansia masuk ke dalam keadaan rapuh dan hal ini rentan menyebabkan terjadi gagal pulih pada lansia.Â
Bagaimana mengatasinya jika sudah terjadi risiko rapuh bahkan rapuh?Â
Dalam beberapa sumber dan jurnal mengatakan untuk mengubah status dari rapuh menjadi bugar memerlukan tantangan yang berat. Intervensi yang dilakukan antara lain melakukan latihan fisik yang terstruktur dan berkelanjutan, terapi okupasi, suplemen nutrisi, dan mengurangi obat-obat yang tidak perlu (pada lansia dengan penyakit kronik dan mengonsumsi banyak obat).Â
Selain itu, mengubah status ini juga memperhatikan banyaknya penyakit kronik (komorbid) yang diderita oleh lansia. Semakin banyak penyakit kronik yang diderita, maka akan semakin sulit mengubah status rapuh pada lansia tersebut.