Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sudah Ditemukan Obat untuk Covid-19, Benarkah?

16 April 2020   21:20 Diperbarui: 17 April 2020   07:26 1843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun, secara klinis belum didapatkan data yang cukup untuk menyatakan bahwa obat golongan ARB menyebabkan peningkatan keparahan pasien Covid-19.

Namun dalam Protokol Tatalaksana Covid-19 yang disepakati oleh 5 organisasi perhimpunan dokter spesialis, dikatakan penderita Covid-19 dengan penyakit penyerta rutin mengkonsumsi obat antihipertensi golongan ACE-inhibitor dan ARB perlu berkonsultasi ke dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesiali jantung pembuluh darah.

Selanjutnya proses masuknya virus ke dalam sel adalah melalui fusi membran dan endositosis. Proses ini dapat dihambat oleh obat kloroquin atau hidroksikloroquin dengan mekanisme multipel melalui efek imunmodular oleh tubuh.

Obat inilah yang beberapa waktu lalu viral di media sosial dengan mengatakan bahwa sebenarnya obat corona virus sudah ada dan banyak di Indoneseia.

Kloroquin dan hidroksikloroquin memang dulu dipakai sebagai obat Malaria dan pada juga dipakai pada kasus penyakit Autoimun oleh dokter spesialis penyakit dalam.

Tetapi dalam kasus Covid-19, obat ini hanya sebagai salah satu pengobatan untuk menghabat proses masuknya virus ke dalam sel, masih banyak pengobatan lain dijalur-jalur berbeda agar virus ini bisa dihentikan.

Jadi tidak benar bahwa obat ini betul-betul paten dalam menghilangan virus tersebut di dalam tubuh manusia.

Andaikata virus berhasil masuk ke dalam sel, maka SARS-CoV2 ini akan segera mengeluarkan untaian kode genetik yang disebut dengan Asam Ribonukleat (RNA) agar dapat memperbanyak diri melalui beberapa proses.

Proses inilah yang akan dihambat dengan obat-obatan antivirus antara lain (pilihan) Oseltamivir (merk dagang Tamiflu) yang dulu dipakai dianjurkan dalam penanganan flu burung, Favipiravir (merk dagang Avigan), Lopinavir + Ritonavir (dengan merk dagang Aluvia) yang sering dipakai sebagai obat HIV/AIDS lini kedua, ataupun Remdesivir yang dulu dipakai pada penyakit virus Ebola.

Obat ini pula yang sempat viral di media sosial karena Presiden Joko Widodo menyatakan akan mendatangkan dalam jumlah yang banyak untuk pengobatan Covid-19.

Presiden Joko Widodo Pesan 2 Juta Avigan (Sumber: liputan6.com)
Presiden Joko Widodo Pesan 2 Juta Avigan (Sumber: liputan6.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun