Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Panduan Praktis Terapi Diabetes selama Berpuasa Ramadan

23 Mei 2017   18:03 Diperbarui: 24 Mei 2017   10:00 3358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbuka puasa (sumber: http://cdn2.tstatic.net)

Sebentar lagi umat muslim di dunia dan di Indonesia secara khususnya akan menjalanni bulan suci Ramadhan. Bulan penuh berkah yang dating hanya satu kali dalam setahun ini tentunya tidak akan disia-siakan oleh masyarakat muslim untuk mendulang pahala dan keberkahan, tidak terkecuali penderita kencing manis atau diabetes mellitus (DM).

Efek puasa terhadap individu normal tentunya punya segudang manfaat. Manfaat yang sudah diamini dan diakui secara medis antara lain bahwa puasa memberikan penurunan berat badan (BB) rerata 1,7-3,8 kg selama puasa (pada subjek dengan berat badan berlebih, red), puasa juga membantu pemecahan glikogen yang disebut dengan glukoneogenesis yang tentunya menurunkan penumpukan lemak di hati dan otot. Studi lain di Tunisia menyatakan bahwa puasa memiliki efek meningkatkan kadar kolesterol HDL, yaitu kolesterol baik yang berfungsi mencegah terjadinya plak pada pembuluh darah. Namun yang masih menjadi perdebatan, apakah puasa memiliki pengaruh pada penderita diabetes sebaik pada penderita normal.

Berdasarkan studi demografi tahun 2009 didapatkan data bahwa muslim di dunia ± 1,57 milyar atau sekitar 23% penduduk dunia. Sedangkan menurut Epidemiology of Diabetes and Ramadhan (EPIDIAR) bahwa terdapat lebih dari 50 juta pasien dengan diabetes berpuasa di bulan Ramadhan dengan komposisi 43% pasien DM tipe 1 dan 79% pasien DM tipe 2 di 13 negara Islam di dunia yang berpuasa.

Sebelum kita memberikan rekomendasi boleh atau tidak pada penderita dibetes, kita harus mengenal tingkatan risiko jika penderita diabetes berpuasa.

Risiko sangat tinggi:

  • Riwayat hipoglikemia berat (kadar gula darah sangat rendah) dalam 3 bulan sebelum Ramadhan
  • Riwayat hipoglikemia berulang
  • Kontrol gula darah yang buruk
  • Ketoasidosis (darah menjadi asam) dalam 3 bulan terakhir
  • DM tipe 1
  • Penyakit akut
  • Koma karena hiperglikemia (kadar gula darah terlalu tinggi) dalam 3 bulan terakhir
  • Aktivitas fisik berat
  • Kehamilan
  • Penderita cuci darah kronik

Risiko tinggi:

  • Hiperglikemia sedang (Gula darah 150-300 mg/dl)
  • Insufisiensi renal (gangguan ginjal)
  • Komplikasi diabetes seperti penyakit jantung koroner, stroke dan kaki diabetes
  • Tinggal sendiri dan dengan terapi insulin atau sulfonylurea
  • Usia lanjut dengan penyakit

Risiko moderat

  • Penderita diabetes yang terkontrol baik tapi mendapatkan obat jenis sekresi insulin kerja pendek (short acting insulin secretagogues).

Risiko rendah

  • Diabetes yang terkontrol baik dengan terapi gaya hidup, metformin, acarbose, thiazolidindion dan/atau incretin-based therapies.

Sebagai seorang dokter, kita tidak mempunyai hak untuk melarang orang berpuasa. Namun kita berkewajiban untuk memberikan pertimbangan keuntungan dan kerugian berpuasa pada penderita diabetes. Andaipun pasien bersikeras untuk tetap berpuasa, maka tugas lanjutan dari seorang dokter adalah menjelaskan modifikasi terapi yang diberikan selama berpuasa.

Berikut  rekomendasi perubahan regimen pada penderita diabetes yang berpuasa.

Metformin 3 x 500 mg: Pemberian diubah menjadi Metformin 1000 mg saat berbuka puasa dan 500 mg pada saat sahur.

Sulfonilurea (Contoh: Glimipirid, Gliclazid, Gliquidon, Gliburit) 1x sehari: Obat diberikan saat  berbuka puasa, dosis disesuaikan berdasarkan control glukosa.

Sulfonilurea 2x sehari: Dosis ppenuh saat berbuka puasa dan setengah dosis biasa saat sahur.

Incretin-based therapy (GLP1rasdanDPP4 inhibitor), α-glucosidase inhibitor (acarbose, miglitoldan voglibose), Thiazolidinedione (TZD): tidak diperlukan perubahan

Insulin kerja panjang/basal (Detemir (Levemir), Glargine (Lantus, Ezelin)): Dapat melaksanakan puasa Ramadhan dengan pemantauan gula darah yang ketat terhadap risiko kekurangan gula darah (hipoglikemia). Suntikan insulin diberikan saat berbuka puasa.

Insulin kerja pendek/prandial (Aspart (Novorapid), Glulisin (Apdira)):dosis insulin yang diberikan pada saat makan sahur adalah separuh dari dosis yang biasa diberikan. Sedangkan dosis insulin yang diberikan pada saat berbuka puasa sama dengan dosis yang biasa diberikan.

Yang terpenting saat berpuasa, pastikan asupan cairan yang adekuat, mengonsumsi makanan tinggi serat pada saat sahur dan tidak makan berlebihan saat berbuka puasa yang berakibat meningkatkan gula darah secara signifikan dan tentunya berbahaya bagi kesehatan penderita diabetes.

Demikian sedikit tulisan ini semoga bermanfaat. Selamat Ramadhan dan selamat berpuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun