Contoh obat yang dituliskan di atas hanya sebagian kecil dari terapi off label dari obat-obatan yang dewasa ini banyak beredar di masyarakat.
Komunikasi yang baik dan efektif mutlak dimiliki oleh seorang dikter dalam menyampaikan rencana pengobatan kepada pasien maupun kepada keluarga pasien. Kesalahpahaman bahkan ketidakpahaman akan menyebabkan perbedaan persepsi yang mana bagi pihak pasien akan merasa dirugikan berbuntut tuntutan hukum, walaupun sebenarnya dokter tidak bersalah dan merasa aman-aman saja karena telah benar dalam memberikan terapi sesuai dengan keilmuan yang diberikan.
Bagi teman farmasis tentunya analisis dalam membaca resep yang diberikan dokter mutlak dilakukan.
“Sebagai farmasis pengetahuan tentang obat-obat off label sangatlah penting terutama untuk memahami pengobatan pasien. Apabila ditemukan suatu obat yang kelihatanya tidak sesuai indikasi, sebaiknya tidak langsung menyimpulkan bahwa pengobatan tidak rasional, karena bisa jadi ada bukti-bukti klinis baru mengenai penggunaan obat tersebut yang belum dimintakan persetujuan dan masih dalam tahap investigasi,” ucap Dwi Aulia Ramdini, S. Farm., Apt dalam suatu blognya.
Perlu diingat bahwa teknologi dan penemuan dalam hal terapi kedokteran semakin berkembang pesat. Ilmu terapi yang dipelajari saat ini sangat mungkin dapat berubah pada beberapa tahun kemudian. Sehingga penting sekali tenaga kesehatan (dokter, perawat, bidan, farmasis) untuk selalu memperbaharui ilmunya.
Penutup
Terapi yang diberikan oleh seorang dokter ibaratnya adalah suatu hasil produk pembelajaran yang telah mereka lalui selama bertahun-tahun bahkan belasan tahun sehingga mendapatkan suatu legalitas dalam menuliskan resep. Tentunya tidak mungkin seorang dokter memberikan terapi yang sembarangan yang tidak sesuai dengan pemeriksaan dan keilmuan yang dimilikinya.
Jikalau terdapat keanehan atau pemberian terapi tidak sesuai dengan apa yang diketahui oleh pasien, sangat baik jika dikonfirmasi kembali kepada dokter yang memberikan obat, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang berujung kesalahan penafsiran dengan menyatakan bahwa dokter tersebut bodoh.
Jangan terkejut ketika mendapati kerabat Anda yang menderita sesak nafas ternyata diresepkan viagra (sildenafil) yang dikenal luas sebagai obat mempertahankan ereksi, ternyata digunakan untuk mengurangi sesak akibat tekanan arteri di paru. Semoga tulisan ini dapat memberikan wawasan kepada kita semua bagaimana seorang dokter bertindak dan memberikan terapi.
Salam sehat,
dr. Meldy Muzada Elfa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H