Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama FEATURED

Mari Menghitung Risiko Terkena Serangan Jantung Anda

5 Maret 2016   16:03 Diperbarui: 26 Maret 2024   12:00 7181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi serangan jantung. Sumber: Shutterstock/Kladej

Innalillahi wa inna ilaihi raajiu'un.... Lelayu, telah meninggal dunia fulan bin fulan tadi pagi, rencana dimakamkan ba'da Ashar

"Innalillah, Wah.. Padahal si fulan baru saja asyik berbincang dengan saya sehabis shalat subuh tadi pagi dan terlihat baik-baik saja. Kata dokter sih kena serangan jantung, beliau kan punya darah tinggi dan gula darah namun jarang kontrol".

Apakah pembaca pernah mengalami, mengetahui atau mendengar cerita yang mirip seperti di atas? Penulis yakin mungkin sebagian besar pembaca pernah mengalami cerita yang mungkin mirip dengan pengantar di atas.

Fatal Cardiovascular Disease (CVD)/Penyakit Jantung Pembuluh Darah yang Fatal atau dalam bahasa awamnya sering disebut dengan serangan jantung koroner adalah salah satu kata yang cukup ditakuti masyarakat. Ditakuti karena output/luaran akibat penyakit ini adalah kematian atau kecacatan yang akan membatasi aktivitas.

Anehnya walaupun kejadian serangan jantung ini cukup ditakuti masyarakat, namun sebagian masyarakat seolah-olah melupakan proses mengapa sampai terjadi serangan jantung tersebut. 

Tidak ada yang tiba-tiba di dunia ini termasuk serangan jantung yang dianggap mendadak/tiba-tibapun ternyata ketika diperhatikan sudah melewati tahapan proses yang lama sampai terjadinya sumbatan pembuluh darah jantung (koroner) dan sering menyebabkan kematian mendadak.

Dalam praktek kedokteran, terdapat beberapa faktor tradisional penyebab meningkatnya risiko serangan jantung. Faktor tradisional tersebut adalah usia, merokok, tekanan darah, diabetes, gangguan lemak/kolesterol (dislipidemia), kegemukan dan riwayat keluarga dengan penyakit serangan jantung.

Di kompasiana sendiri banyak membahasa tentang penyakit-penyakit tersebut. Bahkan dr. Irsyal Rusad (internist)  dalam ulasannya yang berjudul Inilah Sebabnya Hipertensi Berbahaya telah banyak mengulas berbahayanya hipertensi. 

Begitupun penulis sendiri dalam tulisan berjudul Kenali Hipertensi, Bersahabat dengan Silent Killer bahkan mengungkapkan trik agar kita bisa hidup berdampingan dengan darah tinggi dan mencoba mengurangi risiko terjadinya komplikasi akibat tekanan darah yang tinggi tersebut.

Mengetahui Risiko Serangan Jantung dengan Menggunakan Skor

Seperti yang diungkapkan di atas tadi bahwa faktor risiko terjadinya serangan jantung memiliki banyak faktor. Semakin banyak faktor tersebut dimiliki pada seseorang semakin tinggi jugalah risiko terjadinya serangan jantung pada orang tersebut.

European Society of Cardiology (ESC) yang merupakan kumpulan ahli kardiologi di eropa mengeluarkan sebuah tabel untuk menilai risiko kemungkinan terkena serangan jantung 10 tahun yang akan datang pada. 

Tabel tersebur sangat aplikatif dan sebenarnya tidak hanya layak dibaca oleh dokter saja tetapi  perlu juga diketahui oleh masyarakat agar mereka bisa lebih dini mendeteksi bahaya latin yang dapat membayakan tubuh mereka. 

Dalam jurnal yang dikeluarkan oleh ESC berjudul European Guidelines on Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice: Executive Summary, mereka mengeluarkan tabel yang sejatinya digunakan untuk masyarakat di eropa.

Tabel tersebut dibuat 4 buah yaitu tabel untuk populasi risiko rendah serangan jantung dan untuk risiko tinggi serangan jantung, di mana masing-masing tabel terbagi lagi berdasarkan hanya kolesterol total dan berdasarkan rasio kolesterol total dan kolesterol HDL. 

Menurut jurnal tersebut negara-negara dengan populasi risiko rendah kejadian serangan jantung adalah Belgia, Perancis, Yunani, Italia, Luksembourg, Spanyol, Swiss dan Portugal. 

Sedangkan negara eropa di luar negara yang disebutkan tadi termasuk populasi risiko tinggi kejadian serangan jantung. 

Bagaimana di Indonesia? Karena Indonesia belum memiliki tabel sendiri dan mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka dengan berbesar hati kita harus menerima bahwa Indonesia termasuk populasi risiko tinggi serangan jantung.

Ini adalah tabel untuk populasi risiko tinggi serangan jantung berdasarkan hanya total kolesterol:

oxfordacademic.oup.com
oxfordacademic.oup.com

Mari Menghitung Risiko Serangan Jantung Anda

Syarat utama membaca tabel ini adalah seseorang dengan usia di atas 40 tahun. Bingung membaca skor tabel di atas? Skor tabel di atas sebenarnya sangat mudah dan cukup aplikatif. 

Sebelum menggunakannya kita diharuskan mengenali dulu kesehatan diri kita. Apa saja yang harus kita kenali? Yaitu jenis kelamin, umur, merokok atau tidak, tekanan darah sistolik (batas atas tekanan darah), dan nilai kolesterol total.

Saya akan mencontohkan ibu saya sendiri yang memiliki risiko darah tinggi namun selalu terkontrol karena mengkonsumsi obat hipertensi rutin. Beliau seorang wanita, usia 55 tahun, tidak merokok, tekanan darah sistolik 120 mmHg (milimeter air raksa) dan kolesterol 190 gr/dL.
Cara membaca:

  • Pertama, jenis kelamin adalah wanita, maka lihat sub tabel sebelah kiri.
  • Kedua, usia 55 tahun, maka masuk ke sub tabel kiri usia 55 tahun
  • Ketiga, tidak merokok, maka masuk ke sub tabel kiri usia 55 tahun sebelah kiri
  • Keempat, tekanan darah 120 mmHg, maka masuk ke sub tabel kiri usia 55 tahun sebelah kiri baris pertama
  • Kelima, kolesterol 190 gr/dL, maka masuk ke sub tabel kiri usia 55 tahun sebelah kiri baris pertama kolom nilai 5 dengan nilai adalah 1%
  • Kesimpulan: Ibu saya memiliki risiko serangan jantung sekitar 1% pada 10 tahun yang akan datang

Sekarang mari kita berandai-andai dengan memodifikasi data diatas. Andai ibu saya tidak rutin minum obat darah tinggi dan tekanan darah sistolik rerata adalah 140 mmHg, maka risiko serangan jantung beliau naik menjadi 2%. 

Apalagi jika tekanan darahnya tidak terkontrol sampai di atas 160 mmHg, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya jantung tersebut. Maka sangat penting sekali menjaga tekanan darah agar selalu normal.

Sudah paham? Mari menghitung risiko terkena serangan jantung Anda.

Kalau sudah tahu, apa yang harus saya lakukan?

Sebenarnya cukup mudah menjawab hal tersebut, yaitu kurangi skornya dengan memodifikasi faktor yang bisa diubah yaitu kebiasaan merokok, tekanan darah dan nilai kolesterol. Sedangkan usia dan jenis kelamin adalah faktor risiko yang tidak bisa diubah.

Namun ketika berbicara aplikatifnya maka hal ini cukup sulit. Sebagai contoh untuk mengurangi atau menghentikan kebiasan merokok, berdasarkan survey yang dilakukan oleh salah LSM menyatakan angka kegagalan berhenti merokok sangat tinggi >60% pada populasi tanpa komplikasi/penyakit. 

Hal tersebut bisa dipahami karena populasi tersebut belum merasakan akibat buruk dari merokok  yang menyebabkan gangguan tubuh. 

Penulis sendiri pun pernah mengulas salah satu trik mengurangi kebiasaan merokok dengan makanan/minuman pada tulisan yang berjudul Inilah yang harus dikonsumsi untuk mengurangi kencanduan merokok dengan harapan dapat membantu masyarakat yang punya niat berhenti merokok.

Sedang untuk darah tinggi, maka untuk menurunkan harus tetap dengan pertimbangan dokter dalam memilihkan obat yang cocok. Banyak sekali obat darah tinggi yang beredar namun pemberiannya pada setiap individu berbeda sesuai dengan kondisi penderita. 

Pendekatan terapi tekanan darah berbeda pada individu yang berbeda skor dan berbeda ukuran tekanan darahnya. Jangan mengobati sendiri, tetap harus konsultasi ke dokter.

Sumber: istimewa
Sumber: istimewa
Begitu pula dengan mengendalikan kadar kolesterol, dokter telah mempunyai panduan nasional yang telah disepakati bersama oleh para ahli. Mungkin panduan dalam mengendalikan kadar kolesterol akan penulis bahas pada tulisan yang akan datang.

Penutup

Memang benar adanya sebuah pepatah mengatakan "lebih baik mencegah daripada mengobati", karena berdasarkan pengalaman penulis sendiri bahwa biaya berobat karena komplikasi serangan jantung mahal harganya dibanding mencegahnya dengan kontrol rutin tiap bulan ke dokter kepercayaan Anda. Memang usia tidak bisa ditebak tetapi tugas kita untuk selalu memelihara kehidupan suatu jiwa.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Salam sehat,
dr. Meldy Muzada Elfa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun