Jika pasien tersebut datang kepada dokter, maka nyeri sendi apalagi bersifat kronik, dokter tidak akan langsung memberikan obat nyeri saja dan menyuruh pulang. Tapi dokter akan mencoba membuat daftar masalah dan akhirnya dapat memperkirakan kenapa nyeri itu bisa terjadi. Sehingga pengobatan yang diberikan adalah pengobatan kenapa nyeri tersebut bisa terjadi, bukan hanya menghilangkan nyerinya saja.
Bayangkan jika ternyata nyeri tersebut disebabkan oleh Rheumatoid Artritis yang sejatinya penyakit ini jika tidak diobati dengan tepat akan menyebabkan kerusakan sendi menetap, menurunkan kualitas hidup bahkan akhirnya mengancam jiwa. Penyakit ini tidak akan terdiagnosa seandainya pasien hanya berharap menghilangkan nyerinya saja ke dukun dan membiarkan bahaya laten terus bergerak.
Terdapat satu kasus pasien dengan penyakit ginjal kronik sudah 4 tahun menjalani terapi cuci darah, tetapi dalam 3 bulan terakhir pasien selalu mengalami penurunan hemoglobin (Hb) (kadar darah merah) yang cepat, padahal sebelumnya Hb pasien selalu terkendali dengan beberapa pengobatan yang telah diberikan. Andai dokter tidak memiliki bekal CMBM, tindakan ke pasien hanya berupa tranfusi sel darah merah, Hb naik dan pasien dipersilahkan pulang. Tapi perlu diingat, dokter bukan seperti itu. Tugas dokter adalah menentukan daftar masalah dan mencari penyebab kenapa Hb tersebut cepat turun dan akhirnya memberikan terapi yang tepat agak kejadian penurunan Hb yang cepat tersebut dapat diatasi.
Dokter ada karena cintanya kepada pasien
Percayalah, bahwa setiap dokter mencintai pasiennya. Berdasarkan sumpah seorang dokter, mereka akan menghormati pasien bahkan ketika mulai terjadi pembuahan. Ketika terbentuk suatu sistem yang mengharuskan dokter bekerja untuk lebih professional yaitu dengan adanya CMBM, hal tersebut bukan sutau bentuk untuk memperlambat penanganan kepada pasien atau menunda penyembuhan kepada pasien. Tetapi justru itu adalah panduan agar dokter tidak salah langkah, memberikan terapi dengan professional dan mengobati pasien bukan hanya berdasarkan keluhan.
Dokter yang baik tidak akan menerapi keluhan, namun menemukan penyebab kemudian menentukan rencana dan akhirnya tindak lanjut. Bukan dokter namanya ketika datang pasien demam hanya diberikan antidemam, pasien nyeri diberikan antinyeri ataupun pasien diare cukup diberikan antidiare.
Kepada masyarakat, mari kita lebih cerdas dan bijak dalam memperhatikan kesehatan kita. Ketika berbicara tentang kesehatan, tentang keselamatan diri, tentang kenyamanan, maka jangan melihat harga, jangan melihat kecepatan dan jangan tergoda iklan yang tidak terbukti kebenarannya. Dokter sudah ada dimulai oleh Hipokrates. Mari bangun rasa saling percaya.
Â
Salam sehat,
dr. Meldy Muzada Elfa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H