Mungkin saja tanaman obat yang diinformasikan tersebut mempunyai zat-zat yang bersifat anti kanker, tetapi apakah kita tahu dosisnya bagaimana? Apakah zat dari satu tanaman langsung membunuh semua sel kanker atau perlu kombinasi tanaman obat yang lain? Apakah sekali minum langsung berhasil atau harus berulang-ulang? Apakah tidak ada efek samping dari zat lain di tanaman yang justru berbahaya bagi tubuh manusia?
Obat kemoterapi yang berkembang sekarang justru banyak berawal dari penelitian tanaman obat yang kemudian ekstrak/zatnya diambil dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga dijadikan obat kanker.Â
Justru obat kemoterapi telah terdapat dosis pastinya, diketahui target terapinya, diketahui kombinasinya dan diketahui target pemberiannya. Kalau memang begitu kenapa lebih mendahulukan memberikan terapi ramuan yang justru keilmiahannya belum terbukti?
Pengobatan komplementer dan alternatif (Complementary Alternative Medicine/CAM) seperti 1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga, 2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif: Akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, Ayurveda, 3.Â
Cara penyembuhan manual: chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut, 4. Pemberian terapi herbal, jamu dan gurah, boleh bahkan dianjurkan tetapi sebagai pendamping pengobatan modern, bukannya sebagai pengobatan utama dan mengesampingkan atau bahkan meninggalkan pengobatan dengan kemoterapi. Ini yang menyebabkan kanker menjadi tidak bisa diobati, karena sudah terlambat.
Jika kita peduli kanker, ketika orang di sekitar kita didiagnosa kanker, maka secara tegas, mari kita sarankan agar mereka segera melakukan pengobatan secara medis.Â
Jangan menunda atau mencoba mendahulukan pengobatan alternatif, tetapi tetaplah pengobatan medis modern pilihan yang utama.
Khatimah
Sebagai penutup tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa Saya, Anda dan Kita Peduli mempunyai peranan penting untuk melawan perkembangan kanker.Â
Seperti disampaikan Ketua KPKN, Prof. DR. dr. Soehartati A. Gondhowiardjo, Sp.Rad (K) bahwa kita semua dapat berperan mengingatkan semua orang akan pentingnya kewaspadaan dan mencegah kanker. Hal ini justru lebih berperan daripada tindakan kuratif terhadap orang yang sudah terkena kanker apalagi dalam tahap stadium lanjut.
Kasus kanker yang semakin tinggi di Indonesia, diprediksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan meningkat tujuh kali lipat pada 2030.Â