Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sisi Indah Pulau Terlarang “Nusa Kambangan”

10 Desember 2015   12:23 Diperbarui: 10 Desember 2015   12:23 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Pantai Pasir Putih di Nusa Kambangan Timur"][/caption]

Hari Rabu, 9 Desember 2015 sejatinya adalah momen untuk perubahan daerah di tanah air dengan dilaksanakannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Momen ini tentunya harus didukung dan diikuti, bagi warga Negara yang mempunyai hak untuk memilih. Namun bagi beberapa orang, hak untuk memilih tersebut tidak bisa diwujudkan karena alasan kondisi yang tidak memungkinkan. Salah satu orang tersebut adalah saya. Sebagai seorang residen Interna yang sedang bertugas luar kota di Cilacap, tentunya hak memilih di kota asal yaitu Banjarmasin tidak dapat dilaksanakan. Kecewa? Pasti. Tapi tugas negara dan untuk kepentingan orang banyak tetap yang utama.

Kabupaten Cilacap adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, namun jika menilik dari sejarah, Cilacap masuk ke dalam karisedan Banyumas, merupakan suatu pembagian yang unik di Jawa. Kabupaten Cilacap adalah kabupaten paling Barat dan Selatan di Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Jawa Barat. Bahasa Jawanya pun sedikit berbeda dari bahasa Jawa di daerah Yogyakata ataupun daerah karisedan Kedu (Magelang, Temanggung, Banjarnegara, Mungkid dll) yang mana masyarakat awam menyebutnya dengan Ngapak. Pernah dengar Cici Tegal ngomong? Begitulah kurang lebihnya. Sedangkan kota Cilacap sendiri berada di paling selatan kabupaten Cilacap, kota dengan pantai yang berhadapan dengan laut selatan. Saya adalah seorang dokter yang sedang menempuh pendidikan dokter spesialis penyakit dalam (red: residen interna) semester 7 di FK UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dimana salah satu kewajiban sebagai residen senior adalah mengaplikasikan ilmunya ke Rumah Sakit di daerah (perifer) dan kebetulan saat proses Pilkada serentak ini berada di RSUD Cilacap.

Ada hal yang menarik di kota ini, terdapat suatu tempat dimana kita sering mendengar sebuah pulau untuk narapidana dan hebohnya sering dijadikan tempat eksekusi para terpidana mati dengan berbagai macam motif kejahatan. Apakah pulau itu? Tidak lain dan tidak bukan, pulau itu adalah pulau Nusa Kambangan dimana “menurut” cerita nelayan di pesisir luasnya dari utara ke selatan sekitar 5 km dan dari barat ke timur sekitar 28 km (menurut saya sendiri lebih luas lagi) yang masih dihuni binatang buas yaitu Harimau (ini cerita, kebenarannya saya belum tahu).

[caption caption="Pulau Nusa Kambangan di selatan kabupaten Cilacap"]

[/caption]

Yang masih membingungkan, pulau tersebut sejatinya merupakan pulau terlarang untuk dikunjungi jika tidak ada tujuan resmi. Bahkan jika ingin menyeberang melalui dermaga, harus menunjukkan surat izin untuk bisa ke pulau tersebut. Namun kenyataannya, di daerah pantai teluk penyu (tenggara kota Cilacap), banyak sekali penduduk pesisir yang menawarkan wisata menyeberang ke pulau Nusa Kambangan untuk menikmati indahnya pulau tersebut. Berdasar penuturan penduduk pesisir yang juga berprofesi sebagai pemandu wisata tersebut, bagian Barat pulau Nusa Kambangan tersebut masih boleh dikunjungi, terkenal dengan beberapa spot pasir putih dan beberapa benteng peninggalan Portugis, sangat disayangkan apabila kesempatan ini dilewatkan.

Tidak ingin larut dalam kekecewaaan karena tidak ikut merasakan euforia Pilkada dan kebetulan libur bersama, saya beserta adik-adik ko ass (calon dokter) FK UGM mencoba untuk menikmati keindahan pulau tersebut. Pagi pukul 07.00 kami berangkat menuju Pantai Teluk Penyu, tempat pemberhentian awal sebelum menyeberang menuju pulau Nusa Kambangan.

Pantai ini memang tidak terlalu bersih dan seindah beberapa pantai lain di pulau jawa, namun di setiap daerah pasti memiliki daya tarik dan keunikan masing-masing. Di pantai ini kita bisa berwisata ke benteng Pendem, merupakan benteng pertahanan Belanda di zaman dulu untuk menjaga pertahanan lintas pantai dari serangan kapal-kapal musuh. Kita bisa melihat tongkang batubara dari Kalimantan yang menempuh perjalanan sangat lama ke selatan Jawa, untuk memasok pembangkit listrik yang berada di Kota Cilacap. Terdapat pula kapal milik Pertamina yang membawa bahan bakar entah itu minyak mentah atau yang sudah di olah menuju tempat penampungan di kota Cilacap.

Setelah mengisi perut sebentar di warung pinggir pantai, kami bersiap untuk melakukan penyeberangan dengan menggunakan kapal nelayan kecil. Ada 2 paket yang ditawarkan, paket pertama hanya menyeberang saja dan dipandu untuk menyusuri benteng tua di pulau bagian barat tersebut kemudian berjalan kaki menuju pasir putih, dengan biaya Rp. 25.000/orang (pulang-pergi) dengan jasa memandu Rp. 50.000, atau paket kedua wisata mengelilingi pulau tersebut dengan kapal kecil dengan biaya Rp. 300.000 tapi tidak turun untuk menjejakkan kaki. Kamipun memilih paket yang pertama saja.

Mulailah perjalanan kami dengan kapal kecil khas nelayan. Ombaknya tidak terlalu besar karena terhalang pulau Nusa Kambangan. Padahal ombak di pantai selatan terkenal ganas dan sering memakan korban, tapi karena terhalang pulau tersebut, perjalanan menyeberang menjadi lebih menyenangkan.

[caption caption="Perjalanan menyeberang ke pulau Nusa Kambangan dengan perahu kecil"]

[/caption]

Setelah menempuh 15 menit perjalanan, mendekati pulau, perahu menuju spot pertama untuk mengikat tali perahu, namun ada sebuah pemandangan indah yang harus diabadikan, yaitu sebuah batu besar yang cantik dan segera kami gunakan untuk berfoto berlatar batu tersebut.

[caption caption="Latar belakang pulau Nusa Kambangan yang Indah"]

[/caption]

Mulai dari spot pertama kami menjejakkan kaki di pulau Nusa Kambangan, disambut pasir putih yang lembut. Terdapat beberapa tumpukan rumput laut yang agak membusuk sehingga menggangu pemandangan, tetapi secara umum masih terlihat bagus. Entah pengelolaannya yang bagus atau pengunjung yang masih sedikit, tapi spot pertama ini terlihat bersih dari sampah-sampah non organik. Tidak kami temuai adanya bekas bungkus makanan kecil, permen atau mie instan. Jikapun terlihat kotor karena tumpukan rumput laut yang membusuk, ranting-ranting pohon yang tidak beraturan ataupun daun-daun yang sudah layu.

[caption caption="Tempat bersandar kapal kecil"]

[/caption]

Menuju spot kedua melalui jalan setapak dan menanjak sekitar 30 derajat, kami menuju benteng peninggalan zaman penjajahan, sayangnya saya malah lupa menanyakan nama bentengnya. Ditemani pemandu yang juga si nakhoda kapal kecil yang kami tumpangi, dia menjelaskan bahwa benteng lama ini adalah peninggalan Portugis, Dari segi arsitekturnya, memang nyata ini adalah peninggalan Portugis. Baiklah, kami adalah orang yang tidak terlalu mendalami sejarah, tanpa mendebat kami hanya mangut-mangut saja. Bahkan, benteng ini salah satu tujuan Tukul dalam program TV Mr. Tukul Jalan-jalan.

[caption caption="Jalan menuju gerbang benteng Portugis"]

[/caption]

Bentengnya sangat tua, bangunan terdiri dari susunan bata merah yang masih sangat kokoh. Sangat terlihat bahwa zaman dulu aspek kekuatan sangat diperhatikan.

[caption caption="Di depan benteng Portugis yang masih berdiri kokoh"]

[/caption]

Berbentuk seperti tabung, ruangan benteng ini terdiri dari 4 lantai. Kami masuk dari lantai 3 karena posisi tanah perbukitan. Di lantai ini sepertinya merupakan ruangan persenjataan, Nampak dari banyaknya jendela yang digunakan untuk meletakkan moncong senjata menghadap ke laut. Ruangan ini banyak ventilasi udara dan cukup terang.

[caption caption="Di benteng Portugis lantai 3"]

[/caption]

Turun satu lantai ke lantai dua, melewati tangga berputar, ruangan menjadi pengap dan gelap sehingga kami menyalakan senter dari HP, lantai terlihat basah dan langi-langit ruangan banyak kelelawar. Ruangan ini terdiri dari aula dan beberapa kamar yang sepertinya dulu sebagai ruang administrasi. Dari lantai 2, terdapat lubang untuk melihat ke lantai 1 yang ternyata merupakan ruang tahanan, sangat gelap, pengap dan kotor, di mana pintunya hanya sebuah lobang kecil. Sungguh suatu penyiksaan jika ditahan di ruang tersebut.

Kami keluar dari benteng dari lantai 2, melewati suatu halaman dimana terdapat suatu meriam yang telah terbengkalai. Menurut cerita meriam ini memuat canon ball yang jauhnya bisa mencapai 1 km, sekali lagi ini hanya cerita dari pemandu. Benar atau tidak tidak kami telusuri lagi. Di situs ini kami sempatkan untuk berfoto.

[caption caption="Meriam Portugis"]

[/caption]

Setelah melewati beberapa jalan setapak dengan rimbunan pohon, akhirnya sampailah kami di spot ke tiga, yang terakhir yang merupakan pantai pasir putih. Suasananya cukup nyaman dan bersih, jauh dari kesan kerusakan akibat tangan jahil manusia. Mungkin panjang pantai nya hanya sekitar 300 meter, terpotong oleh rimbunan hutan yang masih lebat. Tapi dengan pemandangan indah pantai, pasir putih, karang yang menawan dan kucuran air tawar dari mata air sudah cukup menghilangkan penat selama perjalanan.

 

[caption caption="Aliran Mata Air menuju ke pantai"]
[/caption]

Setelah berpuas diri di spot terakhir, menikmati pasir putih dan hantaman ombak yang cenderung lebih besar dibanding pantai di teluk penyu, merasakan dinginnya mata air dari hutan menuju pantai, saatnya kami pulang. Ternyata dari spot 3 menuju spot 1 ada jalan alternatif yang pendek tanpa melewati spot 2, sehingga perjalanan menjadi singkat dan tidak terlalu capek. Perjalanan kurang lebih 120 menit kami lalui tanpa terasa, sungguh pengalaman yang menarik menutupi kekecewaan tidak ikut memilih pada pilkada serempak tahun ini.

Ada beberapa poin istimewa yang bisa saya tulis pada perjalanan kali ini:

  1. Pulau Nusa Kambangan yang bikin bulu kuduk merinding, ternyata memiliki pesona pantai yang patut dicoba.
  2. Perjalanan ini dilengkapi dengan situs zaman penjajahan berupa benteng pertahanan yang merupakan nilai plus dibanding wisata pantai lainnya.
  3. Merupakan pantai di laut selatan namun dengan obak yang tidak terlalu besar
  4. Banyak pemandangan industri seperti tongkang batubara dan kapal Pertamina yang menambah seru perjalanan.

Setiap daerah pasti memiliki cita rasa dan keunikan masing-masing, begitu juga kota Cilacap yang sekarang saya datangi. Beratus garis pantai di Indonesia dengan sejuta pesonanya sehingga tidak elok rasanya membandingkan dengan yang lain. Tetapi ketika Anda berkesempatan berada di kota Cilacap, wisata di pulau terlarang merupakan salah satu rekomendasi penduduk setempat yang patut di coba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun