Mohon tunggu...
Meldy Muzada Elfa
Meldy Muzada Elfa Mohon Tunggu... Dokter - Dokter dengan hobi menulis

Internist, lecture, traveller, banjarese, need more n more books to read... Penikmat daging kambing...

Selanjutnya

Tutup

Healthy featured

Tepatkah Potong Saraf Libido? Simak Kajian Medis Populernya

22 Oktober 2015   07:45 Diperbarui: 29 Agustus 2019   13:28 2861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (iStock Photo)

Sedangkan jika dalam keadaan tidak ereksi, maka saraf otonom simpatislah yang lebih berperan.

Kondisi pembuluh darah saat ereksi (Sumber gambar: klikdokter.com)
Kondisi pembuluh darah saat ereksi (Sumber gambar: klikdokter.com)
Meskipun ereksi pada penis tampaknya terjadi dengan cepat, hal tersebut merupakan proses yang rumit dan membutuhkan kerja sama banyak sistem di dalam tubuh. Proses itu mulai dan otak, sistem saraf, pembuluh darah sampai hormon turut dilibatkan agar ereksi bisa terjadi. Mekanisme terjadinya ereksi ini disebut tumescensi.

Bagaimana bahasa awamnya? Jadi rangsangan seksual itu terjadi secara kompleks, mulai dari penerimaan oleh otak, diteruskan ke sum-sum tulang belakang lanjut menuju ke organ seksual. Semua aktivitas ini hantarkan oleh sistem saraf, hormon dan transmitter penghubung saraf yang bersifat kompleks dan bekerja secara simultan.

Hukuman 1: Potong saraf yang menyebabkan ereksi

Seperti yang dijelaskan tadi bahwa saraf yang menyebabkan ereksi dimulai dari otak sampai menuju ke organ genital. Jika kita khususkan bahwa pemotongannya hanya di daerah saraf setelah keluar dari sum-sum tulang belakang, maka saraf yang harus dipotong adalah jalur saraf otonom. 

Menurut jurnal Urol Clin North Am (2005) yang berjudul Physiology of Penile Erection and Pathophysiology of Erectile Dysfunction oleh Robert C. Dean, MD dan Tom F. Lue, MD, saraf otonom yang dipotong adalah berawal dari saraf spinal thoraks ke 11 sampai lumbal ke 2 melewati cabang putih rantai ganglion (kumpulan saraf) simpatis. Sedangkan untuk parasimpatis, harus memotong saraf spinal sakrum ke 2, 3 dan 4.

Apa yang terjadi jika hukuman ini yang dilaksanakan:

  1. Indonesia memerlukan spesialis bedah saraf (Sp. BS) sub spesialis saraf perifer (saraf tepi) yang banyak. Kenapa? Operasi pemotongan ini sangat rumit, memerlukan waktu operasi yang lama dan biaya yang besar. Bayangkan, jika ahlinya berjumlah di bawah 10 orang, yang dieksekusi per tahunnya mencapai 50-100 orang, maka selain akan merepotkan sekali juga memakan biaya yang tinggi.
  2. Apakah setelah memotong saraf itu semuanya selesai? Tidak! Karena begitu memotong suatu sistem saraf otonom makan akan terjadi kelumpuhan sistem lain yang terkait oleh saraf tersebut. Salah satunya bahwa saraf ini juga mengatur proses kontraksi kandung kemih. Artinya, jika saraf ini dipotong, orang tersebut juga akan sulit kencing bahkan harus memakai kateter kencing seumur hidup. Memotong satu saraf, akan memberikan efek berantai.
  3. Proses ereksi tidak hanya melalui sistem saraf, tetapi juga terdapat hormon testosteron dan nitrogen oksida (NO) yang menyebabkan sel otot polos di penis menjadi relaksasi. Artinya? Walau saraf dipotong, mungkin tetap bisa ereksi.
  4. Dia tetap punya rangsangan seksual. Mungkin saja dia tidak bisa ereksi lagi, tapi dia tetap bisa melakukan pelecehan seksual entah dengan manipulasi alat yang lain ataupun pelecehan tanpa penetrasi.

Hukuman 2: Diberikan kebiri kimia (memasukkan bahan kimia antiandrogen) 

Ahli neurologi dr. Rocksy Fransisca V, Sp. S menerangkan libido merupakan perasaan gairah seorang manusia yang kontrolnya terpusat di otak. “Otaklah yang mengontrol tindakan seseorang berdasarkan libidonya yang dihantarkan oleh hormon seksual yakni estrogen dan testosteron.”

Mari kita analisa bersama, pada laki-laki, tentunya hormon testosteron yang dominan terhadap terjadinya rangsangan seksual. Salah satu jalan keluar menekan hormon tersebut adalah memberikan hormon estrogen baik itu secara oral (pil) atau injeksi (suntikan). Apakah cara itu berguna?

Sebuah jurnal yang dipublikasi oleh New England Journal of Medicine tentang testosteron yang ditulis oleh Joel Finkelstein seorang ahli endokrin di Massachusetts General Hospital, menyatakan bahwa memang testosteron menyebabkan laki-laki memiliki dorongan seks yang lebih kuat. Dan penelitian ini ternyata tidak sepenuhnya memahami peran estrogen dalam hasrat seksual laki-laki yang artinya estrogen tidak ada bukti kuat menurunkan hasrat laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun