Mohon tunggu...
MeldiAnsyah
MeldiAnsyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Pamulang Angkatan 2020/2021

-

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Amba", Lembaran Perjalanan Cinta, Sejarah, dan Indentitas

5 Juli 2024   16:33 Diperbarui: 6 Juli 2024   18:23 1414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel Amba diakses pada 05juli204 pukul 16:10

Nama Laksmi Pamuntjak memang sudah melampaui waktu hitungan tahun dan sekat geografis bumi pertiwi. 

Perempuan yang berhasil memenangkan SEA Book Award dengan buku Kitab Kawin itu selalu mampu melahirkan karya fenomenal dan sensasional. Terutama novel Amba, sebuah prosa tebal yang penuh dengan kompleksitas naratif.

Amba adalah novel karya Laksmi Pamuntjak yang diterbitkan pertama kali pada tahun 2012. Novel ini merupakan perpaduan antara kisah cinta, sejarah, dan pencarian identitas yang mendalam. 

Dengan latar belakang peristiwa sejarah Gerakan 30 September 1965 di Indonesia, Amba menawarkan perspektif yang cukup menggelitik tentang masa lalu bangsa dan dampaknya terhadap kehidupan pribadi para tokoh.

Novel ini mengisahkan perjalanan hidup seorang wanita bernama Amba. Amba, yang namanya diambil dari tokoh dalam epos Mahabharata, menjalani kehidupan yang penuh liku dan konflik batin. Ia berasal dari keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan dan nilai-nilai tradisional Jawa. 

Kehidupannya berubah drastis ketika ia bertemu dengan Bhisma, seorang dokter muda yang karismatik, di sebuah rumah sakit di Yogyakarta.

Kisah cinta Amba dan Bhisma berkembang di tengah gejolak politik Indonesia pada tahun 1965. Bhisma dituduh terlibat dalam Gerakan 30 September dan kemudian ditangkap serta diasingkan ke Pulau Buru. 

Amba, yang kehilangan kontak dengan Bhisma, memulai pencariannya untuk menemukan kembali kekasihnya dan memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Seperti biasa, karya Laksmi selalu kental dengan nuansa feminis, tidak terkecuali dalam novel ini. Amba adalah representasi dari kekuatan wanita dalam menghadapi tantangan hidup. 

Ia tidak hanya berjuang untuk cintanya, tetapi juga untuk menemukan kebenaran dan keadilan. Karakter Amba menunjukkan bahwa wanita memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa dalam menghadapi situasi sulit.

Agaknya, Laksmi Pamuntjak tidak pernah main-main dalam novel Amba. Bagaimana tidak, ia menggunakan gaya penulisan yang kaya akan detail dan emosi, serta deskripsi-deskripsi yang mendalam tentang latar belakang tempat dan suasana memberikan warna tersendiri pada novel ini. 

Apalagi penggunaan epos Mahabharata sebagai latar belakang cerita juga menambah dimensi mitologis yang memperkaya narasi. Luar biasa.

Di lain sisi, Amba disusun dalam struktur yang tidak linier, dengan alur cerita yang sering kali melompat-lompat antara masa lalu dan masa kini. 

Struktur tersebut mencerminkan kompleksitas ingatan dan sejarah, serta bagaimana peristiwa masa lalu terus mempengaruhi masa kini. Bisa terbayang betapa ruwetnya Laksmi ketika melakukan riset untuk novel ini.

Melalui kisah hidup Amba dan Bhisma, Laksmi Pamuntjak berhasil mengajak pembaca untuk merenungkan kembali sejarah kelam Indonesia dan dampaknya terhadap kehidupan individu. 

Novel Amba tidak hanya menawarkan kisah yang mengharukan, tetapi juga mengajak pembaca untuk memahami dan menghargai kekuatan cinta, pengorbanan, dan ketahanan manusia dalam menghadapi tragedi dan perubahan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun