Mohon tunggu...
Melchior Purnama
Melchior Purnama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Filsafat Di Institut Filsafat Dan Teknologi Kreatif Ledalero

Saya menyukai dunia tulisan entah itu artikel ilmiah, sastra, dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Beda Keyakinan Itu Pilihan

22 November 2024   07:12 Diperbarui: 22 November 2024   07:59 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Beda Tuhan: Sumber Pinterest 

"Ohh. Lantas kenapa kamu belum pulang"? Udah mau malam lo" tanggapku.

"Heheh….malas mau pulang cepat kak. Aku mau nikmatin senja dulu. Udah lama nggak nikmatin."

“Jadi, kamu suka senja?,

"Begitulah kak. Aku suka senja juga karena suka tulisan Kakak yang berisi senja."Jawabnya dengan jujur.

Aku terbujur kaku dan kembali membisu mendapati jawabannya. Rupanya dia juga suka senja. Apa artinya dia suka senja dan karena tulisanku pula. Dilihat dari sorot matanya yang jujur itu, aku seakan dibuat bungkam olehnya. Apa artinya jawaban itu. Dalam heningku, aku membiarkan diriku kembali tenggelam pada dialog imagine antara aku dan ego serta nuranilah yang menjadi penengah. Tapi sepersekian detiknya aku kembali tersadar. Bukan waktu yang tepat aku berdialog imagine sebab aku harus bertutur dengan Sophia dulu. Menghargai keberadaannya jauh lebih penting daripada keegoisanku.

"Menurutmu apa itu senja?” Tanyaku dengan penasaran.

"Menurutku, senja adalah suatu keindahan yang tak tertandingi walau hanya hadir sekejap dan juga tentunya uantuk semua orang dan bukan seorang. Dan apa Kakak tau??Senja yang nyata bagiku bukanlah sunset tapi lebih daripada itu. Senja yang mampu memahami diamku, dan selalu ada dikala duka maupun suka menghampiriku. Jika kakak tau senja yang kumaksud mungkin Kakak akan membenciku." Jawabnya dengan jujur. Senyumnya perlahan sirnah. Memandang sunset yang perlahan redup. 

 Aku kembali terbungkam dan tak terlepas dari kebingungan. Aku kembali tersadar bahwa barusan aku melontarkan pertanyaan yang menyesakkan baginya. Pasalnya, mengapa senyumnya yang indah itu sirnah? Aku tak tahu mengapa diriku yang harus menanyakan perihal senja. Ataukah gegara ego yang kembali berulah.

Benar, dari kejujurannya, aku memahami bahwa akulah yang dimaksudnya. Sebab dua tahun bersama dalam kelompok menulis RAKIT, Aku dan Sophia seperti sepasang kekasih. Keakraban kami melebihi kenyataan sebagai sepasang sahabat. Sejujurnya aku bingung harus mengatakannya seperti apa. Sebab mungkin mulut akan mengkhianati rasa yang suka terhadapnya melebihi sahabat. Menunggu kepastian untuk menyatakan saja. Tetapi selalu diliputi ketidakpastian. Aku selalu hadir dalam hidupnya. Kala suka maupun duka aku selalu ada baginya. Kerap Kali aku membenci jika ia tak senyum. Semua aku lakukan demi kebahagiaannya. Dan sampai pada titik dia secara gamblang membahasakan tentang senja, aku kembali berpikir, apakah ada selain aku yang selalu ada untuk Sophia. Kembali aku tersadar pada diskusi senja yang nyata antara aku dan dia.

"Wow, jawabanmu sungguh menarik Ca. Tapi apakah kamu tidak takut jika senja yang selalu ada untukmu, akan meninggalkan kamu dan tak kembali. Berbeda dengan senja walau sekejap, tapi selalu hadir. Walaupun peraduannya untuk semua orang. Dan kalau boleh aku tahu, siapa sih senja yang selalu ada buatmu?" Tanyaku.

  Sekarang giliran Sophia yang terdiam. Dia menunduk penuh sendu. Matanya tak menampakkan persahabatan seakan pelupuk matanya akan menurunkan butiran air mata berharga yang tinggal tunggu waktunya saja untuk menjatuhkan diri. Lantas ia kembali tegar dan berkata 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun