Tepat pada hari ini, 22 April. Indonesia dan seluruh dunia sepakat merayakan Hari Bumi.
Dari hal tersebut dapat di simpulkan bahwasanya Hari Bumi pada dasarnya merupakan hari dimana kampanye dan ajakan di seluruh belahan dunia dapat serentak untuk mencegah adanya perusak-perusak hijaunya hutan dan birunya lautan. Hal tersebut telah menjadi sebuah gerakan global yang mendunia hingga kini. Pelaksanaannya di seluruh dunia dikordinasi oleh Earth Day Network's, sebuah organisasi nirlaba beraggotakan berbagai LSM di seluruh dunia.
Lebih fokusnya di Indonesia, berbagai permasalahan mengenai bumi sudah menjadi salah satu ancaman yang sangat meluas. Dimana ketika kehebatan kota dimana mana mulai dimanja begitu hebatnya sedangkan kemasyhuran desa lah yang menjadi umpannya.Â
Indonesia yang sejatinya sejak lama dikenal sebagai Negara Kepulauan dengan keindahan dan kemasyhuran alam didalamnya, kini berusaha menyaingi dunia dengan gedung gedung menjulang tinggi dan fasilitas yang super mewah disetiap sudut kotanya.Â
Seandainya kita tetap teguh pada tujuan bangsa bahwasanya Indonesia sebelumnya telah dikenal kemasyuran budaya serta alamnya, maka sampai kapanpun kita harus mampu menjaga dan mengembangkannya, tidak dengan merusaknya dengan berusaha menyaingi gedung yang menjulang tinggi.Â
Karena pada sejatinya, gunung-gunung dengan ketinggiannya pun jauh lebih asri, joglo dan berbagai rumah adat denga nuansa sederhana pun jauh lebih nyaman ditempati, daripada gedung yang hanya mengandalkan fasilitas duniawi, serta hutan rindang dan lautan biru yang membentang tak lain juga jauh lebih menyejukkan siapapun yang menatapkan, daripada hamparan tanah gersang yang segera akan digarap untuk tempat-tempat penuh kemewahan.
Oleh karena itu, di Indonesia sendiri, apa yang dapat dipetik dari Hari Bumi? Bukannya plastik serta sampah semakin menjadi pakaian yang dikenakan bumi? Yang keberadannya menebal dan terus akan menebal?Â
Lalu ketika fasilitas layaknya pendingin ruangan dan lain sebagainya menjadi pacuan utama untuk nyaman, bagaimana dengan desiran ombak serta rayuan pulau kelapa ditepi pantai? Bagaimana pula dengan hadirnya angina sepoi sepoi di desa-desa yang jauh dari bising kedaraan bermotor? Sejak awal dunia telah memperjuangkan dunia tetap pada hijau dan birunya, tanpa ada tanah tadus dan gersang karena ulah manusia didalamnya.Â
Pula dalam Al-Qur'an Allah telah menerangkan Firman Nya pada Q.S Al-Baqarah:30 Yang artinya : "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, " Aku hendak menjadikan khalifah) di bumi " Mereka berkata, " Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Â
Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" Â Pada ayat tersebut, Allah telah menjelaskan bahwasanya Allah menciptakan manusia dibumi tidak lain untuk menjaga bumi itu sendiri, karena sifat dan sikap khalifah telah Allah titipkan pada setiap jiwa manusiaNya, tinggal bagaimana manusia mengolahnya.
Setelah ini, setelah dunia mengecam perusak bumi bahkan pun agama islam mentarget manusia harus mampu menjadi Khalifah di bumi. Apakah yang akan dilakukan kedepannya? Seandainya saja, kita tidak perlu susah susah terlihat mewah seperti Negara-negara asing diluar sana, cukup dengan menjadi diri sendiri, dengan khas nya sendiri, dan berusaha mengembangkan apa yang telah dimiliki.Â
Jadi Negara Negara maju lainnya berkembang dengan potensinya, oleh karena itu kita juga mampu sebagai Indonesia yang mashyur alam nya serta sejahtera para pemuda pemudinya, mengembangkan potensi khas Indonesia untuk mengalahkan dunia. Tanpa perlu merajam kesederhanaan desa hanya demi memanjakan kehebatan kota.
Siapa yang harus bergerak?kapan harus melangkah? Jalan mana yang harus dilalui, tergantung pada pemuda sebagai pemegang tombak Negara, kecerdasan serta karakternya menentukan Bangsa kedepannya.Â
Yang jadi masalah besar kini, dapatkah kita sejenak merenungkan potensi Bangsa untuk dikembangkan? Tanpa harus selalu berkaca pada kehebatan global? Pemikiran kritis serta tindakan yang sangat dinamis diperlukan didalamnya.Â
Pendidikan juga dituntut mampu mencetak generasi dengan karakter yang kuat, agar output nya mampu berguna bagi keberlangsungan Bangsa kedepannya tak kalah penting juga kedalam spiritual yang perlu ditanamkan, karena Negara perlu tetap berpegang teguh pada petunjuk agama. Khususnya kewajiban kita sebagai khalifah yang harus dipertanggung jawabkan nantinya. Bagaimana bumi kita?karunia Allah Yang Maha Kuasa? Mampukah dijaga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H