Berbeda dengan orang yang memang ingin meminimalkan informasi pribadinya, orang jenis ini sebenarnya ingin menulis identitasnya, tetapi tidak merasa cukup oke dengan itu.
Padahal bisa saja ia berasal dari sekolah nomor 2 di kotanya (walaupun ada nomor 1, tetapi setidaknya dia tidak di sekolah nomor 3).
Meskipun jenis kedua menggelitik untuk dibicarakan, tetapi dari ketiga jenis tersebut, saya rasa pengidap minder akut adalah yang paling rugi karena kehilangan present value yang sebenarnya diinginkan orang lain.
Present value dan kebahagiaan
Present value dapat diartikan sebagai nilai saat ini. Entah kita mengupayakannya atau tidak, present value adalah segala yang kita nilai dan rasakan pada saat sekarang. Orang tua yang masih utuh adalah present value karena ketika mereka sudah tiada, kita tidak bisa lagi merasakan kehadirannya.
Apa yang kita rindukan dari kehilangan seseorang adalah value pada masa tersebut. Bila kita merasa tidak memaksimalkan waktu bersama mereka, maka rasa rindu itu berasal dari kita yang gagal mengenali present value sehingga tidak menilainya tinggi.
Saya yang gagal menyadari enaknya berjalan di antara pohon di depan perpustakaan kampus, menyesal karena terlambat tahu bahwa present value itu tidak akan terulang kecuali saya mendaftarkan diri ke kandang macan dengan menyeberang ke gedung sebelah, gedung pascasarjana.
Saya tidak bisa mengulang untuk mendapatkan value itu karena terlalu berbiaya. Maka satu-satunya cara bila kita kemungkinan besar tidak bisa mengulang waktu adalah menikmati present value selagi ada.
Minder akut dan imposter syndromeÂ
Lalu apa hubungannya dengan pengidap minder akut?
Imposter syndrome adalah sebuah keadaan di mana seseorang tidak merasa percaya diri dengan pencapaiannya. Orang dengan imposter syndrome akan menarik diri dari orang banyak karena merasa nilai dirinya kurang.