Menurut hemat saya, teriak-teriak di media sosial pada kondisi seperti ini sah-sah saja. Dengan catatan memang sudah ada komunikasi dengan pihak terkait dan tidak mendapatkan tanggapan. Tapi nyatanya, mbelgedhes
Karena tadi ada yang pertama maka aku akan menjelaskan yang kedua. Dalam video petisi itu, ada beberapa kalimat menggelitik yang sok kritis tetapi malah cringe. Ini salah satunya
Pendidikan tidak perlu di komersialisasi tetapi pendidikan harus di edukasi.Â
Aku tahu penulisannya salah, tapi aku mau menjaga orisinalitas agar kebodohannya terasa. Selain penulisannya yang salah, bagaimana ceritanya pendidkan tidak boleh dikomersialisasi? Dosen, guru, staff tidak boleh menerima upah begitu?Â
Keberatan membayar UKT bisa menyebabkan seseorang kehilangan pendapatan? Cerdas sekali. Mungkin mereka pikir komersialisasi hanya sebatas pemungutan uang kuliah. Bagaimana kita bisa percaya tuntutan mahasiswa yang logikanya sedangkal ini? Jangan-jangan UKT tidak segera diturunkan karena pejabat tidak mau berinvestasi kepada Pithecanthrous Erectus ini.
Pandemi selalu terjadi tidak diketahui kapan akan terhenti
Sayangnya tidak hanya satu kalimat yang bermasalah. Kalimat kedua ini juga aneh sekali. Pandemi macam apa yang selalu terjadi? Apa para penuntut hak mahasiswa itu mengkategorikan pilek sebagai sebuah pandemi?Â
Jika pembaca berpikir bahwa kalimat-kalimat ini saya ada-ada, tolong hubungi saya jika ingin bukti konkretnya.
Panjang umur perjuangan kok barbar. Ngomong-ngomong ini nggak lagi simulasi jadi DPR kan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H