Mohon tunggu...
Melani Zahra
Melani Zahra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Saya adalah seorang pemikir yang sangat perfeksionis terhadap sesuatu dan sangat menyukai sebuah kebenaran terhadap keadilan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemikiran Anthony Giddens Mengenai Teori Strukturasi

27 November 2022   18:02 Diperbarui: 27 November 2022   18:05 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SIAPAKAH ANTHONY GIDDENS ?

Anthony Giddens merupakan Sosiolog asal Britania Raya yang terkenal karena teori strukturasi dan pandangan menyeluruh tentang warga modern. Giddens lahir di London Utara pada tanggal 18 Januari 1938. Beberapa pendidikan yang ditempuhnya yakni, menyelesaikan sarjana psikologi di University Of Hull, menyelesaikan gelar master di London School Of Economics (LSE), mengajar Psikologi di Universitas Leicester dan menjadi Dosen Sosiologi Profesor hingga Rektor di Universitas Cambridge.

Tulisan-tulisan mengenai pemikiran Giddens mengkombinasikan pemikiran klasik dengan kepekaan terhadap isu-isu teori sosial kontemporer. Bukunya yang berjudul "The Third Way" membuat namanya semakin dikenal, dimana buku tersebut menarik minat Gerhard Schroeder (Kanselir Jerman) dan Tony Blair (PM Inggris). 

Beberapa karyanya yang dapat diketahui yaitu, Giddens, Anthony (1973) The Class Structure of the Advanced Societies. London : Hutchinson, Giddens, Anthony (1976) Functionalism: apres la lutte, Social Research, 43, 325-66, Giddens. Anthony (1976) New Rules of Sociological Method: a Positive Critique of interpretative Sociologies. London : Hutchinson. Giddens, Anthony (1977) Studies in Social and Political Theory. London :Hutchinson. Giddens, Anthony (1979) Central problems in Social Theory : Action, Structure and Contradiction in Social Analysis. London : Macmillan dll.

APA ITU TEORI STRUKTURASI ?

Dari jaman ke jaman sudah menjadi perdebatan mengenai mana yang lebih kuat antara struktur atau aktor. Hingga munculah berbagai teori sosiologi yang menjawab pertanyaan tersebut. Seperti adanya dua kubu dalam teori sosiologi yang memiliki persepsi berbeda mengenai yang paling kuat diantara kedua tersebut. Banyak yang berpendapat bahwa struktur lebih kuat karena struktur lebih besar dari pada aktor, padahal jika kita ketahui tanpa adanya aktor maka struktur tidak akan ada.

Menurutnya, pandangan dunia lebih dekat ke Weber daripada Marx: sejarah lebih kepada realitas yang sangat kompleks, dan hanya bisa ditangkap oleh perangkat analitis dan kepentingan teoritis. Ilmu-ilmu sosial tidak harus dilihat sebagai ilmu alam, tetapi harus dilihat sebagai sesuatu yang sama sekali berbeda, apa yang khas tentang dunia sosial (dan dengan demikian subyek untuk sosiologi) dan yang harus dijadikan titik tolak pemikiran kita adalah tindakan sosial.

konsep kekuasaan dan dominasi dalam Weber yaitu kekuasaan adalah konsep relasional, di mana sumber daya ditarik oleh satu pihak yang akan digunakan untuk mengatasi resistensi dari pihak lain (dalam menjamin penaatan meskipun agen dari pihak lain).
dalam pandanga Giddens yang mengadaptasi konsepsi Weber atas otoritas, dan melihat ini sebagai celah serius atau ketidakcukupan Marx, yang menekankan kekuatan atas benda dengan mengorbankan kekuasaan atas orang-orang; ini menjadi tenaga alokatif vs daya otoritatif.

Kubu yg menekankan keutuhan agensi menyimpulkan perilaku seseorang yang mempunyai kekuatan besar / kedaulatan penuh dlm sgl hal, tanpa interupsi kekuatan struktur. (Subjektifisme: fenomenologi, etnometodologi). Kubu yg menempatkan struktur sebagai pemegang yang lebih dominan dari agensi. Bagi kubu ini, manusia adalah pemain-pemain dalam aturan yg dibuat struktur (Objektivisme: strukturalisme, marxisme, fungsionalisme).

Agen dan Struktur memiliki perbedaan yaitu, pada agen seperti, Pelaku, tindakan, aktor yg menunjuk pada orang (individu). Ciri-ciri yang didapat yakni, kemampuan refleksif dan akuntabilitas dimana aktor- aktor mempunyai stock of knowledge untuk memproduksi dan mereproduksi tindakan-tindakan mereka. Sedangkan, pada struktur yaitu suata aturan dan sumber daya yg terbentuk dari praktik sosial sekaligus sebagai pembentuk keterulangan praktik sosial (medium dan praktik sosial). Struktur tak hanya membatasi (aturan), tapi juga memberdayakan (sumber daya).

Perhatian analitis harus menitikberatkan pada mutualitas proses pembangunan sosial dan interaksi manusia. Dalam strukturisasi relasi-relasi sosial melintasi ruang dan waktu, berkat adanya dualitas struktur". dengan adanya unintended consequences tapi ia merupakan bagian dari kondisi tindakan kita, ia membantu mereproduksi stuktur yang membuat tindakan. Aktor dan struktur bukan dualisme melainkan dualitas. Sosial struktur mengkonstitusi manusia, tapi tindakan manusia juga mengkonstitusi struktur.

Struktur mirip dengan pedoman yang menjadi prinsip praktik- praktik di berbagai ruang dan waktu yang merupakan hasil dari tindakan kita. dalam struktur mengatasi ruang dan waktu (spaceless and timeless) sehingga bisa berlaku di berbagai situasi (berbeda dengan pengertian struktur Durkhemian yang mengekang (constraining), struktur Giddens lebih bersifat memberdayakan (enabling) yang memungkinkan terjadinya praktik sosial. Jadi struktur disebut sebagai sarana (medium dan resources). Ruang dan waktu mendapat porsi penting dalam teori strukturisasi.

Perubahan selalu terlibat dalam proses strukturasi, betapapun kecilnya". Sebagai pelaku, kita memiliki kemampuan untuk introspeksi dan waspada (reflexive monitoring of conduct). Pada reflective agent suatu perubahan terjadi ketika kapasitas memonitor (mengambil jarak) menimbulkan derutinisasi (gejala dimana skemata yg selama ini menjadi aturan tindakan dan praktik sosial tak lagi
bisa dipakai untuk menjadi praktik sosial baru) terjadi keusangan (obsolence).

Meski strukturasi mengatasi pelbagai kekurangan dalam pemikiran tradisional, teori itu bukan jawaban yg memadai bagi tgs yg menantang teori sosial kontemporer. Proyek rekonstruksi dan sintesis Giddens dianggap sebagai teori yang masih konservatif: mengubah dualisme menjadi dualitas bukanlah pemecahan masalah. Karena teori ini sebenarnya belum mampu melenyapkan perbedaan di antara keduanya. Giddens malah dianggap sebagai penerus Parsonian.
Eklektisisme inilah yang menunjukkan ketidakorisinilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun