Mohon tunggu...
Melani Kurnia Riswati
Melani Kurnia Riswati Mohon Tunggu... Penulis - Humas Ahli Muda Badan Riset dan Inovasi Nasional-BRIN

Menyenangi kegiatan alam bebas, membaca dan menulis. Edukator dan pendamping komunitas lingkungan. Saat ini bertugas sebagai Humas Ahli Muda BRIN.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Eksplorasi Biodiversitas, Membentengi Potensi yang Belum Tergali

2 Maret 2024   22:46 Diperbarui: 9 Maret 2024   11:10 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sinergi periset dan media guna mengkomunikasikan sains kepada publik. Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati

Orkestrasi akan kekayaan hayati Indonesia, sudah seringkali didengungkan dunia. Sayang, berlimpahnya kekayaan hayati Indonesia yang berada di urutan ke-2 dunia, sejalan juga dengan tingkat kehilangan ragam spesiesnya.

Pernah terbersit, untuk apa mencari beragam flora fauna dengan menempuh rimba raya nan bahaya? Apa pentingnya bagi manusia?

Pertanyaan serupa mungkin saja banyak dipertanyakan orang awam. Hingga saat ini, masih banyak spesies baik flora maupun fauna yang belum terkuak manfaatnya. Upaya menemukan dan menyibak nilai manfaatnya terus dilakukan.

Jarang juga disadari, bila penemuan spesies telah membentangkan pengetahuan dan penemuan lainnya. Tak dapat dipungkiri bila biodiversitas telah berperan besar dalam mendukung ketahanan pangan.

Sumber pangan yang langsung dapat dinikmati sebagai sumber karbohidrat (padi, jagung, umbi-umbian, talas-talasan), sumber protein (ikan, kacang-kacangan, daging, susu), vitamin dan mineral (buah-buahan dan sayuran).

Ragam buah lokal nusantara yang sudah sulit dijumpai. Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
Ragam buah lokal nusantara yang sudah sulit dijumpai. Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati

Biodiversitas juga telah berperan sebagai sumber plasma nutfah guna mendukung sistem pertanian dan peternakan yang tangguh. Ragam genetik tumbuhan maupun hewan termasuk kerabat liarnya telah menjadi sumber daya potensial bagi perbaikan genetik.

Selain itu, beragam mikroba telah berperan penting dalam menjaga kesuburan tanah. Kehadirannya telah membantu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

United Nations Summit on Biodiversity tahun 2020 menekankan pentingnya biodiversitas untuk memperkuat SDGs (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)). Tak hanya sebagai penyedia pangan dan air bersih, juga menjadi proteksi dari bencana alam.

SDGs sebagai haluan bersama dalam menopang masa depan dunia menekankan konsep berkelanjutan dengan pendekatan terhadap masyarakat, profit dan bumi. Tujuannya menyelaraskan kehidupan antara manusia, ekonomi dan lingkungan.

Memahami Taksonomi

Ribuan tahun lalu, nenek moyang kita belum mengenal istilah taksonomi. Namun praktik taksonomi telah berlangsung sepanjang peradaban manusia. Kemampuan mereka dalam mengenali, mengamati dan memeriksa telah membantu dalam menyokong kehidupannya.

Pahatan pada batu atau dinding gua yang ditemukan, menjadi bukti bahwa mereka telah berupaya mempertelakan tumbuhan atau hewan yang mereka temui di sekelilingnya.

Dokumentasi awal tersebut tentunya sangat bermanfaat hingga kini sebagai pengetahuan dan kearifan lokal yang diwariskan secara turun temurun.

Sebagai salah satu cabang ilmu biologi, taksonomi memiliki nilai strategis dalam mengatur dan memanfaatkan sumber daya alam.

Pendekatan dalam taksonomi telah membantu pemahaman akan kekayaan hayati. Hal ini menjadi dasar bagi perencanaan dan pengelolaan hayati dan ekosistemnya.

Sayangnya, ilmu taksonomi kurang diminati. Stigma akan menghapal nama latin sudah melekat kuat dalam benak siswa sejak awal belajar mengenal hewan atau tumbuhan.

Selain itu, ilmu yang di anggap hanya penghafalan nama makhluk hidup ini, di anggap tidak memberikan keuntungan secara ekonomi.

Tak heran bila para taksonom juga sangat langka. Di Indonesia, bisa dihitung dengan jari ilmuwan yang mempelajari taksa tertentu. Ahli yang terbatas tentunya menjadi hambatan dalam mengakselerasi pengembangan risetnya.

Dr. Bayu Adjie, M.Sc (peneliti tumbuhan paku-pakuan) dan Dr. Amir Hamidy (peneliti herpetofauna) berkesempatan berbagi pengalamannya bersama media dalam kegiatan MELODI (Media Lounge Discussion).

Bincang santai bersama peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi-BRIN digelar pada Rabu, 28 Februari 2024. Tema yang diangkat bertajuk "Mengungkap Temuan 49 Taksa Baru : Identifikasi Hingga Manfaatnya".

Pemaparan narasumber. Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
Pemaparan narasumber. Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati

Mengapa Perlu Ilmu Tata nama

Dalam paparannya, Bayu tak hanya memperkenalkan biodiversitas hasil temuan sebagai jenis baru di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi yang dipimpinnya.

Namun membedah pentingnya biosistematika sebagai salah satu disiplin ilmu biologi yang mengatur sebuah mekanisme penataan makhluk hidup. Tujuannya mendapatkan gambaran menyeluruh terkait hubungan kekerabatan dan hirarkinya serta menguak manfaatnya.

Dari kegiatan penataan tersebut menghasilkan suatu sistem klasifikasi, dimana makhluk hidup ditempatkan pada kedudukannya masing-masing. Adanya hirarki yang tercipta, memudahkan manusia melihat hubungan kekerabatan melalui karakter-karakter yang tercermin dalam susunan pengelompokan.

Para taksonom berkepentingan dalam mengungkap keanekaragaman hayati. Riset yang dilakukan sangat diperlukan sebagai dasar pemanfaatan dan pelestarian.

Kegiatan herping (pengamatan reptil dan amfibi) yang mulai diminati). Foto dokumentasi : Wawan
Kegiatan herping (pengamatan reptil dan amfibi) yang mulai diminati). Foto dokumentasi : Wawan

Hamidy menambahkan agar sebuah data yang dikumpulkan dipercaya kebenarannya, publikasi ilmiah menjadi keharusan bagi ilmuwan dalam mempublikasikan temuan jenis barunya.

Bahkan kini perkembangan ilmu dan teknologi telah mengantarkan DNA barcoding dalam menjawab permasalahan taksonomi. Temuan jenis baru tak sekedar deskripsi morfologi, namun makin komplit dengan informasi genetik yang dapat diungkap peneliti.

Tingginya keragaman spesies telah menyulitkan peneliti dalam memberikan pertelaan dan pengungkapan jenis baru. Namun DNA barcoding dapat menyibak spesies-spesies yang tersamar (criptic species). Bahkan dapat mengungkap asal usul jenis tertentu.

Nilai Penting Biodiversitas

Para ahli memperkirakan 1,75 juta spesies telah memiliki nama dan dipertelakan. Dari total 30 juta spesies baru 5 % yang tersentuh ilmu pengetahuan (Callicot, 2006).

Tak hanya sumber pangan, kehadiran biodiversitas juga menjadi sumber obat-obatan. Sebagai contoh, jenis hewan tertentu seperti katak walau mengandung bahan racun, berkat sentuhan riset potensinya sebagai obat dapat terungkap.

Catatan World Health Organization (2007) memperkirakan 80 % masyarakat dunia bergantung pada obat tradisional yang berasal dari bahan alam berupa tumbuhan dan hewan.

Bila mengacu pada visi pengelolaan biodiversitas yang tertuang dalam IBSAP 2015-2020, dijabarkan akan peran penting biodiversitas dalam memberikan kebermanfaatan bagi keberlanjutan kehidupan manusia, yakni :

Satu, nilai konsumsi. Kehadiran biodiversitas memberikan manfaat yang dapat secara langsung dirasakan masyarakat, seperti : sumber makanan, obat-obatan dan hasil hutan.

Dua, nilai produksi. Berbagai biodiversitas telah menciptakan pasar. Perdagangan biodiversitas telah menciptakan nilai pasar, seperti : kayu, rotan, perikanan.

Tiga, nilai jasa lingkungan. Tak dapat dipungkiri bila kawasan konservasi telah memberikan banyak manfaat, seperti : sumber air, mencegah banjir dan erosi, melindungi pantai dari abrasi.

Empat, nilai informasi. Berbagai khasanah biodiversitas memiliki potensi bagi masa depan. Sistem genom yang dimiliki tiap spesies, menjadi dasar nilai informasi bagi kebutuhan masa depan. Perkembangan biologi molekuler telah memungkinkan kegiatan rekayasa genetik dalam menciptakan sumber daya yang diperlukan bagi kebutuhan manusia, seperti : pengembangan obat-obatan dan bioenergi.

Lima, nilai eksistensi. Keberadaannya merupakan bagian penting dari alam.

Ular naga (Xenodermus jananicus) salah satu kekayaan hayati Indonesia. Foto dokumentasi : Wawan
Ular naga (Xenodermus jananicus) salah satu kekayaan hayati Indonesia. Foto dokumentasi : Wawan

Kepunahan berbagai jenis flora maupun fauna tentunya akan berimbas pada ketidakseimbangan ekosistem. Aktivitas manusia dan kebijakan pemerintah yang tak berwawasan lingkungan telah mengakibatkan beberapa kawasan konservasi mengalami kerusakan.

Terjadinya perubahan lingkungan menimbulkan kerentanan. Perubahan lingkungan yang terjadi pada beberapa spesies yang tak mampu beradaptasi akan berujung pada kepunahan.

Seolah berpacu dengan waktu, di tengah tekanan akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim global, peneliti biologi konservasi harus dapat mengumpulkan jenis-jenis hayati sebelum punah. Menempuh rimba belantara dengan taruhan nyawa menjadi tugas mulia.

Tugas pun belum selesai sampai di situ. Koleksi flora ataupun fauna yang dikumpulkan harus dideskripsikan dan terus berupaya menjaga yang masih tersisa. Tantangan berikutnya mengulik nilai manfaat bagi keberlanjutan ekonomi dan sosial.

Pentingnya Upaya Konservasi

Amir Hamidy yang merupakan peneliti yang cukup dikenal masyarakat sebagai ahli ular bercerita akan kemasyuran harimau Jawa yang melegenda yang kini tinggal cerita.

Kita hanya bisa menikmati dari gambar atau koleksi awetan di museum zoologi. Bila saat ini tidak ada upaya perlindungan, tentunya jenis lainnya akan menyusul hilang dari muka bumi.

"Aneka flora-fauna yang hampir punah, akan sangat disayangkan bila keburu punah sebelum dideskripsikan. Bisa jadi spesies tersebut sangat berguna. Perburuan liar akibat permintaan akan hewan -hewan eksotis telah menyebabkan populasi di alam semakin terancam". beber nya.

Sebagai langkah preventif, Hamidy menjabarkan regulasi terkait hal tersebut. Salah satu upaya melindungi flora-fauna terancam punah. Indonesia telah meratifikasi konvensi CITES tahun 1978.

CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) merupakan konvensi atau perjanjian internasional dalam mengatur perdagangan internasional ragam spesies tumbuhan dan hewan terancam punah.

Bioprospeksi

Kegiatan inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam bertujuan menghitung laju pemanfaatan dan laju rehabilitasi sumber daya alam. Hal ini diperlukan dalam penetapan tata ruang wilayah dengan mempertimbangkan potensi, daya dukung dan daya tampung ekologis.

Peta informasi akan sangat berguna bagi perencana pembangunan dalam menetapkan kegiatan pembangunan terutama kaitannya dalam pemanfaatan sumber daya alam.

Konvensi biodiversitas telah mengamanatkan dalam mengatur akses terhadap sumber daya alam. Formulasi hukum dan kebijakan menjadi keharusan dalam menjamin pelaksanaan bioprospeksi sesuai kerangka konvensi.

Ekspor flora fauna demi devisa telah banyak dilakukan. Kini potensi bagi pertumbuhan ekonomi telah bergeser pada upaya konservasi yang bergantung pada bioprospeksi.

Bioprospeksi dimaknai sebagai mekanisme penggalian informasi materi genetik keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Sinergi periset dan media guna mengkomunikasikan sains kepada publik. Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati
Sinergi periset dan media guna mengkomunikasikan sains kepada publik. Foto dokumentasi : Melani Kurnia Riswati

Upaya pelestarian keanekaragaman hayati sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab bersama. Nilai ekonomi dan konservasi harus terus dilakukan riset mendalam. Hal ini penting bagi penentuan prioritas dan strategi pengelolaannya. Semoga tetap lestari keanekaragaman hayati Indonesia. (MKR)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun