Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Pejabat yang Menempel Stiker Foto Diri di Kemasan Bansos Motivasinya Apa, Sih?

26 April 2020   14:48 Diperbarui: 27 April 2020   08:45 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bantuan yang disalurkan ke masyarakat kan pakai anggaran pemerintah kabupaten yang sebenarnya adalah uang rakyat. Kenapa foto bupatinya yang dipajang?" 

Kemarin, komplek tempatku tinggal kedatangan tamu dari pemerintah Kota Bekasi. Orang-orang pemerintah kota membagikan paket bantuan sosial bagi warga yang terdampak Covid-19. Bukan untuk semua warga, meskipun semua orang mengalami dampak dari wabah ini. 

Keributan pun sempat terjadi meskipun tidak lama dan tidak sampai membesar. Ketua RT mengatakan bahwa akan ada bantuan yang lainnya lagi. Yang belum dapat sekarang, akan didaftarkan untuk menerima bantuan selanjutnya.

Keluarga yang mengontrak di sebelah rumahku adalah salah satu yang mendapat bantuan tersebut. Keluarga itu terdiri dari seorang Ibu dengan 2 orang anaknya. Suami dari ibu ini sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Ibu ini sudah dihentikan dari pekerjaannya sejak dikeluarkannya himbauan WFH oleh pemerintah kota Jakarta. Sekarang, sekali-sekali beliau menjaga anak tetangga. Tidak setiap hari karena tidak setiap hari juga orang keluar rumahnya sampai harus menitipkan anak. 

Anak sulungnya di PHK dari pekerjaannya sebagai karyawan salah satu toko baju di Tebet. Anak bungsunya, baru mau masuk SMA.

Jadi, ada gambaran ya, kenapa keluarga di sebelah rumahku ini mendapat bantuan dari pemkot?

Di pintu rumah keluarga ini, ditempel stiker bertuliskan "Kami adalah rumah tangga penerima bantuan sosial terdampak covid-19" dan dia harus difoto di depan stiker tersebut sambil membawa kantong bantuannya.

Seorang tetangga menyeletuk, "Aku mikir-mikir dulu deh, kalo mau dapat bantuan harus difoto sama rumahnya ditempel stiker begituan. Isi bingkisannya apa sih? Paling beras, minyak, mie, sama sarden."

"Nggak mau juga nggak apa-apa," kataku. "Pak RT malah nggak repot."

Aku masih memperhatikan mobil yang digunakan untuk mengangkut bansos yang dibagikan itu. Sebuah mobil kijang polos tanpa atribut apapun. 

Aku lihat, plastik kemasan yang digunakan untuk membungkus bantuan tersebut juga plastik polos berwarna kuning. Cukup patut untuk diapresiasi untuk memberikan bantuan tanpa atribut apa-apa.

Di kabupaten sebelah, dari berita yang aku baca di garudanews.id, kemasan bantuan yang dibagikan oleh pemerintah dibubuhi stiker foto bupatinya. 

Ini membuat Ketua LSM Solidaritas Transparansi Pemerhati Indonesia angkat bicara. Bantuan yang disalurkan ke masyarakat kan pakai anggaran pemerintah kabupaten yang sebenarnya adalah uang rakyat. Kenapa foto bupatinya yang dipajang?

Benar juga, sih.

Melalui penelusuranku di internet, aku mendapat informasi menarik dari bekasi.pojoksatu.id. KTP elektronik yang didistribusikan oleh Disdukcapil kabupaten ini melalui pos menggunakan amplop bergambar bupati dan kantornya. Sepertinya, ini sudah tradisi. Hahaha.

Aku mencoba berfikir positif. Siapa tahu bupati ini sedang berusaha memperkenalkan diri lewat fotonya yang disebar ke masyarakat. Jadi, suatu saat beliau sedang santai berjalan-jalan, masyarakat akan menyapa beliau.

Walaupun lucu juga kalau ada masyarakat yang tidak mengenali bupatinya. Sebelum social distancing diberlakukan, aku pernah lihat Farhat Abbas lho di CFD Kota Bekasi. Dan beliau tampil mencolok dengan pengawal dan videografernya. Sekelas bupati pasti lebih mencolok lagi, donk? Masak bupati tidak punya pengawal dan dikerumuni wartawan?

Kalau aku boleh saran pada Pak Bupati, sebaiknya, barang-barang yang dibagikan ke rakyat jangan dikasih stiker foto Pak Bupati. Baik KTP, sembako, atau yang lainnya. 

Biarkan itu dibagikan masyarakat dengan kemasan polos. Toh kalau KTP, kita tahu kok barang itu datang dari mana? Tidak mungkin ada yang mengira kalau KTP dibuat di rumahku, kan?

Petugas pembagi sembako juga pasti sudah memberitahu penerima dari mana barang ini berasal. Petugas pasti minta tanda tangan penerima bantuan, kan? 

Tukang service mesin di dekat rumahku, yang mendapat bantuan dari pemerintah kota, memasang status FB yang isinya ucapan terima kasih pada ketua RT dan Walikota Bekasi. Jadi, jangan khawatir tidak dikenali.

Kalaupun pingin terlihat eksis, Pak Bupati bisa meniru Pak Gubernur Ridwan Kamil yang terkenal karena pengelolaan sosial media beliau. 

Aku yakin sih, semua warga Jawa Barat pasti mengikuti sosial media Pak RK. Selain karena beliau sering posting hal-hal lucu, inspiratif, dan motivatif, beliau menggunakan media sosial untuk mengomunikasikan kebijakan beliau pada warga.

Kalau bingung atau tidak punya waktu untuk mengelola media sosial, bapak bisa menyewa orang untuk menjadi admin, lho. Lumayan kan, itung-itung mengurangi pengangguran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun