Yang kemudian harus membuat lebih fokus lagi dalam membaca buku ini adalah karena tokoh dalam novel ini banyak. Dan mereka semua saling berhubungan.
Walaupun, ini sebenarnya adalah kekuatan Mahfud dalam menulis novel ini. Di dunia nyata, orang-orang dalam satu kampung memang saling berhubungan dan bersaudara kecuali pendatang. Jadi, banyaknya tokoh dengan segala keterkaitannya adalah ketekunan penulis yang harus sekali diapresiasi.
Aku cukup related dengan cerita ini. Bukan soal pertentangannya. Ini adalah soal perbedaan-perbedaan kecil yang cukup banyak menguras perhatian. Kapan puasa? Kapan lebaran? Berapa rakaat tarawihnya? Dan banyak hal lainnya lagi. Agak kikuk juga ketika kami sudah merayakan lebaran tapi tetangga kami masih berpuasa. Lebih kikuk lagi, ketika kami memilih solat tarawih di masjid yang lebih jauh untuk rakaat yang lebih sedikit.
Sayangnya, semakin ke sini, dunia nyata belum menunjukkan tanda-tanda akan berbahagia seperti akhir novel Kambing dan Hujan ini. Perbedaan antar kelompok makin dipertajam. Orang-orang makin keras memaki orang yang tidak sepaham dengan mereka. Ini menyedihkan.
Data Buku:
- Judul: Kambing dan Hujan, Sebuah Roman
- Penulis: Mahfud Ikhwan
- Penerbit: PT. Bentang Pustaka
- Cetakan kedua bulan Maret 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H