Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banjir Bukan Sekadar Azab Karena Ada yang Menjual Minuman Alkohol

17 Januari 2020   14:56 Diperbarui: 17 Januari 2020   15:08 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi banjir (sumber pxhere.com)

"Yakin Banjir Besar Kemarin Karena Azab, Warga Bekasi Segel Toko Miras"

Demikian judul sebuah artikel yang dimuat di vice.com/id kemarin (16 Januari 2020). Isi beritanya adalah tentang sekelompok warga yang menyegel toko penjual minuman beralkohol di Mustika Jaya, Bekasi Timur. Warga menuding perdagangan minuman beralkohol di lingkungan tersebut adalah penyebab banjir besar di Bekasi pada tanggal 1 dan 2 Januari lalu.

Sebelum melakukan penyegelan, warga sudah mengadakan demonstrasi pada tanggal 3 Januari 2020 di komplek Ruko Palazzo, Mutiara Gading Timur. Dilansir metro.sindonews.com, saat itu warga mendesak pihak kepolisian agar mengambil tindakan tegas dengan melarang penjualan minuman beralkohol. Warga juga meminta pihak kepolisian untuk memfasilitasi mereka bertemu dengan pemilik toko penjual minuman beralkohol. Namun tidak ada respon dari kepolisian maupun pemerintah.

Ketika artikel ini dibagikan ke Twitter oleh akun Vice, banyak orang yang menghujat warga. Orang-orang di Twitter memandang warga Mutiara Gading Timur ini naif. Termasuk aku.

Walikota Bekasi, Rahmat Effendi, menyatakan bahwa ada 2 penyebab banjir besar merendam Bekasi. Pertama, curah hujan yang tinggi. Kedua, luapan Kali Bekasi setelah debitnya meningkat lantaran kiriman air dari Bogor melalui Kali Cikeas dan Cileungsi.

Lalu apa yang menyebabkan curah hujan sedemikian tinggi?

Karena adanya perubahan iklim. Menurut reportase dari tirto.id, perubahan iklim terjadi akibat udara panas yang terperangkap dalam hutan beton sehingga membentuk pola cuaca yang berubah. Aku percaya sebuah bencana terjadi karena ada dosa yang dilakukan. Tapi aku juga percaya bahwa kedzaliman kita terhadap alam yang membuat peluang terjadinya bencana alam lebih besar.

Siapa yang membuat perubahan iklim ini terjadi?

Jawabannya adalah kita semua. Bukan hanya penjual minuman beralkohol. Tapi kita memiliki peranan terhadap perubahan iklim yang terjadi. Iya. Kita. Kita semua telah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Baik disadari atau tidak. Kita semua yang tidak pernah mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan alam kita selama kita bisa makan enak dan tidur nyenyak.

Kita tentu bisa menunjuk pihak-pihak yang membangun hutan beton yang memerangkap udara panas. Rakyat jelata sepertiku jelas tidak mungkin. Namun apa yang sudah kita lakukan untuk mencegah pembangunan hutan beton yang berlebihan?

Bagaimana Bogor bisa mengirimkan air sebegitu banyak sampai membanjiri daerah Bekasi dan Jakarta?

Karena curah hujan di sana juga tinggi. Dan ekosistem Puncak yang menyerap air tanah berkurang kemampuannya. Ini semua karena dibukanya lahan-lahan untuk tempat wisata dan rumah peristirahatan. Orang yang rumah saja mengontrak sepertiku juga tidak mungkin melakukannya. Namun apa yang sudah kita lakukan untuk mengcegah itu semua?

Bekasi sejatinya merupakan daerah rawa. Sama seperti Jakarta. Tapi lihat, deh, rawa-rawa itu sekarang sudah berubah menjadi perumahan dan Ruko. Daerah Mutiara Gading Timur itu, memangnya apa sebelum menjadi perumahan? Apakah pembangunan perumahan itu sudah mengikuti konsep yang seharusnya?

Belum lagi soal sungai yang penuh sampah dan sedimen. Aku rasa, dari pabrik besar hingga rakyat jelata seperti kita bisa kena tunjuk tanggung jawab untuk masalah ini.

Sesungguhnya itulah dosa-dosa yang kita lakukan sehingga kita tertimpa 'azab' berupa banjir. Menyalahkan pedagang miras sepertinya memang lebih mudah daripada harus mempertanyakan pemerintah tentang apa yang mereka lakukan ketika Kali Bekasi dipenuhi busa-busa limbah industri. Apalagi mempertanyakan tentang pengelolaan tata kota ini.

Dari liputan6.com, aku membaca bahwa toko yang menjual minuman beralkohol di Mustika Jaya, Bekasi Timur itu izinnya adalah usaha berjualan sembako. Namun seiring berjalannya waktu, toko tersebut juga menjual minuman beralkohol. Seorang warga yang ikut dalam penyegelan tersebut mengatakan bahwa dia resah karena toko tersebut berjualan minuman beralkohol di dekat sekolah dan tempat ibadah.

Nah, kalau penyegelan dilakukan karena toko yang berjualan minuman beralkohol di dekat sekolahan dan tempat ibadah aku setuju. Aku juga pasti waswas dan tidak nyaman kalau kondisinya seperti itu. Pemerintah daerah harus merespon dan melakukan penertiban.

Kalau alasan penyegelan adalah karena mereka mendatangkan azab banjir, kurasa pemerintah juga harus melakukan sesuatu. Bukankah salah satu tugas negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun