Aku kemarin ngekek-ngekek gara-gara membaca bab "Vitaminwater" dalam buku Bad News About What's Good For You yang ditulis oleh Jeff Wilser. Jeff menulis percakapan yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih seperti ini:
Suatu hari, di ruang pertemuan sebuah perusahaan iklan, orang-orang sedang memikirkan nama produk untuk sebuah minuman yang akan dikeluarkan.
A : Jadi, minuman ini mau dikasih nama apa?
B : sugar water?
A : Kamu mabuk?
B : tapi kan semua orang suka gula...
A : Nggak! Lainnya!
C : Colored water? Kan warnanya biru, merah, kuning,...
A : Ya ampun.... Lainnya!
D : Bagaimana kalau vitamin water?
A : Nah, itu baru brilian!
Gimana, lucu nggak?
Kalian tahu kan vitamin water?
Kalau merasa asing, coba deh main-main ke minimarket terdekat terus jalan-jalan ke bagian minumannya. Kalian bakal melihat minuman yang kuning atau orange dan diklaim sebagai air yang mengandung vitamin.
Terus lucunya di mana? Emang minuman yang mengandung vitamin nggak beneran mengandung vitamin?
Bukan gitu juga. Aku yakin mereka beneran mengandung vitamin yang disebutkan. Misalnya di satu merk ada yang mengklaim kalau dia mengandung vitamin C 1000 mg.Â
Aku yakin dia betul-betul mengandung 1 gram vitamin C dalam 500 ml air itu. Tapi selain 1 gram vitamin C, dia juga mengandung 37 gram gula. Coca-cola saja, jumlah gula yang terkandung dalam 200 ml adalah 21 g.
Banyak? Lumayan.
Tapi, selain masalah kandungan gula, sebenarnya air yang mengandung vitamin itu bagus nggak sih?
Kalau nanya aku pribadi yah, aku jarang banget beli air bervitamin itu. Aku cuma beli minuman itu ketika merasa mau flu: berasa tenggorokan gatal, hidung tersumbat dan bersin-bersin.Â
Sering, habis minum air bervitamin itu, kondisi badanku membaik bahkan sampai gejala-gejala tersebut hilang tak bersisa.Â
Walaupun, kalau sedang mengalami gejala flu aku kemudian membatasi diri, sih. Jadi banyak istirahat, nggak makan gorengan dan banyak-banyak makan buah.
Kalau baca artikel berjudul Is Vitamin-Enhanced Water Better For You Than Regular Water? yang dirilis oleh times.com tanggal 10 Januari 2018, air bervitamin itu cuma teknik marketing orang jualan air kemasan.Â
Nggak ada bukti yang cukup kuat untuk menunjukkan bahwa minuman bervitamin itu bermanfaat. Apalagi kalau kita makan sesuai dengan anjuran sepiring makanku ala kementerian kesehatan. Kelebihan vitamin dan mineral dalam tubuh kita, akan dibuang melalui ginjal kita.
Selain air bervitamin, ada lagi yang namanya air alkali. Kalian sudah sering dengar kan kalau air yang ini? Banyak kok dijual di minimarket. Coba deh cari.
Perusahaan yang memproduksi air alkali ini berpendapat bahwa kesetimbangan pH dalam tubuh itu penting. Makanan yang kita makan bisa menurunkan kadar pH tubuh sehingga suasana dalam tubuh menjadi asam.Â
Nah air alkali dengan pH 8 itu akan membuat tubuh dalam kondisi pH setimbang lagi.Â
Faktanya, tubuh kita ini memiliki mekanisme yang luar biasa untuk menjaga kesetimbangan pH apapun yang masuk dalam mulut kita. Jadi sebenarnya, air alkali juga tidak terlalu membantu.
Emang sih, ada penelitian yang bilang kalau makanan ber-pH tinggi dapat mencegah kalsium "dicuri" dari tulang yang menyebabkan osteoporosis.Â
Tapi, lagi-lagi penelitian tersebut belum kuat untuk bisa menjadi sebuah teori. Sebab seperti yang tadi sudah dibilang, tubuh memiliki mekanismenya sendiri untuk menjaga kesetimbangan pHnya.
Aku kemudian berpikir, mungkin bukan karena air bervitamin yang aku minum sehingga aku tidak jadi terserang flu. Namun karena seluruh support system tubuhku aku maksimalkan untuk penyembuhan. Bisa jadi, kan?
Jadi, sebenarnya nggak worth it juga membayar lebih untuk air yang ditambah macam-macam dengan iming-iming "sehat". Bakal lebih menyehatkan kalau kita minum air putih biasa yang tidak ditambah apa-apa. Dengan jumlah yang sesuai porsinya, tentu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H