Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mengenang Rusdi Mathari dengan Membaca "Aleppo"

6 Agustus 2019   11:33 Diperbarui: 6 Agustus 2019   11:51 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau ada yang melihat komentar tentang buku Aleppo karya Rusdi Mathari di goodreads.com, kita akan melihat banyak orang memberi bintang 4/5 tanpa menyebutkan alasannya dan beberapa orang yang memberi bintang 2 (bahkan 1)/5 karena mereka merasa terkecoh dengan judulnya.

"Jauh dari ekspektasi. Ketika melihat judul dan kutipan cerita di belakang novel ini., saya berharap mendapatkan banyak cerita mengenai Aleppo. Ternyata buku ini hanya membahas sedikit sekali tentang Aleppo.

Tulisan beliau memang bagus tapi buku ini bukan untuk saya."

Demikian salah satu komentar yang memberi bintang 1/5 untuk buku ini.

Tulisan dari Alm Rusdi Mathari memang selalu menyenangkan untuk dibaca. Bahkan orang yang nyata-nyata kecewa telah membeli bukunya pun mengakui kalau tulisan beliau bagus. Keren yah?

Bagi yang belum tahu, Aleppo adalah nama kota terbesar kedua di Suriah. Tempat terjadinya peperangan (bukan sekedar kerusuhan) antara pemerintah dengan kelompok pemberontak. 

Bisa membayangkan donk, bagaimana situasi di Aleppo. Pasti banyak yang berekspektasi akan mendengar cerita tentang kota itu atau peperangan yang terjadi di sana ketika membaca judulnya.

Sayangnya, tulisan tentang Aleppo hanya diberi porsi 1 halaman dalam buku yang diterbitkan oleh EA Book ini.

"Besok sore kita akan tiba di Aleppo, Dik. Menyeduh kopi dan meminumnya di teras hotel yang tembok lobinya bolong-bolong sebab ledakan mortir. Aleppo kini memang bukan kota yang pernah dimimpikan Macbeth saat memanggil tukang nujum agar menobatkannya sebagai raja mengenakan baju satin. Bukan kota tempat kita pernah berbulan madu di Carlton Citade, dan bersarapan Safiha, roti yang diolesi zaitun dan has kambing. 

Aleppo sekarang adalah wabah. Menularkan kemarahan dan kesumat. Melahirkan orang-orang yang setiap hari berpikir dengan membunuh dan kepada Tuhan mereka merasa berbakti.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun