Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Darurat Sampah (Limbah) di Sungai Negara Kita

26 Juli 2019   21:35 Diperbarui: 26 Juli 2019   21:50 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kondisi Curug Parigi yang tercemar limbah pabrik (sumber gambar: wartakota.tribunnews.com)

Aku kemudian mengeluhkan lokasi wisata yang tidak ada tempat sampahnya pada suamiku. Suamiku hanya berkata, "Kayak yang kalo disediain tempat sampah bakal dipake aja."

Aku kemudian terdiam teringat perjalanan kami sebelum ini.

Beberapa waktu sebelumnya, kami jalan-jalan ke Museum Multatuli yang berlokasi di Rangkasbitung Provinsi Banten. Di depan gedung museum terdapat sebuah pendopo yang luas. Di pendopo itu, orang-orang duduk sambil menikmati makanan dan minuman yang mereka bawa dari luar. Di setiap sudut pendopo disediakan tempat sampah. Namun tetap saja, orang-orang meninggalkan sampahnya di lantai pendopo. Tidak memasukkan sampahnya ke tempat sampah dan membuat pengelola museum merasa jengkel.

Aku jadi sadar, sepertinya kesadaran orang-orang untuk membuang sampah pada tempat yang semestinya itu sangat kurang. Sulit membuat orang peduli pada sampah.

Suatu hari saat aku sedang duduk-duduk di alun-alun Kota Bekasi, aku mendengar seorang anak bertanya pada ibunya, "Mama, ini bekas minumnya dibuang kemana?"

Ibunya menjawab, "taruh situ saja. Nantikan ada yang membersihkan."

Bukan hanya sekali dua kali aku mendengar tanya jawab itu. Bahkan, saat aku berjalan-jalan di daerah Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, aku pernah melihat seseorang membuang sampah di sungai. Saat aku tanya, "kok buang sampah di sungai sih? Kan bikin kotor."

Orang itu kemudian menjawab, "Enggak. Nanti di sungai sampahnya dimakan sama ikan."

Padahal yang dibuangnya ke sungai adalah sampah-sampah plastik. Aku kemudian berfikir, mungkin kalau LIPI mendengar kata-kata yang dilontarkan orang itu, dia akan mengurungkan niatnya untuk membuat studi tandingan soal limbah plastik dan menerima dengan lapang dada penelitian ilmuwan Amerika Serikat.

Pada tahun 2015, sekelompo ilmuwan AS memublikasikan hasil penelitiannya yang mengungkapkan bahwa kawasan laut di Asia Pasifik tercemar oleh 11 trilyun pecahan sampah plastik. Dan Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbanyak kedia. Tim peneliti yang dipimpin oleh Jenna R Jambeck, Asisten Guru Besar di jurusan Teknik Lingkungan di Universitas Georgia itu memperkirakan setiap tahun Indonesia membuang 3,2 juta ton limbah plastik ke laut. Pada tanggal 26 Februari 2018, dw.com merilis sebuah artikel yang menyatakan bahwa LIPI ingin menguji kebenaran studi tersebut dengan membuat penelitian tandingan.

Yang ingin kutanyakan, penelitian tandingan itu untuk apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun